webnovel

Putri Tutzkia

"Baiklah putri. Tapi anda harus berjanji untuk mengatakan bahwa pangeran Jayden memiliki penyakit menular! Jadi jangan ada yang mendekati kediamannya sampai pangeran Jayden sembuh total." Ujar Harley mengangkat wajahnya dengan penuh ketegasan.

"Aku berjanji. Aku bahkan akan pura-pura tertular karena berusaha menerobos kediaman Jayden, walaupun penjaganya mengatakan bahwa ia tidak bisa untuk ditemui. Ditambah lagi aku akan melapor bahwa kamu juga mendapatkan sakit yang cukup parah! Apa desas-desus ini dapat membuat mereka tidak mengunjungi kediaman pangeran Jayden dalam waktu 1 bulan?" Tanya Tutzkia berbinar.

Putri Tutzkia memang memiliki banyak akal untuk bergelit. Seperti kata peribahasa, bagaikan api makan ilalang kering, tiada dapat dipadamkan lagi. Harley tidak dapat menghindari putri Tutzkia setiap kali ia bersikeras!

Ia seperti bahaya yang datang, namun tak bisa untuk Harley tolak dan dengan terpaksa harus pasrah menghadapi putri yang keras kepala itu.

"Anda sungguh sangat cerdas putri..." Ucap Harley sambil menghela nafas.

"Baiklah, kalau begitu kau akan ikut bersamaku untuk mengawal ku pergi kepada pangeran Jayden!" Sontak putri Tutzkia memberikan perintah tanpa berdiskusi terlebih dahulu.

"Anda tidak bisa melakukan hal itu putri. Pangeran Jayden tidak berada di sekitar kekaisaran..." Cerca Jayden berdiri dari tempat ia berlutut.

"Jangan bilang..."

"Anda benar. Tapi kali ini dia masuk dengan menggunakan surat undangan, jadi tidak akan terjadi penyerangan apapun terhadap beliau. Keamanannya terjamin." Ucap Harley meyakinkan.

Tutzkia memiringkan kepalanya seraya berpikir. Tidak mungkin kerajaan Empire akan memberikan undangan masuk dengan mudah, terlebih lagi kepada dua kerajaan musuh besar mereka Mork dan Zianem.

'Mungkinkah ini hanya akal-akalan Harley?' Pikirnya.

"Tidak mungkin... apa kau mencoba membodohi ku?" Teriak Tutzkia anggun.

"Putri, aku mana berani! Yang kukatakan benar adanya, sebab ia pergi bersama Duke Ergy dari kekaisaran benua barat." Harley menjelaskan.

"Aku tidak akan masuk perangkap mu! Bagaimana mungkin ia berteman dengan tiran pembunuh berdarah dingin itu?" Tampaknya Tutzkia masih belum mengenal tunangannya itu sama sekali.

Harley memutar otaknya. Ia tahu bahwa putri Tutzkia tidak akan terima dengan pernyataan yang terlihat seperti seseorang yang sedang menghindari konflik. Jika ia bertanya, maka ia ingin tahu hal itu sampai ke akarnya dan akan mengupas setiap kulit luarnya sampai menjadi begitu bersih!

"Apakah putri siap untuk cerita yang panjang?" Tanya Harley merasa terbebani dan lelah jika harus terus meladeni tunangan dari tuannya itu. Ia ingin semuanya cepat tuntas sebelum pertanyaan lainnya muncul dan menggegerkan otaknya.

Tanpa kata putri Tutzkia menuju ke arah kursi kerja Jayden. Ia memangku kakinya dengan anggun selayaknya putri seorang raja. Ditekuk kan wajahnya dengan bidang yang lurus, pertanda ia siap mendengarkan sepanjang apapun cerita yang akan Harley ceritakan. Asalkan itu mengenai Jayden, maka tidak akan ada masalah jika itu memakan waktu 2 hari sekalipun.

"Ah... bagaimana jika aku menyingkat ceritanya saja?" Harley menggaruk kepalanya merasa terbebani dengan sikap antusias Tutzkia.

"Ceritakanlah!" Satu kata itu saja mampu membuat Harley, tidak memiliki kesempatan untuk neko-neko lagi.

"5 tahun yang lalu Duke Ergy membuat masalah di benua timur kekaisaran. Terlihat ia seperti sedang mencari-cari seseorang dengan membabi buta, atau mungkin ia kehilangan pikirannya... Ah, apa anda ingat mengenai cerita putri Amora?" Tanya Harley untuk mempersingkat.

"Gadis ramping dengan mata berwarna biru itu? Tentu saja aku mengetahuinya. Dia adik kesayangan Jayden dan kebanggaan Ratu Astara. Tapi kudengar ia meninggal 4 tahun yang lalu." Tutzkia mengatakan apa yang ia ketahui.

"Anda tahu kenapa ia bisa meninggal?" Lanjut Harley melotot.

Tutzkia membawa matanya melirik ke kanan atas, berpikir. "Entahlah... aku tidak tahu secara mendetail. Tapi kudengar ia merelakan nyawanya untuk seseorang!"

"Orang itu adalah Duke Ergy!" Ujar Harley.

"Bagaimana bisa? Bukankah Duke Ergy itu adalah musuh?" Tutzkia bangkit dari kursinya kaget dengan lontaran yang keluar dari mulut Harley.

"Hah... Saat Duke Ergy membuat masalah di Zana, putri Amora lah yang ditugaskan untuk menyelidiki masalah itu. Tidak ada yang tahu Duke Ergy melakukan apa terhadap putri kerajaan, tapi katanya ia telah jatuh cinta pada pandangan yang pertama!" Harley mulai menghayati ceritanya.

"Tidak ada yang bisa dijelaskan mengapa Jayden bisa berteman dengan Duke Ergy dari ceritamu." Lanjut Tutzkia ingin inti dari ceritanya.

"Putri harus tahu, bahwa karena cinta dari putri Amora dengan berbesar hati pangeran Jayden pun bersikap ramah terhadap Duke Ergy. Tapi setiap kesalahan tetaplah harus mendapatkan hukumannya!"

"Lah terus?"

"Saat Duke Ergy mau divonis, terjadi kesenjangan antara kekaisaran Yin dan kekaisaran Mork. Nyatanya seorang Duke dari kekaisaran Yin memiliki kuasa lebih dari pada Raja kekaisaran Yin. Sehingga tidak mudah untuk memvonis Duke Ergy begitu saja. Ketika Raja Mork merasa bahwa kekuasaannya diremehkan, ia berencana untuk membunuh Duke Ergy secara diam-diam ketika ia dilepaskan sampai ke perbatasan. Akan tetapi niat jahat Raja Mork sampai ke telinga putri Amora, sehingga ia menyusul Duke Ergy sampai ke perbatasan dan menerima panah yang seharusnya ditujukan untuk Duke Ergy tepat di jantungnya!"

Harley menceritakan kejadian lima tahun yang lalu secara ringkas. Tapi tidak ada yang tahu bagaimana kejadian itu benar-benar terjadi.

"Lalu, seharusnya Jayden akan sangat membenci Duke Ergy. Tidak ada alasan bagi dirinya untuk bekerja sama dengan pria berdarah dingin itu." Tutzkia mulai tenang dan memikirkan bahwa ada celah di balik cerita Harley yang tampak banyak rahasia di dalamnya.

"Entahlah putri. Saya tidak tahu pasti, sebab saya bertugas di sisi pangeran Jayden saat kejadian itu telah selesai." Tutur Harley sopan.

"Baiklah, mari anggap mereka berteman. Tapi apa yang mereka cari di kekaisaran Empire? Katakan padaku apa yang kau tahu." Ujar Tutzkia memberikan tekanan.

Harley menggaruk pipinya, "Ehm... soal itu aku juga tidak tahu putri. Seperti yang anda ketahui, pangeran Jayden memiliki banyak rahasia!" Ucap Harley berharap Tutzkia menerima alasannya.

Tutzkia menghela nafas. "Baiklah cukup sampai di situ saja. Sekarang kau susunlah rencana untuk menyelinap ke kerajaan Empire dan mencari tahu kemana Jayden pergi." Tutzkia menyelesaikan kalimatnya dan berdiri dari kursi itu. Ia melangkah keluar dan segera menuju ke istana tamu kerajaan di sebelah timur dari istana Jayden.

Harley pun merebahkan tubuhnya ke atas lantai dan memandang langit-langit istana kamar pangeran Jayden. "Mungkinkah pangeran akan kecewa lagi kepadaku?" Gumamnya sambil menutup kedua matanya.

Sebenarnya tidak ada yang tahu cerita dibalik kematian putri Amora dan pengawal setia pangeran Jayden yang terjadi di hari yang sama 5 tahun yang lalu. Yang pasti semua orang mengetahui bahwa putri Amora meninggal 1 tahun setelah hari kematiannya. Menjadi rahasia keluarga kerajaan mengapa mereka menyembunyikan hal yang sebenarnya.

~To be continued

Chapitre suivant