webnovel

Penantian Emely

"Hei... Apa kau yakin kita akan bekerjasama dengan wanita gila itu?" Jayden menarik tangan Ergy ke sisinya sambil berbisik.

Duke Ergy melihat ke arah Emely yang sedang membersihkan tubuhnya dari darah segar di tepi sungai yang dikenal dengan sebutan air mata dewa.

Sungai itu diberi nama seperti itu karena walaupun suhu kerajaan Empire mencapai minus yang membuat tubuh menjadi beku, air sungai itu tidak pernah mengeras.

"Jika kau berbicara mengenai Emely, kau tenang saja. Dia wanita yang tangguh yang pernah aku kenal. Dia seumuran dengan pangeran Maltin, jadi kau harus menghormatinya!" Ujar Duke Ergy memberikan tatapan yang tidak biasa ke arah Emely.

"Cih... aku hanya berbeda setahun dengan Maltin. Kenapa juga aku harus mendengarkan mu!" Gumam Jayden.

Ia melirik pandangan yang Ergy tunjukkan untuk Emely. Secara tak sengaja ia menangkap basah kawan yang dibencinya itu menaruh perhatian pada tatapan yang hanya tertuju pada satu wanita dihadapan mereka, yang tidak bisa dijelaskan oleh kata.

"Jangan harap kau bisa melirik wanita lain selain adikku!" Tutur Jayden lalu pergi.

Duke Ergy mengalihkan pandangannya ke arah Jayden. Ia menghela nafasnya dan menatapnya pasrah.

'Aku tidak pernah mencintai adikmu Jay...' Ergy ingin memberitahukan hal yang seharusnya telah Jayden ketahui, hanya dengan melihat sikap Ergy terhadap adik kesayangannya itu.

'Dalam hidupku yang berlumuran darah ini, hanya dialah satu-satunya wanita yang kucintai!' Duke Ergy melihat ke arah sebuah cincin di tangannya.

Ergy dapat menghancurkan semua yang ada di depan matanya, tapi dia akan tunduk hanya dengan wanita itu. Entah karisma apa yang ia miliki, sampai anak seorang tiran pun akan tunduk dan bahagia hanya dengan senyuman di wajahnya.

'Nona sebentar lagi, tunggu sebentar lagi saja...' Emely melayangkan matanya ke arah langit lepas. Ia merana seperti seekor anjing yang kehilangan tuannya.

Tidak ada yang pernah tahu bagaimana perjuangan Emely untuk sampai ke titik sekarang ini. Duke Ergy pun tidak mengetahui sudah sampai mana Emely berkembang. Karena saat mereka bertemu kembali 5 tahun yang lalu, Emely telah berubah menjadi wanita yang tidak bisa dikalahkan.

"Kalian... Kita akan menuju ke utara dari kaki gunung ini." Teriak Emely memanggil pangeran Jayden dan Duke Ergy untuk segera bersiap.

"Tunggu, aku tidak ingin kau yang menjadi ketuanya! Siapa bilang kau boleh memerintah kami untuk bergerak sejenak jidatmu?" Jayden lagi-lagi bersikukuh dengan Emely.

Emely lalu menghampiri pangeran Jayden dan ia berhenti tepat saat tubuh mereka hanya berjarak 30 cm! "Mau apa kau? Tidakkah kau terlalu dekat..." Jayden tak bisa memprediksi tingkah Emely yang selalu memberikan kejutan. Bagaimana bisa seorang wanita tidak kenal rasa takut, mendekati pria dewasa?

Emely lalu melayangkan pedangnya menancap ke arah tanah sambil menatap mata Jayden menantang. Ia mengangkat sebelah alisnya lalu berucap dengan lantang. "Jika kau tidak menginginkan kitab Yang, sebaiknya kau kembali saja!" Emely penuh keyakinan untuk mengusir Jayden saat itu.

"Huh... tentu saja aku tidak akan kembali. Lagi pula aku tidak membutuhkan pertolongan darimu. Ayo Ergy kita tidak membutuhkan wanita gila ini untuk mencari kitab itu." Ujar Jayden melangkahkan kakinya berlawanan dengan arah tujuan Emely.

Ergy menggelengkan kepalanya, "Jay sebaiknya kita ikuti saja apa mau Emely!" Satu kalimat yang keluar dari mulut Ergy mengheningkan suasana.

Langkah kaki Jayden berhenti, ia menengok ke arah Ergy yang masih terpaku di tempatnya dan juga Emely yang terlihat santai menongka kedua tangannya. Pandangannya seakan-akan yakin bahwa Jayden tidak memiliki pilihan lain selain mengikuti arahannya.

"Apa maksudmu? Kau bilang kau tahu dimana tempat buku itu. Kurasa sudah cukup bagi kita berdua hanya dengan mengetahui letaknya." Jayden mengangkat kedua tangannya dengan mata yang membesar.

"Kau tidak mengerti Jay. Di dalam gua tempat buku itu tersimpan, ada seekor naga lagendaris yang menjaga buku Yang tetap aman. Jika saja naga itu tidak ada, bagaimana mungkin kitab Yang masih tersimpan rapi di sana?" Ujar Ergy santai sambil mengupil.

"Ayolah... kau kan bisa menghancurkan satu desa hanya untuk kesenangan mu..." Sambung Jayden.

"Jangan konyol... aku memang bisa menghancurkan manusia lemah, tapi tidak dengan naga yang memiliki sisik seperti baja dan semburan api yang dapat menghanguskan!" Ergy kembali mengupil ke arah telinganya.

"Oleh sebab itu, ikuti saja perintahku dan kau akan selamat!" Emely menyela pembicaraan mereka dan pergi ke arah utara begitu saja.

Ergy kemudian mengikuti jejak Emely. Sedangkan Jayden yang masih ragu-ragu, terpaksa harus mengikuti Emely sebab ia tidak memiliki pilihan lainnya.

**

Di tempat lain di kediaman pangeran Jayden, Tutzkia membuat keributan!

"Aku tanya sekali lagi... dan jika kau masih belum mau menjawabnya, maka dengan berat hati aku akan melaporkan bahwa pangeran Jayden melawan titah raja dengan pergi keluar tanpa izin!" Seperti biasa, Tutzkia akan mengancam Harley untuk mendapatkan informasi mengenai Jayden.

Harley yang terpojok lalu berlutut dihadapan putri Tutzkia dengan mudah. Itu sebabnya ia benci harus melawan putri Tutzkia yang adalah tunangan dari tuannya. Jika saja dia seorang pria yang entah dari mana, Harley mungkin akan langsung mengeksekusinya segera. Tidak ada yang tahu bagaimana Harley jika marah, sebab ia terlihat seperti pria yang tidak bisa diandalkan.

"Putri tolong jangan beritahukan ini pada raja. Ku mohon..." Harley memohon sambil membawa kedua tangannya menyatu di depan putri Tutzkia.

"Baiklah. Kalau begitu cepat beritahukan padaku, dimana kekasihku itu!" Tutur Tutzkia sambil memalingkan tubuhnya bergerak menyusuri ruangan kamar pangeran Jayden.

'Kekasih! Sejak kapan?' Gumam Harley dalam hati.

"Aku tahu Jayden tidak sedang sakit. Cepat katakan kemana dia pergi!" Putri Tutzkia berhenti tepat di depan meja kerja pangeran Jayden yang ada di sebelah selatan dari kasur tidurnya. Ia lalu mengambil sebuah buku yang berisikan hal-hal yang tidak dia mengerti sama sekali.

Semuanya berisikan rumus kimia modern! Hukum Lewis dan juga bentuk penelitian Fleming yang hanya setengahnya saja. Mungkin saja pangeran Jayden lupa untuk meletakkan buku itu kembali ke ruang rahasia, sehingga Tutzkia bisa melihatnya. Karena tidak mengerti, Tutzkia lalu mengambil buku itu dan memasukkannya ke dalam saku busana yang ia kenakan, tanpa sepengetahuan Harley.

Tutzkia pun berpura-pura bodoh dan kembali berjalan menuju ke arah Harley yang masih berlutut. "Sekarang jawablah, dimana dia?" Tanya Tutzkia.

"Hmt, itu..."

"Jangan mencoba untuk membohongi ku! Kau tahu apa yang bisa kulakukan jika kau mencoba membodohi ku..." Seru Tutzkia.

Ia tahu bagaimana caranya menghadapi Harley seperti biasanya! Namun kali ini Jayden mungkin akan mendapatkan masalah yang besar, jika raja Mork tahu apa yang sedang ia lakukan di luar sepengetahuan raja!

~ To be continued

Chapitre suivant