webnovel

Bab 3. Tatapan Tajam

Hari ini Cherry dan kedua temannya hanya mempunyai satu mata kuliah. Jadi seharusnya mereka tidak perlu berlama-lama di kampus, karena mereka selesai pukul 09.30. Tiga puluh menit setelahnya mereka gunakan mengobrol ringan membicarakan banyak hal. Bahkan tentang pria yang menurut mereka cocok untuk dijadikan 'gandengan' saat kondangan.

"Temannya Aga yang kemarin nolongin elo itu boleh juga ya Cher, nggak cuma lumayan sih, tapi ganteng banget," Zea mengatakannya sambil pandangannya menerawang. Membayangkan. Jika sudah membahas tentang pria tampan, pasti akan heboh sendiri dua orang tersebut. Cherry diam belum menanggapi.

"Bener banget." Ara menanggapi dengan bersemangat, "Gimana menurut elo Cher?" Ara mencoba untuk menarik Cherry dalam obrolan itu. Karena selama ini Cherry memang seperti tidak ada ketertarikan kepada pria, jadi Ara berusaha untuk memancing obrolan tentang pria-pria tampan. Siapa tahu Cherry bisa mengubah pandangannya dan sedikit menanggapi dan tertarik.

Sayangnya itu hanya sia-sia, karena gadis itu tak menjawab. Cherry bahkan melihat jam yang dia kenakan di tangan kirinya.

"Udah jam sepuluh nih, kalian mau pulang atau ikut gue ke perpustakaan?" dengusan itu langsung keluar dari bibir Ara dan mendapatkan kekehan dari Zea.

"Nggak asyik lo, mainnya ke perpus. Macam orang pinter." Ara menjawab dengan bibir mengerucut sebal.

Kemudian Zea menambahi, "Sekali-kali bahas masalah cowok nggak bakalan bikin lo dosa kok Cher, itu namanya manusiawi." Dan Ara menyetujui dengan mengangguk-anggukkan kepala setuju.

"Dosa kalau gue harus bahas cowok orang. Emang lo mau, seandainya cowok lo jadi bahasan cewek lain? Untung lo pada nggak punya pacar." Kedua temannya bungkam, Cherry ini benar-benar.

"Tapi kan kita cuma memuji Cher, bukan untuk hal lain. Ya kalau kita ngedeketin, itu baru nggak boleh." Ara masih kukuh dengan argumennya.

"Ya kali, dia mau dideketin sama elo. Mending lo cari pacar sana, daripada ngomongin pacar orang." Cherry mengatakan itu dengan santai tapi wajahnya sungguh menyebalkan membuat kedua temannya ingin sekali mencakar wajah gadis itu.

"Kita itu masih usaha Cher, usaha. Biar cepet dapet cowok juga. Dan nggak jomblo lagi." Zea kembali berapi-api, membuat Cherry tersenyum kecil bisa membuat temanya sebal.

"Tapi Cher, lo nggak 'menyimpang' kan?" Ara memelankan suaranya saat kata 'menyimpang' dia lontarkan kepada Cherry.

"Gue sih nggak menyimpang, gue cuma melenceng." Bukannya kesal karena ucapan Ara, dia malah melontarkan kata lain dari 'menyimpang' yang membuat Zea tertawa. Bukan karena apa, tapi ekspresi Cherry benar-benar sangat serius.

Ara hanya bisa melempari tisu yang diplintir-plintir kearah Zea dan juga Cherry, "Kampret lo." Ara mengumpati kedua temannya itu.

"Gue itu sebenarnya nggak masalah kalau kalian mau bahas masalah cowok sama gue, tapi ya bukan cowok 'random' yang baru kalian lihat sekali doang. Gue kaya ngerasa kalau kalian itu putus asa aja gitu karena kelamaan jomblo." Cherry oh Cherry mulutnya sungguh minta dicekoki jamu galian singset rupanya.

"Mulut lo emang minta di cabein ya Cher." itu suara Ara.

"Kalau kita bahasnya Bang Arka gimana Cher? Kita kan udah berkali-kali ketemu ama dia." Zea menyeringai kecil dan sangat gagal di mata Cherry.

"Bener, kita bahas abangnya Cherry aja, kan doi juga top banget." Ara menyetujui 'usul' Zea.

"Nggak masalah sih, bahas aja ampe gumoh. Tapi kasihan juga sih kalau pas dia makan terus nggak tahunya stetoskopnya ketelen gara-gara lo rumpiin. Dia kan belum resmi-resmi banget jadi dokter."

"CHERRY!" kedua temannya itu bahkan tak sungkan berteriak karena ucapan adik durhaka macam Cherry ini. Cherry tertawa melihat wajah Ara dan Zea yang memerah karena berteriak sekaligus menahan sebal yang luar biasa.

"Ya udah gue ke perpus dulu ya, ikut nggak?" Cherry berdiri dan bersiap-siap untuk pergi.

Kedua temannya itu menggeleng, namun tak urung langsung bersuara, "diantar nggak?" Ara menawarkan untuk mengantarkan Cherry, meskipun sebalnya juga belum hilang.

"Nggak deh, kaya mau ke Mars aja minta anter." Cherry menjawab santai.

"Ya udah pergi sana lo" Ara memberengutkan wajahnya sambil melambaikan tangannya mengusir Cherry dari tempatnya sekarang.

Cherry tersenyum kecil melihat sahabatnya itu. Melambaikan tangannya dan berlalu dari kedua temannya. Dia akan menghabiskan sedikit waktunya untuk membaca novel online di perpustakaan.

°•°•°•°

Cherry melangkahkan kaki jenjangnya ke arah perpustakaan. Tujuannya hanya satu, dia ingin mencari suasana sunyi. Suasana yang memang cocok untuk mendapatkan konsentrasi. Konsentrasi untuk membaca novel.

Dan perpustakaan memang paling cocok untuk itu, kebanyakan mahasiswa selalu menghabiskan waktunya untuk mengobrol di bawah pohon yang memang sangat sejuk. Tapi sayangnya Cherry tidak. Sampai di tempat yang dituju, gadis itu melangkahkan kakinya menuju meja paling belakang dan dekat dengan kaca, supaya dia bisa melihat kegiatan orang-orang dibawah sana. Baginya itu hal yang menarik.

Cherry membuka tablet yang dibawanya dan membaca novel online yang selalu menemaninya saat jenuh. Bukannya dia suka yang 'berlogo' gratis, toh novel online sekarang juga berkoin. Karena baginya, membaca novel online itu dia bisa membaca yang baginya bagus. Sesekali dia membeli beberapa Novel yang menurutnya menarik sebagai koleksinya.

Disaat-saat seperti ini, Cherry terlalu fokus dengan bacaannya. Sampai-sampai dia tak menyadari ada seseorang yang sedang mengamatinya. Namun entah kenapa, seperti ada sebuah benang yang menariknya, tiba-tiba dia mendongak. Dan saati itulah dia melihat seorang lelaki yang sedang menatapnya dengan tatapan datar seperti waktu itu. Seandainya mereka berada di dalam drama Korea, maka akan ada musik yang mengiringinya.

Sayangnya, entah kenapa, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya dari mata lelaki itu. Mata hitam itu seolah menarik dan menjeratnya. Cherry bahkan seakan terkurung di dalamnya. Ini sungguh tidak benar. Dia tak bisa membiarkan dirinya menjadi lemah. Memutuskan tatapannya dari lelaki itu, dia kembali pada kegiatannya sebelumnya. Namun konsentrasinya tak bisa kembali.

Menatap ke arah lain, Cherry meninggalkan novel yang akan dinikmatinya. Memilih menatap luar, dan menikmati lalu lalang orang-orang. Dia berusaha tak peduli dengan keberadaan lelaki itu, tapi ada sesuatu di dalam dirinya yang merasa tak nyaman.

Menghela nafasnya Cherry memutuskan untuk pulang. Diperhatikan sedemikian rupa dengan orang asing, benar-benar membuatnya harus meninggalkan tempat itu. Dia tak tahan jika harus ditatap dengan tajam seperti itu.

Hey, dia tak memiliki masalah apapun dengan lelaki itu, lalu kenapa dia diperlakukan seolah dia adalah musuh besarnya? yang benar saja. Seperti itulah pikiran Cherry sekarang.

°•°•°

Chapitre suivant