webnovel

Merindukan Daniel

Tak semua kata dapat terucap, lain di mulut lain di hati. Suatu hari nanti, kau akan tahu, rasa cinta yang tersimpan.

***

Di sarankan sambil mendengarkan lagu,

Because I Miss You oleh Hwang Chi Yeol

***

Keesokan harinya, di hari minggu. Apartemen Daniel terlihat sangat berantakan, ada beberapa botol whiskey berserahkan di atas meja ruang televisi. Semalam laki-laki itu melampiaskan kesedihannya dengan sedikit minum-minum --niat awalnya, namun bukan Kang Daniel namanya akan berhenti hanya dengan satu atau dua gelas whiskey.

Somi, adik angkat Daniel sampai membelalakan matanya. Pasalnya ruangan di mana ada Daniel yang sedang tertidur di sofa itu bagai kapal pecah.

"Aigoo Niel. Sefrustasi inikah dirimu? Lihat apa yang sudah kau lakukan. Kau mengubah ruang tvmu menjadi gudang yang terbengkalai." Somi membereskan botol-botol whiskey dan membuangnya ke tempat sampah.

Kemudian, ia membereskan bantal sofa yang terjatuh ke tempat semula dan mencoba membangunkan Daniel. "Niel! Bangun! Jangan tidur dengan posisi seperti itu, atau kepalamu akan sakit setelah bangun," ucapnya.

Namun, tidak ada jawaban dari laki-laki itu.

"Sebegitu besarnya kah pengaruh seorang Kim Sejeong di kehidupanmu Niel? Aku tidak ingin kau mengalami luka seperti sebelumnya," gumamnya pelan. Ia menyerah untuk membangunkan Daniel.

Akhirnya perempuan itu memutuskan untuk membuat sup hangover untuk meredakan pusing setelah mabuk.

Tidak butuh waktu lama, sup hangover telah disajikan di meja makan lengkap dengan nasi. Somi pun kembali menghampiri Daniel untuk membangunkannya.

"Kang Daniel! Bangun sekarang!" seru Somi sembari menggoyang-goyangkan tubuh Daniel.

Pria itu menggeliat dan mengucek kedua matanya yang perlahan terbuka. Lalu, ia mengerjap-ngerjap sembari meregangkan tangannya ke atas dan menguap sesekali.

"Eung! Sejak kapan kau ada di apartemenku?" tanya Daniel setelah mendapatkan Somi berdiri di sampingnya dengan bersidekap dada.

Daniel terbangun dan dalam posisi duduk saat ini ia menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Niel, kubuatkan sup hangover untukmu. Mandi lebih dulu, setelah itu baru ke meja makan. Mengerti?" ucap Somi sudah seperti eomma Daniel.

Daniel mengangguk. "Terima kasih Som," sahutnya.

Laki-laki itu melangkahkan kakinya ke lantas atas --kamarnya dengan langkah yang sedikit tertatih karena kepalanya sedikit pusing. Oh, ayolah! Daniel juga baru saja bisa beristirahat tapi ia malah minum-minum semalaman karena frustasi dengan keadaan Sejeong yang tidak mengenalinya.

Jeon Somi, perempuan itu menggelengkan kepalanya melihat Daniel seperti itu. Kemudian ia merapikan bekas tidur laki-laki itu di sofa.

Ke mana pengurus apartemen Daniel? Jawabannya ada! Laki-laki marga Kang itu, hanya sesekali memanggilnya untuk membersihkan apartemen, selebihnya ia yang mengurusnya.

Tiba-tiba ponsel Somi berdering. Saat membuka lockscreen menampilkan nama seseorang di layar utama.

Daehwi❤ is calling ...

"Yeoboseyo chagi."

Seutas senyum tersungging di ujung bibir Somi. Ia sangat senang karena sang kekasih menghubunginya.

"Ah, chagi ada apa hm?"

"Aku merindukanmu. Kau tidak rindu padaku? Ada di mana kau sekarang?"

Semburat merah timbul di kedua pipi Somi.

"Aku juga rindu padamu Hwi. Aku sedang di apartemen Daniel. Kau di mana?"

"Ah, bagaimana kabarnya? Kudengar ia baru keluar dari rumah sakit? Aku di kantor. Nanti sore ayo kita bertemu."

"Dia sudah baik -baik saja secara fisik tapi tidak dengan psikisnya."

Somi menghela napas panjang.

"Bagaimana maksudmu?"

"Panjang ceritanya Hwi. Nanti akan kuceritakan saat bertemu. Jangan sampai telat menjemputku di apartemen ya."

"Baiklah sayang. Aku lanjut bekerja ya. Kau baik-baik di sana. Sampai bertemu sore nanti."

"Ya sayang. Semangat bekerjanya. See you in this evening."

Panggilan pun berakhir. Somi menunggu Daniel selesai mandi sambil duduk di sofa dan menonton televisi.

***

Seorang Dokter muda nan tampan melangkahkan kakinya menuju ruang dandelion. Ia bersama dengan seorang suster yang membantunya untuk mencatat tanda-tanda vital dari pasien-pasiennya.

Sedang, di ruangan dandelion tersebut seorang wanita dengan surai cokelat sedang menatap kosong ke arah langit-langit. Raganya di sana namun pikirannya melayang jauh entah ke mana.

Wanita itu terkesiap saat mendengar suara decit pintu terbuka. Pupilnya membesar dan sudut bibirnya terangkat. Namun, dalam hitungan detik wanita itu menghela napas kecewa saat tahu siapa yang datang, tidak sesuai harapannya.

"Selamat pagi dokter Kim, bagaimana keadaanmu hari ini?" tanya seseorang. Ia adalah Dokter tampan itu.

Sejeong tersenyum ketir. "Sudah lebih baik Dokter Oh."

Dokter Oh mengangguk dan tersenyum lalu memerintahkan suster untuk mengganti infus yang hampir habis. Setelah itu, Dokter Oh menyuntikan vitamin ke dalam selang infusan tersebut.

"Di mana Dokter Kim Doyoung?" tanya Sejeong penasaran. Pasalnya Dokter Oh bukan Dokter yang menanganinya.

Dokter Oh mengernyitkan dahinya. "Bukankah Dokter Kim ada pertemuan dengan para dokter ahli bedah di Jepang selama seminggu? Maka dari itu, aku menggantikan tugasnya," sahutnya.

Sejeong menggelengkan kepalanya pelan. "Aku tidak tahu. Ah, mungkin Dokter Kim lupa memberitahuku," ucapnya.

"Mungkin, dan untuk seminggu ke depan kita akan lebih sering bertemu karena aku Dokter yang akan merawatmu," sahut Dokter Oh sambil mengecek denyut nadi Sejeong.

Wanita itu mengangguk. "Mungkin aku akan bosan bertemu denganmu terus Dokter Oh," ucapnya bercanda.

"Atau mungkin kau akan menyukaiku karena kita akan sering bertemu," sahutnya membalas menggoda Sejeong.

Sejeong terkekeh pelan. "Kurasa akan menyenangkan bisa dirawat oleh Dokter Oh," ucapnya.

Dokter Oh, adalah salah satu dari banyaknya dokter yang sangat ramah dan juga favorit dikalangan pasien.

"Baiklah kalau begitu, sebentar lagi makan siang akan tiba. Habiskan dan jangan lupa diminum obatnya. Panggil saja suster jika kau butuh bantuan," ucap Dokter Oh dan tersenyum.

Sejeong mengangguk. "Iya, terima kasih Dokter Oh," sahutnya.

"Ah, iya aku lupa. Selamat untuk kepindahanmu kembali ke rumah sakit Seoul. Maaf aku baru sempat mengatakannya sekarang," ucapnya sambil terkekeh pelan, membuat kedua matanya menyipit.

Sejeong tersenyum. "Terima kasih Dokter Oh. Jika aku sudah keluar dari rumah sakit, aku akan menteraktirmu dan juga Dokter Kim," sahutnya.

"Call! Cepatlah sembuh," ucap dokter Oh dan terkekeh pelan.

Setelah lima tahun tidak bertemu, kau tetap Kim Sejeong yang sama. Yang kukagumi selama ini. Batin Dokter Oh.

Sejeong tersenyum menanggapi Dokter Oh yang sangat ramah itu. Jemari tangan wanita itu membentuk o. Juga, dibalas dengan tanda yang sama oleh Dokter tampan itu.

"Aku permisi kalau begitu. Nanti malam sebelum pergantian shift, aku akan kembali ke sini," ucap Dokter Oh dan menundukan kepalanya singkat.

Sejeong mengangguk. "Terima kasih Dokter Oh," sahutnya.

Dokter tampan itu mengarahkan tungkainya keluar dari ruangan dandelion dan diikuti oleh suster.

Sejeong menghela napas panjang lalu mencoba meraih ponsel yang ada di nakas sebelahnya. Dengan gerakan tertatih, wanita itu berhasil menggapainya.

Ya, benar saja. Banyak sekali notification pesan maupun panggilan masuk tak terjawab.

Doyoungkim

Sat, September 2kxx

Sejeong-ie

Aku tidak bisa menemuimu besok

Aku akan ke Jepang untuk seminggu

×××

15 Missed call from Doyoungkim.

"Oh my God! Kenapa aku tidak mengetahuinya? Ah, pantas saja. Ini dalam mode silent," gumam Sejeong setelah melihat tanda silent dinotification barnya.

Dengan cepat Sejeong mencoba membalas pesan Doyoung. Walaupun dengan sangat pelan gerakan jarinya karena masih terasa lemas.

Doyoungkim

Sun, September 2kxx

[Iya oppa tidak apa-apa]

[Aku sudah bertemu dengan dokter penggantimu]

[Ternyata dia dokter Oh 😁]

Ah, syukurlah kalau begitu

Aku ingin mendengar suaramu tapi tidak bisa

Aku masih di ruang rapat 😂

[Tidak apa oppa]

[Fighting! 😳]

Sejeong tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya. Pasalnya ia baru saja bertemu dengan Dokter tampan --Dokter Oh, teman satu fakultas di universitas yang sama dulu. Juga, Doyoung yang selalu bisa membuat moodnya membaik.

Namun, tidak bisa dipungkiri kalau Sejeong merasa was-was sekaligus gelisah. Karena seseorang yang ia tunggu sedari pagi belum juga menampakkan batang hidungnya.

"Ke mana Daniel? Aku merindukannya. Aku akan bilang, bahwa aku telah berbohong padanya. Sebenarnya, aku mengingatnya," monolog wanita itu pelan dengan jeda. "Aku ingin memeluknya."

Tanpa Sejeong sadari, seseorang mendengarkan ucapannya dari balik pintu ruangan tersebut. Napasnya tercekat hingga membuat dadanya naik turun. Ia tidak habis pikir bagaimana bisa wanita itu berbohong.

***

Chapitre suivant