Aska mengambil nafas panjang, kemudian di letakkannya gitar di samping ranjang.
"Hai, kenapa menangis?" tanya Aska sambil mengusap airmata Karin.
"Lagu yang kamu sukai, kenapa selalu yang cengeng." sentak Karin, masih terisak sedih.
"Dulu kamu menyanyikan lagu sedih, sekarang juga. Apa tidak ada lagu yang gembira?" ucap Karin dengan bibir sedikit manyun sambil menghapus airmata terakhirnya.
Aska tertawa terkekeh, meraih kepala Karin dan mendekapnya ke dalam dadanya.
"Lagu yang aku bawakan itu, mewakili suara hatiku Rin, makanya saat aku bernyanyi kamu menjadi menangis, itu karena aku sangat menjiwainya." ucap Aska terkekeh, sambil mengacak-ngacak rambut Karin.
"Menjiwai apa!" cerucut Karin, beralih mengambil gitar dan memulai memetik nada gitar yang berupa dentingan saja. Namun sangat indah saat di dengarkan. Aska menatap Karin tak berkedip, ada kebanggaan terselip di hatinya bisa memiliki Karin yang serba bisa.
"Aku bersyukur bisa memilikimu Rin." ucap Aska tanpa mengedipkan mata, setelah Karin menyelesaikan petikannya dan meletakkan gitar ke tempatnya.
Karin tersenyum.
"Aku juga bersyukur bisa memiliki kamu Ka." balas Karin.
"Oh ya..Ka, bagaimana kalau besok pagi kita kembali ke rumah?" tawar Karin. Mata Aska nampak bersinar terang.
"Benarkah? aku sudah rindu kamarku, rindu bik Imah, rindu pekerjaanku." ucap Aska dengan sangat antusias.
"Rindu juga pada Sonya?" potong Karin, menatap Aska terlihat nampak bahagia. Namun wajah Aska seketika berubah saat Karin menyebut nama Sonya.
"Aku sama sekali tidak mengingatnya." sahut Aska sedikit gelisah melihat Karin yang menatapnya penuh.
"Status Sonya masih tunanganmu Ka, Mommy sudah mencoba memutuskan pertunanganmu dengan Sonya. Tapi orang tua Sonya tidak terima, jika bukan kamu sendiri yang mengatakannya pada mereka." jelas Karin,
"Lebih baik kamu tahu sekarang, daripada nantinya akan menjadi masalah besar, kamu harus bisa menyelesaikannya dengan baik-baik." nasihat Karin, yang tak tega melihat Aska yang harus berpikir lagi masalah Sonya.
"Kamu tidak akan meninggalkan ku lagi kan Rin? berjanjilah padaku! apapun yang terjadi kamu tetap berada di sampingku?" tatap Aska penuh harap. Karin tersenyum, mencubit hidung mancung Aska.
"Aku selalu di sampingmu, dan aku minta kamu jangan terlalu memikirkan hal ini. Ingat kesehatanmu! itu yang terpenting!" Karin mengingatkan Aska akan kesehatannya.
"Mau memelukku Rin?" entah kenapa Aska membutuhkan pelukan Karin saat ini, setelah moodnya hilang hanya karena sebuah nama Sonya. Karin menggeser duduknya, meraih kepala Aska dan menenggelamkannya dalam dekapannya. Karin memejamkan matanya, ikut merasakan kegelisahan yang telah melanda hati Aska.
"Tidurlah Ka, jangan memikirkan apapun selain diriku. Kamu mengerti kan." Ucap Karin membelai rambut Aska penuh kesedihan.
"Hm, aku mengerti... biarkan aku tidur dalam pekukanmu sebentar Rin. Aku sangat membutuhkan pelukanmu saat ini." sahut Aska semakin menenggelamkan wajahnya dalam ceruk leher Karin.
Keduanya tenggelam dalam satu pelukan dengan mata yang sama-sama terpejam.
***
Di ruang kerjanya yang baru Edo nampak termenung memikirkan sesuatu. Ada banyak hal yang menganggu pikirannya dalam dua hari ini. Karin dan Aska.
"Kak Edo, jangan diam terus! jawab pertanyaanku kak? kenapa kak Edo repot-repot bantu Aska?" teriak Alea menatap kesal pada kakaknya yang sedari tadi diam tanpa menjawab pertanyaannya.
"Alea, hidup Aska tidak akan bisa bertahan kalau belum mendapat donor tulang sumsum dengan cepat! aku harus menolongnya." ucap Edo mencoba memberi pengertian pada Alea.
"Kak Edo kan bisa menolongnya dengan cara lain, bukan berarti harus mendonorkan tulang sumsum kakak." protes Alea masih tidak mengerti dengan jalan pikiran Edo.
"Jangan bilang kak Edo melakukan hal ini, karena Karin! Benar kan kak? karena Karin kan kak Edo melakukan ini?" tatap Alea dengan tajam.
Edo yang mendengar semua perkataan Alea yang meluap-luap hanya bisa duduk tenang, setenang hatinya.
"Alea, aku tidak mau melihat kesedihan lagi di mata Karin. Cukup aku dulu yang mengecewakannya, hingga membuat Karin menjadi wanita yang begitu dingin. Jika terjadi sesuatu pada Aska, pasti Karin akan lebih sedih dan terluka Lea."
"Kakak masih mencintainya? kakak masih mencintai Karin kan? jawab jujur kak!"
"Apa aku harus memberi jawaban yang lain Alea? kamu sudah mengenal kakak bertahun-tahun." jawab Edo jujur tak ada pilihan lain selain jujur mengakui perasaannya jika dari dulu sampai sekarang hati dan cintanya hanya untuk Karin.
"Kalau begitu kakak tidak usah menolong Aska, biarkan Aska mati, nanti Karin akan bisa kembali bersama kakak lagi." ucap Alea memberikan idenya pada Edo.
Edo mendongakkan wajahnya dan menatap mata Alea dengan mata yang penuh kemarahan.
"Siapa yang mengajarimu berbuat jahat pada orang lain! ingat Alea, jika kamu masih menganggap aku sebagai kakakmu! jangan sekali-kali di pikiranmu ada niat jahat pada orang lain." ancam Edo dengan suara tegas. membuat hati Alea menciut, dan merasa bersalah pada Edo.
"Maafkan aku kak, aku hanya tak ingin melihat kakak bersedih, aku tak ingin kakak kehilangan jati diri kakak lagi." suara Alea menurun lunak.
Edo mendekati Alea dan mendekapnya penuh kasih.
"Kamu tidak akan kehilangan kakak lagi Alea, dan jangan menguatirkan kakak. Kakak akan baik-baik saja." ucap Edo mengecup puncak kepala Alea.
"Alea, besok Karin dan Aska akan balik ke kota N. Apa kamu mau ikut kakak? pindah ke kota N?" pertanyaan Edo yang membuat Alea semakin tak percaya dengan apa yang telah di korbankan Edo demi Karin.
"Tapi kak, kakak kan baru terpilih di sini sebagai CEO, terus bagaimana dengan posisi kakak sekarang?" tanya Alea tak mengerti.
"Terpaksa kakak lepas, kakak terpaksa akan terima tugas dari papa untuk bekerja di sana." jawab Edo kalem.
Alea kembali tak habis pikir, kenapa selama bertahun-tahun hidup kakaknya hanya selalu fokus pada satu titik yaitu Karin.
"Demi kakak, Alea akan ikut pindah ke sana."
jawab Alea mantap.
Senyum Edo mengembang.
"Anak pintar, pulanglah sekarang dan berkemaslah besok kita berangkat. Sekarang kakak akan pergi menemui dokter Irwan, untuk mengetahui hasil cek tulang sumsum kakak." ucap Edo seraya mengacak lembut rambut Alea.
"Kakak pergi dulu...hati-hati kamu nanti mengendarai mobil ya." pesan Edo sebelum keluar dari ruang kerjanya.
Sesampainya di rumah sakit, Edo langsung menemui dokter Irwan yang sebelumnya telah membuat janji terlebih dahulu.
"Hai Do, bagaimana kabarmu hari ini? baik-baik saja kan?" tanya Irwan mengingat kemarin Edo telah menjalani serangkaian proses cek kondisi kesehatan Edo secara keseluruhan berkenaan dengan keinginnanya yang ingin mendonorkan tulang sumsum pada Aska.
"Aku baik-baik saja Wan, bagaimana hasil tulang sumsumku apa cocok dengan punya Aska?" tanya Edo langsung pada pokok masalahnya.
"Syukurlah Do, dari semua pendonor kemarin-kemarin semua tidak ada yang cocok, dan sekarang aku bisa bernafas lega. Tulang sumsummu cocok dengan punya Aska." ucap Irwan sambil menyerahkan hasil cek lab nya pada Edo.
"Syukurlah kalau begitu, seperti yang aku bilang padamu Wan. Aku akan siap kapan saja saat Aska membutuhkanku. Karin dan Aska besok akan balik ke kota N, jadi kemungkinan aku akan stay di sana untuk berjaga-jaga jika Aska membutuhkan ku secepatnya." jelas Edo.
"Kalau bisa secepatnya Aska menjalani operasi transplantasi ini, karena kondisi Aska sebenarnya sangat buruk, pertama kali ke sini Aska sudah mengalami pembengkakkan pada hati dan ginjalnya, hasil cek terakhir kemarin sudah pada jantungnya." terang Irwan dengan sangat serius.
"Apakah Karin dan Aska tahu hal ini?" tanya Edo dengan hati yang miris.
"Belum tahu, karena kemarin itu Aska minta pulang paksa. Dan hasil lab terakhir belum keluar, bahkan orang tua Aska juga belum tahu hal ini. Kemarin malam aku hanya membahas soal donor kamu aja. Kamu tenang saja aku sudah menghubungi Karin agar mampir besok pagi." ucap Irwan panjang lebar.
"Baiklah Wan, aku minta kamu menepati janjimu. Untuk tidak mengatakan apapun, jika aku yang mendonorkan tulang sumsun pada Aska."
"Aku usahakan Do, secara pribadi apa yang kamu lakukan ini sangatlah luar biasa. Semoga dengan tulang sumsummu, Aska bisa sehat kembali. Walau sekarang aku menguatirkan organ tubuh Aska yang lain, yang sekarang bermasalah.
Malam kk
Happy reading,.
Di chapter ini yang sayang sma Babang Aska tidak boleh bersedih atau marah ya kk hehe
Karena itu mmg alur cerita dari FIL ini,..
Mmg Aska byk sekali ujiannya,
Jadi kk yang setia sma Aska, ttp stay y kk,..
Dan jangan lupa untuk VOTE, ULASAN, BINTANG plus KOMENTnya agar Aska ttp berkibar,...
Mksh kk luv u all