webnovel

ANCAMAN SONYA

Karin turun dari Mobil dengan perasaan yang tidak enak, sejak mendapat Telpon dari Dokter Irwan untuk menyuruhnya datang mengambil hasil lab Aska yang terbaru.

Dengan dada yang berdebar-debar, Karin membuka pintu ruangan Dokter Irwan.

"Pagi Dok." sapa Karin dengan sopan.

"Pagi, silahkan duduk Karin." balas Dokter Irwan mempersilahkan Karin untuk duduk di depan mejanya.

"Bagaimana Dok, hasil lab terakhir Aska? apa ada masalah Dok?" cecar Karin dengan sedikit panik.

"Begini Karin, hasil yang dulu di kirim Dokter Heru menyatakan kalau ada pembengkakan pada hati dan ginjal Aska. Dan dari hasil terakhir pembengkakan sudah ke jantung Aska, jika di biarkan terus akan terjadi katup jantung atau kebocoran pada jantung hal itu terjadi karena Aska lebih sering mengalami demam tinggi. Kemarin sudah ada pendonor tulang sumsum dan tulang sumsumnya sangat cocok dengan punya Aska, tapi jika jantung Aska bermasalah maka operasi transplantasi tulang sumsum tidak bisa di lakukan...jika di paksakan akan membahayakan nyawa Aska." jelas Dokter Irwan panjang.

Kepala Karin seakan berdenyut, tak bisa berkata apa-apa lagi, selain hatinya yang menjerit. Kenapa semua ini harus terjadi pada Aska? sampai kapan Aska harus menjalani semua ini. Mata Karin mulai berkaca-kaca walaupun pikiran dan hatinya sudah menahannya, Namun tetap juga airmatanya turun dengan sendirinya.

"Menurut dokter apa jalan yang terbaik untuk Aska saat ini dok?" tanya Karin putus asa.

"Baiknya di perhatikan betul pola makan dan pola hidup Aska agar kondisinya stabil. Jangan banyak beban dan pikiran, organ tubuh Aska harus sehat semua, agar operasi tranplantasi nya bisa di lakukan." jelas dokter Irwan lagi.

"Apakah itu berarti operasi baru bisa di lakukan jika ginjal, hati dan jantung Aska sehat dok?" suara Karin terasa tercekat.

Dokter Irwan menghela nafas mengangguk berat.

"Kamu harus bisa menguatkan Aska Karin, agar Aska bisa mengikuti pola makan dan pola hidup yang sehat. Kalau sudah di Kota N, bilang ke dokter Heru untuk melakukan cek up lagi. Semoga apa yang kita kuatirkan tidak terjadi."

"Semoga dok, trimakasih atas nasihatnya dok...saya permisi dokter." ucap Karin menyalami Dokter Irwan.

Dengan pikiran yang kalut, Karin berjalan menuju mobil dimana Aska dan Pak Damar sudah menunggu di dalam mobil.

"Bagaimana Rin? apa kata dokter Irwan? apa ada sesuatu yang penting?" tanya Aska menatap wajah Karin yang sedikit pucat, setelah menemui dokter Irwan.

"Kita di sarankan untuk menemui dokter Heru jika kita sampai di rumah, akan ada cek up ulang." terang Karin, tanpa menceritakan soal jantung Aska yang bermasalah.

"Pak Damar, jalan pak." ucap Karin beralih pada pak Damar.

Aska termenung menatap pada jalanan di sampingnya. Aska tahu, ada sesuatu yang telah di sembunyikan Karin darinya. Dan Askapun tahu jika hidupnya tidak akan lama. Mungkin hanya tinggal hitungan hari saja.

"Aska." panggil Karin

"Hmm." balas Aska menoleh menatap wajah Karin.

"Tidurlah, perjalanan akan lama. Aku tidak ingin kamu merasa capek." sahut Karin lembut.

"Bisakah memelukku biar aku bisa tertidur?" Mata Aska menatap wajah karin yang masih di liputi kesedihan.

"Ya tentu saja sayang, kemarilah agak dekat." jawab Karin memajukan pahanya untuk di jadikan bantalan kepala Aska.

Aska meringkuk di pangkuan Karin, dengan kepalanya yang menyusup dalam perut Karin.

Mata Aska terpejam mencoba untuk tidur agar bisa melupakan rasa sakit yang mulai menyerangnya. Dadanya terasa nyeri sejak berangkat dari rumah.

Belaian Karin pada rambutnya sedikit mengurangi rasa sakit di dadanya, dan di perutnya, bahkan di sekujur tubuhnya.

Setelah Enam jam perjalanan, Mobil Aska sudah sampai tepat di depan pintu rumah Aska. Karin membangunkan Aska dengan pelan.

"Ka...Aska, bangun gih...sudah sampai." ucap Karin lembut di telinga Aska.

Askapun berlahan membuka matanya, dengan di bantu Karin Aska bangun dari tidurnya, tubuhnya terasa sangat kaku.

"Apa perlu aku bantu berjalan Ka." ucap Karin, sambil membawa map yang berisi hasil cek up Aska yang harus di serahkannya ke Dokter Heru.

"Tidak usah Rin, aku masih kuat kok." balas Aska dengan senyum pedihnya.

"Pak Damar apa bisa bantu Aska ke kamarnya pak. Aku mau pergi sebentar menemui dokter Heru." ucap Karin pada pak Damar.

"Karin, jangan sekarang." cegah Aska.

"Kamu istirahatlah dulu, kamu juga butuh istirahat." lanjut Aska.

"Hemm, baiklah Ka...ayo aku antar ke kamarmu." ucap Karin sambil menggandeng lengan kiri Aska. Belum selangkah Aska melangkah terdengar suara tepuk tangan yang cukup keras.

"Plok..plok..plok"

"Jadi ini akhirnya, karena wanita rendah ini! kamu ingin memutuskan tunangan kita Ka!" Teriak Sonya yang kedatangannya tak di ketahui pak Damar.

Aska berbalik menatap Sonya dengan sorot mata yang dingin.

"Ada apa kamu sini?cepat keluarlah! aku segera akan ke rumahmu dengan orang tuaku, untuk memutuskan pertunangan kita." ucap Aska dengan wajah yang merah pucat, sungguh kehadiran Sonya memicu kemarahan pada dirinya.

"Kamu tidak bisa mengusirku dari hidupmu Aska! kamu tahu apa yang bisa di lakukan oleh orang tuaku untuk menjatuhkan kedua orang tuamu!" ucap Sonya dengan suara yang melengking tinggi.

"Lakukan saja, aku tidak takut! Aku bisa lebih kejam dari apa yang di lakukan orang tuamu. Sekarang kamu cepat pergi dari hadapanku!" teriak Aska terbawa emosi, dadanya mulai terasa sakit, jantungnya terasa teremas-remas.

"Ingat Aska! aku tidak akan terima semua ini! tunggu saja apa yang akan aku lakukan pada wanita rendah itu! Jika aku tidak bisa memilikimu! wanita rendah itupun tidak akan bisa memilikimu!" ancam Sonya sambil menuding Karin yang berdiri di samping Aska dengan tangannya yang memegang lengan Aska.

Karin yang sedari tadi diam saja, melepaskan pegangannya. Dengan hati kesal namun tetap mencoba tenang, Karin menghampiri Sonya.

"Kamu mengancamku? dengarkan aku! aku tidak takut dengan ancamanmu! kapanpun kamu mau aku siap menghadapimu! sekarang pergilah jangan ganggu Aska lagi." ucap Karin dengan suara yang penuh tekanan.

"Kamu wanita rendah!!"

"Plakkk"

Sonya menampar pipi Karin. Aska yang mengetahui itu menghampiri Sonya.

"Apa yang kamu lakukan? cepat kamu pergi dari sini sebelum habis kesabaranku." geram Aska.

"Aku bisa melakukan apapun pada wanita rendah ini!" Sonya mengangkat tangannya kembali hendak menampar Karin, namun dengan cepat Karin menangkap pergelangan tangan Sonya dan memelintirnya hingga Sonya menjerit kesakitan.

"Cepat kamu pergi dari sini! sebelum aku mematahkan tulangmu." sahut Karin sambil mendorong tubuh Sonya.

"Awas kamu wanita rendah! kamu akan terima balasanku!" umpat Sonya menatap Karin dengan mata penuh kebencian. Sonya berjalan keluar dengan dendam yang begitu besar dalam hatinya.

Aska yang berdiri tanpa ada yang memeganginya sedikit limbung, kehadiran Sonya membuat rasa sakitnya semakin terasa sakit. Dengan memegang dadanya yang mulai sesak dan sangat sakit, Aska berpegangan pada bibir kursi. Karin dengan cepat membantu Aska untuk tetap berdiri dan menatap wajah Aska yang terlihat pucat pasi.

"Aska, aku minta jangan kamu pikirkan apa yang di katakan Sonya. Kamu harus tetap tenang." ucap Karin dengan hati yang cemas, mencoba menenangkan hati Aska.

Aska tersenyum menahan sakit di dadanya.

"Kamu jangan kuatir, aku tidak apa-apa. Ayo antar aku." ucap Aska lirih dengan mata yang di rasakannya mulai berkunang-kunang, dan menjadi gelap, hingga...

"Bruuukkkk"

Tubuh Aska ambruk ke lantai, tanpa bisa di cegah Karin.

"Askaaaaaaa."

Chapitre suivant