webnovel

ASKA KU MALANG ASKA KU TERSAYANG

Karin berdiri terpaku, dengan mulut yang terbuka mendengar kata-kata Aska yang panjang yang sama sekali di luar pemikirannya.

"Aska, kamu bicara apa sayang?" tanya Karin menghampiri dan duduk lagi di samping ranjang Aska.

Aska kembali berbalik menghadap tembok saat Karin sudah duduk di sampingnya lagi. Dengan lembut Karin membalikkan tubuh Aska kembali dengan sedikit mengeluarkan tenaga agar Aska mau menghadap ke arahnya.

Walaupun Aska sudah menghadap Karin, namun matanya kini yang terpejam. Hati Karin sungguh merasa kesal sekaligus gemas dengan sikap Aska yang tak pernah berubah. Kekanakan dan keras kepala. Tapi apa daya, Karin sangat mencintainya dan menyayanginya.

Dengan kesabaran hati yang penuh, Karin mengamati wajah Aska yang masih terpejam. Karin tahu kelemahan Aska hanya satu, yaitu lemah dengan sentuhannya.

"Aska, aku tahu kamu tidak lagi tidur. Kamu pasti mendengar apa yang aku katakan kan? dengar ya sayang...apa yang kamu katakan tadi semua itu tidaklah benar. Maafkan aku, aku tadi hanya bercanda, aku ingin menggodamu saja tadi sayang. Maafkan aku yaa." jelas Karin berharap Aska mau membuka matanya. Namun hingga beberapa menit Karin menunggu tak juga Aska membuka matanya.

Sambil mengelus dada, Karin mulai berniat menjalankan cara terakhirnya. Berlahan Karin mendekati wajah Aska, kemudian mengecup kedua mata Aska bergantian secara berulang-ulang. Sampai pada saat Aska mulai membuka matanya, baru Karin menghentikan aktifitasnya.

Mata Aska menatapnya dengan sangat sendu dan terlihat sangat sedih dan putus asa. Karin yang awalnya ingin tertawa karena Aska telah membuka matanya, menjadi diam dan membalas tatapan Aska dengan tatapan yang lembut.

"Ada apa sayang? katakan..kenapa kamu sampai berpikir seperti itu tadi? apa yang membuat hatimu resah Ka?" tanya Karin lagi.

"Aku bukanlah laki-laki yang sempurna lagi Rin, selain sebagai laki-laki yang lemah, yang selalu merepotkanmu. Aku tak pantas untukmu Karin." ucap Aska dengan suara lemah.

"Aku tahu Edo masih mencintaimu, aku bisa melihatnya dengan jelas. Dia sangat perhatian padamu dan terlihat sangat sabar saat menghadapi Alea atau saat berbicara denganmu. Dia sangat tampan apalagi kini dia juga seorang CEO. Aku tidak sebanding dengannya Rin? wajahku yang kini mengerikan pasti membuatmu risih dan malu dan kamu juga pasti sudah bosan dengan sifat ku yang seperti ini." lanjut Aska dengan menenggelamkan wajahnya di balik bantal. Punggung Aska terlihat bergetar menahan sesak dalam dadanya.

Hati Karin terasa teriris sembilu, apa yang harus dia lakukan agar Aska tidak terluka dengan hal-hal yang sekecil ini, hati Aska yang mudah sensitif sekarang sangat membahayakan kesehatannya.

"Aska, jangan seperti ini sayang? apa yang kamu pikirkan itu tidaklah benar? dengarkan aku Aska...ayolahh lihat aku sayang." bujuk Karin dengan penuh rasa cinta, dengan pelan Karin mengambil bantal yang menutupi wajah Aska.

Mata Aska memerah dan dan sedikit sembab. Tak sampai hati Karin melihatnya.

"Bangunlah sayang, biar aku bisa memelukmu. Agar kamu bisa tahu, aku benar-benar mencintaimu." pinta Karin, sambil meraih punggung Aska membantunya untuk duduk. Tubuh Aksa bergerak menuruti permintaan Karin.

Dengan sepenuh hati Karin memeluk tubuh ringkih Aska. Semakin dekat, semakin erat Karin memeluknya.

Dada Aska dan dada Karin menempel satu sama lain, hingga hanya detak jantung mereka yang bisa mereka rasakan.

"Aku merasakan detak jantungmu Ka, kamu juga mendengar detak jantungku kan?" tanya Karin menatap lembut ke dalam mata Aska.

Aska terdiam, hanya tatapannya yang tak lepas menatap Karin.

"Dengarkan aku sayang, bagaimanapun keadaanmu, kamu sangat lah sempurna bagiku. Begitu sangat sempurna, hingga tak ada seorangpun yang bisa aku bandingkan dengan dirimu. Melihat wajahmu, menatapmu seperti ini...walaupun harus menghabiskan waktu bertahun-tahun, aku tidak akan pernah bosan apalagi untuk berpaling." ucap Karin sambil jemarinya menyusuri wajah Aska di tiap incinya.

"Kamu tidak sekedar menyenangkan hatiku kan?" tanya Aska tak lepas dari tatapannya.

"Apakah kamu ingin bukti?" tantang Karin.

"Apa?" suara Aska tercekat.

"Nikahi aku." jawab Karin pasti

Hati Aska meleleh dan terharu mendengar ucapan singkat Karin yang membuatnya menangis sangat dalam.

"Aku percaya padamu Karin, maafkan aku. Aku di butakan rasa iri pada Edo hingga aku menjadi cemburu yang sama sekali tak beralasan maafkan aku ya." ucap Aska mengalihkan ucapan terakhir Karin.

"Kamu belum menjawab pembuktianku Aska." tatap Karin dengan serius.

Aska menatap Karin dengan rasa putus asa.

"Jika aku sembuh, aku segera menikahimu Karin." jawab Aska dengan hati yang rumit.

Bagaimana dia harus menikahi Karin sekarang, dengan keadaannya yang semakin parah, Aska tidak akan sanggup jika harus meninggalkan Karin dalam keadaan sudah menikah dengannya. Aska tidak sanggup jika Karin menjadi seorang janda.

Karin menarik nafas panjang, mencoba menyabarkan hatinya untuk menerima apa yang di katakan Aska.

"Sudahlah jangan di pikirkan apa yang aku katakan ya? yang terpenting sekarang jangan lagi ada pikiran yang lain-lain. Kamu harus percaya, aku hanya mencintaimu." ucap Karin menenangkan hati Aska. Askapun mengangguk dan kembali menenggelamkan kepalanya di ceruk leher Karin.

"Non Karin." suara Pak Damar di luar pintu sambil mengetuk pintu.

"Sebentar ya sayang, mungkin pak damar sudah mendapatkan gitar." ucap Karin pada Aska.

Dengan langkah pelan, karin berjalan ke arah pintu dan membukanya.

"Ini gitar yang Non Karin pesan, sesuai permintaan Den Aska saya beli yang bagus." ucap Pak Damar.

"Makasih ya pak Damar, oh ya pak di mana Mommy sekarang?"

"Ke rumah sakit Non, Dokter Irwan tadi menelpon katanya ada yang penting ada seseorang yang ingin mendonorkan tulang sumsumnya untuk Den Aska." jawab Pak Damar

"Benarkah itu pak Damar, syukurlah moga untuk kali ini cocok ya pak." harap Karin

Pak damar pun mengangguk berkali-kali. sekaligua minta ijin untuk membersihkan mobilnya.

Karin membawa gitarnya ke dalam, dengan hati yang sangat lega. Moga harapannya dan harapan Aska bisa terwujud.

"Ada bicara apa Rin sama Pak Damar?" tanya Aska penasaran.

"Rahasia, jika nanti sudah pasti aku orang pertama yang akan memberitahu. Untuk sementara kamu tidak boleh bertanya apa-apa pada Mommy atau Pak Damar. Kamu mengerti kan sayang?" tatap Karin dengan tajam, membuat nyali Aska menciut, sudah tak bisa membantah lagi jika karin sudah menatapnya seperti itu.

"Ya Rin aku mengerti." jawab Aska lesu.

"Rin kamu beli gitar buat apaan?" tanya Aska balik.

"Ohh ini...Emm...mau nyanyiin lagu buat kamu." jawab Karin dengan sedikit malu, karena sudah lama dia tak pernah main gitar sejak berpisah dengan Edo, dan Karena Edo lah Karin bisa menguasai banyak keahlian, dari karate, taekwondo, balap motor, dan main gitar. Semuanya Karin kuasai dengan baik.

"Memang kamu bisa main gitar?" tanya Aska tak percaya.

Karin mengangguk, sambil menyetel senar dengan nada-nada yang pas.

"Siapa yang mengajarimu Rin?" tanya Aska lagi. Karin tak menjawab, masih fokus dengan nada-nada gitar yang masih kurang pas.

"Kamu tidak menjawabku, apakah yang mengajarimu Edo juga?" tebak Aska dengan memicingkan matanya. Karin menghentikan kegiatannya. Menatap Aska dengan mata yang lembut.

"Edo adalah masa lalu, masa depanku adalah kamu Ka. Jadi..ayo sekarang kita bernyanyi." jawab Karin melelehkan hati Aska, kemudian melanjutkan lagi mencari nada-nada pada gitar barunya.

"Sini gitarnya Rin, biar aku yang betulin." ucap Aska meraih gitar dari tangan Karin. Karin menatap Aska tak percaya.

"Memang kamu bisa juga Ka?" tanya Karin masih tak percaya, melihat jari-jari halus Aska bisa memainkan gitar.

"Kamu ingin bukti?" tanya Aska menahan senyumnya.

"Benarkah?" mata Karin berbinar terang.

"Coba menyanyilah, aku sudah lama tak mendengar kamu menyanyi."

Dengan keahliannya, tidak memakan waktu yang lama, Aska sudah menset gitar dengan nada yang pas pada tiap nadanya.

"Lagu ini aku mendapatkannya setelah kamu meninggalkanku Rin. Aku mendengarkannya lewat radio saat mencarimu. Aku suka sekali dengan kata-katanya dan langsung aku hafalkan." cerita Aska dengan sedih.

"Berapa jam kamu menghafalkannya?" tanya Karin ikut sedih karena merasa bersalah telah meninggalkan Aska tanpa memberitahunya.

"Dua tiga jam mungkin, aku mendownload dan aku dengar berulang-ulang di dalam mobil, kamu ingin mendengarnya?" tatap Aska tak berkedip.

"Hm...aku ingin mendengarnya." ucap Karin lirih. Hatinya mulai merasakan kehangatan dalam kesunyian. Denting suara gitar Aska mulai mengalun, sangat indah dan menyentuh hati Karin yang paling dalam.

Suara Aska yang sedikit parau menambah suasana menjadi lebih syahdu dan menggetarkan relung hati Karin.

Karin mendengarkan dengan debar-debar indah di dadanya.

Betapa bahagianya hatiku saat

Ku duduk berdua denganmu

Berjalan bersamamu

Menarilah denganku

Namun bila hari ini adalah yang terakhir

Namun ku tetap bahagia

Selalu kusyukuri

Begitulah adanya

Namun bila kau ingin sendiri

Cepat cepatlah sampaikan kepadaku

Agar ku tak berharap

dan buat kau bersedih

Bila nanti saatnya t'lah tiba

Kuingin kau menjadi istriku

Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan

Berlarian kesana-kemari dan tertawa

Namun bila saat berpisah t'lah tiba

Izinkanku menjaga dirimu

Berdua menikmati pelukan diujung waktu

Sudilah kau temani diriku

Namun bila kau ingin sendiri

Cepat cepatlah sampaikan kepadaku

Agar ku tak berharap

dan buat kau bersedih

Bila nanti saatnya t'lah tiba

Kuingin kau menjadi istriku

Berjalan bersamamu dalam terik dan hujan

Berlarian kesana-kemari dan tertawa

Namun bila saat berpisah t'lah tiba

Izinkanku menjaga dirimu

Berdua menikmati pelukan diujung waktu

Sudilah kau temani diriku

Sudilah kau menjadi temanku

Sudilah kau menjadi

istriku,.....

Airmata Karin mengalir sudah, syair kata terakhir sungguh meluluhkan hati Karin. Berkali-kali Karin menghapus airmatanya yang jatuh tak mau berhenti.

Aska mengambil nafas panjang, kemudian di letakkannya gitar di samping ranjang.

"Hai, kenapa menangis?" tanya Aska sambil mengusap airmata Karin.

"Lagu yang kamu sukai, kenapa selalu yang cengeng." sentak Karin, masih terisak sedih.

Malam kk,

happy reading

Moga kk semua bisa bahagia dengan keromantisan Aska dan Karin

juga bisa tebak siapa yang kira-kira menjadi pendonor Aska,...

Kalau kk suka dengan Aska bagi-bagi vote nya ya kk,... biar Aska juga bisa berkibar terus

Makasih kk,..luv u all

NicksCartcreators' thoughts
Chapitre suivant