webnovel

SEPENUHNYA TANGGUNG JAWABKU

Edo menatap Karin dengan matanya yang berair.

"Hai, kenapa kamu menangis Do?" tanya Karin menghapus airmata Edo yang menetes.

"Laki-laki tampan di larang menangis." lanjut Karin menatap mata Edo lekat-lekat.

Jika melihat Edo sebenarnya Edo bukan gila permanen, Edo hanya mengalami guncangan jiwanya, dan otaknya yang bisa memutuskan dia mau sembuh atau tetap bertahan dengan melupakan jati dirinya. Karin masih merasakan masih ada kesadaran Edo di sana, karena selang beberapa waktu sikap Edo berubah-rubah, seperti saat Karin menjatuhkan tubuh Edo dengan reflek edo menangkis dan membalas serangannya. Dan saat Edo di ikat dan mau di suntik masih ada ketakutan di sana, dan sekarang Edo menangis, Karin semakin yakin hanya kejiwaan Edo yang terguncang, dan itu menjadi tanggung jawabnya, karena dialah yang menyebabkan Edo seperti ini. Pengobatan Karin pada ruas jari Edo sudah selesai.

"Do, apakah kamu lapar?" tanya Karin lagi sambil mengusap perut Edo yang berbunyi.

Spontan tangan Edo yang terluka memegang perutnya. kemudian dengan sorot mata yang masih rumit, Edo mengangguk kecil.

"Baiklah, ayo kita duduk di sana, makanannya ada di sana." ucap Karin sambil menunjuk meja di samping ranjang. Karin meraih tangan Edo yang tak terluka, di tuntunnya Edo duduk di ranjangnya.

"Aku akan menyuapimu ya?"

Edo menggelengkan kepalanya, dan merebut piring di tangan Karin. Agak susah Edo makan memakai tangan kirinya, karena tangan kanannya terbungkus perban. Karin menghela nafasnya.

"Kamu tidak akan bisa makan dengan baik, jika pakai tangan kiri Do." ucap Karin sabar, mencoba membujuk Edo agar mau di suapi. Kali ini Edo membiarkan Karin mengambil piringnya.

Dengan penuh perhatian Karin menyuapi Edo sesuap demi sesuap, dan Edo makan dengan lahapnya.

"Huuukk...huukkk." suapan terakhir Edo tersedak dengan keras hingga nasi yang masih berada di mulut Edo tersembur sebagian ke wajah Karin.

Wajah Edo memerah, tenggorokannya serasa tercekat, dengan cepat Karin mengambil segelas air dan di minumkannya ke mulut Edo sambil menepuk-nepuk pelan punggung Edo. Edo mengambil nafas panjang setelah minum segelas air.

Edo menatap Karin, kemudian tersenyum dan tertawa terkekeh-kekeh. Karin mengernyitkan keningnya, melihat Edo yang tiba-tiba tertawa keras, sambil menunjuk wajah Karin.

Karin jadi penasaran, di ambilnya ponsel yang berada di celananya, di bukanya aplikasi kamera yang bisa berfungsi sebagai kaca.

"Aaagghhhhh! nampak di wajahnya ada beberapa nasi yang lengket menempel." Karin melototkan matanya pada Edo yang masih tertawa terpingkal-pingkal.

"Ssstthhh kamu ya Do." Karin mencubiti pinggang Edo dengan gemas. Edo berkelit terus sambil tertawa, kemudian selang tiba-tiba Edo meringkuk dan menangis terisak.

"Hikks...hikss sakiittt...sakitttt sekaliiii." rintih Edo menangis sejadi-jadinya. Karin sedikit panik melihat Edo yang kembali kehilangan jati dirinya.

Karin naik ke atas ranjang, dan memeluk tubuh Edo, di sandarkannya kepala Edo di dadanya. Edo masih terisak-isak di pelukan Karin.

"Ssssttttt sudah...diam ya Do, jangan menangis lagi. Ada aku di sini." ucap Karin menenangkan hati Edo.

Di usapnya wajah Edo yang berlinang aitmata. di tangkupnya kedua pipi Edo dengan kedua tangannya.

"Ingat Do, Laki-laki tampan tidak boleh menangis." suara lembut Karin menghentikan isakan Edo.

Edo menganggukan beberapa kali, kemudian menyandarkan kepalanya di dada Karin. Hingga Edo terlelap dalam pelukan Karin. Tubuh Karin tidak bergerak sama sekali di biarkan Edo tertidur pulas dalam pelukannya, walau harus seharian, asal itu bisa membuat Edo merasa tenang.

Masih dalam pelukannya, Karin menatap wajah Edo yang nampak terlihat lelah.

"Aku telah bersalah padamu Do, maafkan aku yang selalu tidak bisa bersabar hati. Aku berjanji dengan semampuku, akan membuat sembuh seperti dulu." lirih suara Karin.

"Drrrrttttt...drrrtttttt"

Ponsel Karin bergetar ada panggilan sahabatnya Dila yang kerja di rumah sakit yang dulu Karin bekerja.

"Karinnn." pekik Dila di sana,

"Bagaimana kabarmu?"

"Baik Dil." pelan suara Karin takut Edo terbangun.

"Bagaimana kamu di sana?" tanya Karin.

"Baik juga Rin. Oh ya Rin, kamu tahu tidak setelah pagi kamu pamit dari rumah sakit, agak sorean Aska pasienmu berada di rumah sakit Rin, dia pingsan dan tubuhnya drop."

"Kamu tahu dari siapa Dil?"

"Dari dokter Heru Rin, dan kamu tahu Rin beberapa kali Aska dan Pak Damar ke sini menanyakan keberadaanmu padaku. Aku harus bagaimana Rin?"

"Kamu tetap jangan beritahu apa-apa ya."

"Kamu sekarang di mana Rin?"

"Di kota A, sekarang aku bekerja di cafe Alea's punya temanku saat kuliah dulu."

"Baiklah Rin, kalau ada waktu aku telpon lagi ya."

"Oke Dil." Karin kembali menutup ponselnya. Tubuh Edo bergerak saat Karin mencoba dengan satu tangannya memasukkan kembali ponselnya di kantong celananya.

Edo berlahan membuka matanya, dengan mengucek kedua matanya, Edo bergerak turun dari ranjang.

Karin pun bangun turun dari ranjang mengikuti Edo dari belakang. Edo berjalan masuk ke kamar mandi. Karin menunggu di luar pintu.

Karena lama Edo tidak kunjung keluar Karin mengetuk pintu.

"Edo, apakah kamu sudah selesai?" Karin mengetuk pintu agak keras. Saat Karin akan mengetuk kembali, Edo keluar dengan piyama dan tubuh yang basah kuyup.

"Edo!" apa yang kamu lakukan?" Karin memegang kedua tangan Edo.

"Mandi." jawab Edo dengan wajah takut-takut.

"Edo, kalau mandi piyamanya harus di lepas. Sebentar kamu tetap di sini ya." Karin bergegas mengambil handuk dan baju piyama yang kering aadi dalam almari.

Dengan cemas Karin mengeringkan wajah dan rambut Edo, di lepasnya atasan piyama Edo, Nampak dada bidang yang terlihat sixpack di sana.

Karin memalingkan wajahnya, saat tangannya mengeringkannya.

"Do, ini ada piyama kering, kamu ganti baju di dalam. Ingat ya Do, kamu tidak boleh mandi lagi." Karin memberikan pengertian pada Edo, semoga Edo mengerti maksudnya.

Di berikannya piyama yang kering pada Edo.

"Ayoo cepat ganti, kamu bisa sakit nanti. Dan lihat ini Do lukanya jadi basah." Karin mendorong tubuh Edo ke dalam kamar mandi.

Karin melihat jam dinding sudah jam tiga sore, jam lima dia sudah harus pulang.

Edo keluar dari kamar mandi, dengan tubuh yang sudah kering dengan memakai piyama yang bermotif lucu. Nampak wajah Edo terlihat segar.

"Do, ke sini." panggil Karin yang lagi duduk di kursi.

Dengan kaki menyeret, Edo mendekati Karin. Sedikit ragu Edo duduk di pinggir ranjang tempat yang di tunjuk Karin untuk duduk. Tubuhnya menghadap Karin yang duduk di kursi.

"Kesinikan tanganmu yang luka Do." Karin meminta Edo untuk mengulurkan tangannya yang luka yang basah terkena air.

Tangan Edo tetap di tempatnya, tak bergerak sedikitpun. Berlahan Karin meraih tangan Edo yang terluka. kemudian dengan pelan Karin melepas perban yang basah, mengganti dengan perban yang kering.

Sedikit suara Edo mengaduh saat Karin mengikat tali perban.

"Isss...sakit ya Do? maaf, maaf ya?" Karin mengusap lembut luka Edo.

Edo hanya terdiam menatap Karin dengan lekat. Hatinya terasa merasakan sesuatu yang indah, tidak seperti hari-hari yang lalu, hanya rasa ketakutan dan rasa kehilangan yang dia rasakan.

"Sekarang, kamu sudah segar dan tampan, sekarang waktunya aku harus memotong rambutmu dan mencukur jambang ini Do, biar kamu makin tampan." cubit Karin di kedua pipi Edo. Edo sangat menurut, dan tidak menggerakkan tubuhnya saat Karin memotong rambutnya dan mencukur bersih bulunya yang tumbuh tak terawat.

"Nahhhhhh ini baru laki-laki tampan." ucap Karin dengan tersenyum puas melihat hasil karyanya.

Melihat Karin tersenyum Edo tertawa terkekeh-kekeh.

"Do, sudah jam empat, aku harus pulang sekarang. Besok aku akan datang lagi ya." tatap Karin sambil mengenggam tangan Edo. Mata Edo berkabut, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Karin melepaskan genggamannya, kemudian mengusap pipi Edo dengan lembut dan tersenyum.

Karin melangkah ke pintu dan membuka kuncinya. Namun saat knop pintu akan di buka, ada sebuah pelukan yang memeluk pinggangnya erat,

"Jangan pergi, jangan pergi lagi!"

Malemmm kk

trimakasih sy ucapkan sebelumnya, jika suka dengan cerita ini, untuk lebih mensupport semangat saya, bisa dong kk,..memberi komentar pada ulasan , serta bintang dan vote nya,.

Trimakasih kk

NicksCartcreators' thoughts
Chapitre suivant