webnovel

Dirles kesal dengan anaknya..

Seharian ini dibuat capek sama kedua anak gue, mereka terlalu aktif sampai gue kewalahan hadapinya. Sebelumnya gue mengajak sha bicara empat mata dengan seriusanya meski sempat dia menunjukkan wajah takutnya.

Gue minta maaf pada sha, udah seminggu itu gue bersikap sangat beda dimata mereka dan ya gue akui itu. Gue menjelaskan sikap perubahan gue dengan mereka hanya karena mamanya lagi kecapekan aja.

Lagian gue ga mungkin menjelaskan kebenarannya pada sha, ya manalah dia mengerti masalah dewasa apa lagi rumah tangga.

Berbagai cara penuh keyakinan membuat dia kalau mamanya menyesal mengabaikan mereka hingga mereka bingung dan takut pada mamanya.

Dan pada akhirnya sha mengerti dan memaafkan gue, sungguh sangat bahagia gue, karena sha selalu mengatakan kalau "kakak sha sayang mama.." hanya ucapan itu mampus meluluhkan hati gue.

Gue membalas ucapan dan pelukannya dan berdamailah kita semua. Ini juga berkat nasehat suami gue siapa lagi kalau bukan dirles.

"sayang..." manja gue dikasur.

"hem, kenapa sayang?"

"capek..."

"wkwkwk, kamu capek?"

"iya, capek..anak kamu kelewat aktifnya.  Mana maunya main sama mamanya aja." rengek gue.

"aduh..aduh kasihan mamanya ya. Sini-sini papa peluk dulu." gue pun langsung masuk dalam pelukannya.

"kamu harus bangga donk sayang sama keaktifan mereka apa lagi sha sibanyak pertanyaan itu." ucap dirles sambil ngusap lengan gue.

"iya sayang, gue bangga kok sama anak-anak, dan sha? dia kelewat banyak pertanyaan. Pintarnya sama kayak kamu." jawab gue sambil mainkan bulu halus didagunya.

"hahaha, ngaku juga kamu ya kalau suami kamu ini pintar."

"ya iyalah, dari dulu keles gue selalu bilang kamu pintar. Sombong amat sih sementang pintar." gue tepul dadanya, dia pun kekeh.

"iya..iya, lagian itu baguskan sama sha."

"iya sih.." gue pun semakin mengeratkan pelukkannya.

"jadi mereka udah tidur tuh?"

"udah, itu lagi sidean ya ampun masih aja nyari nenen gue buat dimainkan, malah kadang gigit lagi."

"hah? dia gigit punya kamu? mainan kesayangan gue? benar-benar ya dean itu." geramnya.

Plukk..!!

"apaan sih dir, ngomong ngeres banget sih. Iya..digigit nih..sakit sayang.."

"anjirr.., udah mukul sok kesel tapi ujungnya manja juga. Kampret emang mamanya anak-anak ini."

"sayang...sakit.." jerit manja.

"sakit?"

"huhuhu, iya sakit..udah merah hampir lepas lagi."

"apanya lagi mau lepas?"

"gulinya sayang..huaaaahhh.." dengan sok nangisnya.

"dasar dean ya, sini suami lihat dulu." dengan kurang ajarnya dirles membuka piyama gue dan melihat mainan kesayangannya. Semakin geram dia-nya, gue mah mau kekeh lihat tampang wajahnya.

"sampai merah gini sayang?" tanyanya syok.

"iya..." manja gue.

"kita apakan dia sayang? kita gigit lagi punya dia?"

"apa sih? punya dia masih kecil anjir.." gue raup tuh wajahnya.

"gue ga terima sayang, kesayangan aku sampai lecet gini. Saingan bener dia itu ya."

"hahahahahahahaha.."

"kenapa ketawa kamu?"

"hahah, kamu lucu sih sayang kalau kesel apa lagi kesel kalau mainan kesayangan kamu direbut dean."

"Jelaslah sayang.., ga usah ditanya lagi tuh."

"hahahah, oke..oke, lagian dean masih kecil. Meski ya sakit sih, tapikan dia ga tahu itu kalau mamanya kesakitan. Udah akh sayang., wajahnya seram amat."

"huh!! dean..dean.."

"sayang udah akh.."

"mau suami obatin?"

"maauuuuuuu..." girang gue manja.

"kalau kayak gini mainan kesayangan papa, obatnya ga pakai salap deh." ucapnya sambil mengamati dada gue, risih sih sebenarnya gue anjirr.

"natapnya ga usah gitu juga sayang, dan apa tuh ngobatin tanpa salap?" tanya gue heran.

Gue malah semakin yakin ada yang ga beres dari dirles ini, kepalanya dia semakin mendekat dan semakin dekat hingga dia nyaris menyentuhnya kalau suara anaknya ga mengganggu.

Ceklekk...!!

"mama..papa..., loh itu papa ngapain ma? kepalanya papa kok kayak adek dean nenen mama?" sontak kaget kita berduanya, gue langsung mendorong kuat kepala dirles, tampak dia meringis kesakitan.

"eh,, ga kok nak.." jawab gue gagok, dirles langsung menatap tajam kesal sha.

"shaa..." geram dirles.

"iya papa.." jawabnya tanpa merasa bersalah.

"wkwkwk, rasakan diganggu anak gadis kesayangan kamu tuh." ledek gue.

"papa..mama.."

Sha berjalan mendekati kami, percakapan kami pun terhenti. Gue memberi kode sama dirles untuk mengangkat dia kekasur. Dengan nada kesal namun dirles tetap membawa sha kekasur.

"kenapa anak papa?" dirles mengusap kepala sha dengan sayang, sha menyenderkan kepalanya didada papanya.

"adek dean papa.."

"kenapa dengan adek dean hem?"

"adek dean bangun, tadi nangis nyali mama, kakak udah diamkan tapi ga diam. Jadi kakak kesini papa."

Ucapan sha membuat kami diam kayak orang bego, kirain apa tahunya karena dean terbangun. Justru itu bikin kami terkejut, dia nyampaikannya kayak biasa aja. Kampret emang sha ini.

Dirles pun langsung memberikan sha sama gue, dan dia berlari ke kamar anak-anak untuk melihat dan mugkin membawa dean kekamar kita.

Ga lama mereka datang dengan dean udah senggugukan akibat menangis, kasihan banget sih jagoan gue.

"nangiskan papa?"

"nangiskan papa, kalau ga anak papa udah papa gantung kamu dipohon cabe." kesel dirles sama sha, namun ga bisa marah sama anak gadis kesayangannya.

"nih sayang, kasih nen kamu.." dirles memberikan dean sama gue, gue pun kembali membuka tali piyama grey ini dan dean langsung menyedotnya meski asinya keluar sikit-sikit.

"sha.."

"ya papa.." jawab sha.

Gue yakin kayaknya dirles lagi kasih arahan dan nasehat sama sha, yang penting jangan sampai sha takut apa lagi sakit hati.

"lain kali kalau adek dean terbangun atau nangis. Kasih tahunya jangan lama kayak tadi ya nak, kasihan loh adek dean terlalu lama tingg dikamar. Kan adek masih kecil, adek dean takut ditinggalkan kakak kesayangannya. Jangan diulang ya nak."

"papa maafkan kakak sha.." ucapnya menunduk karna tahu dia salah.

"papa ga marah kok nak, hanya aja jangan diulang lagi ya. Sayang adek dean kan?" dirles mencoba menghilangkan rasa takut sha.

"kakak sayang adek dean papa.."

"iya papa sangat tahu sekali itu, makasih ya nak tadi kakak udah usaha bantu adek diam kan?" dia pun mengangguk.

"pintar anak papa, minta maaf tuh sama adek dean." dirles menunjukkan dean dengan dagunya, sha pun menoleh kedean.

"adek dean, kakak sha minta maaf ya dek, udah tinggalkan adek dean sendili dikamal.  Adek pasti takut ya? maafkan kakak sha ya." sha menatap dean yang masih asik nyedok asi gue.

"iya kakak, adek dean maafkan kakak kok.., adek dean juga sayang kakak sha." gue menjawab seolah dari dean.

"kok mama yang jawab ih..." kesel sha.

"sialan nih anak.." gerem dirles dari seberang.

"udah..udah, sekarang waktunya tidur ya. Malam ini kakak sha dan adek dean bobo dikamar papa dan mama, mau?"

"yeah..yeah..mau papa." jawabnya girang.

"baiklah, sini kakak disamping papa ya, adek samping mama."

Sha langsung berbaring dikasur, menatap gue sebentar lalu menatap papanya, ga lupa tangannya memegang tangan adeknya.

"selamat malam sayang papa.." sha pun langsung tertidur akibat mendapat usapan tangan papanya dikepalanya, itu semakin bikin dia ngantuk.

"sayang, dean?" bisik dirles ga ingin anaknya terganggu.

"udah bobo kok.." balas gue berbisik, gue juga belum bisa melepaskan nen dari mulut dean,  ntar keganggu lagi dia.

"kita juga bobo ya.." ucap dirles, gue pun mengangguk.

Sebelum kita bobo, dirles dengan sangat pelannya turun dari kasur bermaksud menutup pintu kamar dan mengurangi dinginnya ac lalu dia menyelimuti kita bertiga. Kini berdiri disamping gue. Ternyata dia mengecup bibir gue sebentar dan kembali ke kasur dan mengecup kedua kening anak kesayangannya. Malam ini kita tidur berempat.

****

Hari ini jam 11 gue yang jemput sha kesekolah, karena dirles siang ini ada rapat dikantornya jadi ga bisa jemput dan ga makan siang dirumah.

Tapi gue selain jemput sha, gue juga udah menyiapkan dan membawa makan siang. Karena siang ini kita makan dan menemai papa anak-anak dikantor.

Bel udah berbunyi tanda sha udah pulang,  dan ga lama sha pun tampak berjalan kearah gue, dengan sedikit berlari yang pastinya dia lari karena adek deannya ikut. Jadi heboh..

"mama..adek.."

"aduh kakak, jangan lari kayak tadi donk ih, seram mama lihatnya. Untung ga jatuh."

"hihihi, kakak sha kan kuat mama."

"iya..iya..kuat kayak papa." jawab gue.

"iya donk mama."

"kakak.., siang ini kita makan dikantor papa ya?"

"kita kekantol papa ma? makan sama papa ma?" tanyanya girang.

"iya, mau kan?"

"mau mama.., ayo mama.."

Heboh dia emang, dan emang sih sha paling dekat sama papa ya timbang gue. Gue tahu alasan paling kuat, karena saat gue ngandung shalona disitu lah dia melakukan kesalahan dan disitu juga dia menyesali dan berjuang mendapatkan kami kembali.

Kami pun sampai dikantor dirles, ada aja jalan lama masuk ruangan dirles, kenapa? karena para teman kantor dirles heboh dulu nyapa dan ajak mereka becanda duluan dan sha senang akan itu.

"wkwkw, maaf bu khristal..anaknya diganggu dulu, habisnya mereka gemes sekali."

"hehehe, gapapa kok. Senang malah saya banyak yang senang sama anak saya."

"hihihi, iya bu. Eh langsung masuk aja ruangan bapak dirles bu, kebetulan bapak james juga didalam."

"bapak james didalam?"

" iya bu.."

"yaudah, makasih ya. Mari.. " ajak gue ramah, mereka pun mengangguk  senyum.

Sekarang kami berjalan mencari ruangan kantornya, namun langkah gue terhenti pas didepan pintu. Gue menahan anak-anak sebentar.

"semalam sera menangis bro.."

"menangis? karena apa james?"

"huft, biasalah.."

"masalah anak lagi?"

"iya, padahal gue selalu bilang sama dia, kalau gue ga akan pernah kecewa apa lagi memaksa sama dia. Tapinya dia trus merasa bersalah sama gue dir."

"huh! Sabar ya bro.., kemarin juga adek lo khristal juga ikut terbebani dengan masalah sera. Tapi ya, untunglah dia mencoba memahami penjelasan  gue."

"tapi, apa kalian dua ga mau periksa dulu kedokter? hanya cek aja dulu."

"belum dir, ga berani gue ajak dia, yang ada dia ngira gue nyinggung dia kalau dia yang bermasalah, padahal kita sama-sama periksa biar tahu apa yang masalah ya kan."

"iya sih, sera agak sensitif sekarang ya. james? bener kamu sangat menginginkan anak?"

"jujur, iya bro gue sangat menginginkan anak.  Sangat menginginkan sekali tapi gue harus bersabar lihat situasi sekarang ini."

"sabar ya.., semoga ada jalannya. Yakinlah Tuhan akan percayakan kalian anak kok."

"iya, makasih bro.."

Pembicaraan mereka ternyata tentang sera dan anak. Dan abang james sangat menginginkan anak, pantas aja sera terbebani. Dia sangat tahu kalau abang james sangat menginginkan anak.

Dan bener kata dirles suami gue, kenapa mereka ga cek dokter aja. Apa jangan-jangan abang james yang mandul? kalau sera ga mungkinkan? dia bahkan paling gencar minta lakukan suami istri pada james.

"Dirles...." cicit gue, tetiba ingat dan mengucap nama dirles suami gue.

"mama, ayo donk..mau sampai kapan dili disini." suara sha sontak menyadarkan pikiran gue.

"hey, iya ayo nak.." kita pun langsung masuk kedalam.

Ceklekk...!!

"papa..."

"hey, kalian kesini.., sayang." ucap dirles saat lihat kita, gue pun mengangguk senyum.

"om james....?" sha baru sadar sama kehadiran om jamesnya.

"halo ponakan om..." sha langsung minta digendong sama james dan james senang hati nerima manjanya sha.

"sayang, kalian naik apa kesini hem?"

"naik odong..odong.., ya naik taxi lah. Gimana sih."

"wkwkwk, iya juga ya."

"kita makan siang ya sayang, kebetulan bawa banyak, abang james lagi disini juga." dirles pun mengangguk.

"abang makan yok.." gue memanggil james, james pun mendekati kita.

"udah tambah keibuan aja adek abang ini." james pun mendekati dan mengecup kening gue. Itu udah hal biasa kami lakukan, bahkan depan dirles. Dia mah tahu kalau kami udah kayak abang adek kandung aja.

"sini dean sayang, biar kamu bisa leluasa nyiapkannya." dirles mengambil dean dari gendongan gue.

"makasih suami...." dirles pun mengangguk senyum, dan kita berlima makan siang bersama dengan lahapnya bahkan sampai bersih nih.

~••~••~

(Dirles...?🤔🤔🤔 ada apa dengan dirles khristal?)

Chapitre suivant