London 2 bulan kemudian.
Dua bulan berlalu semenjak Raka diterbangkan ke London , dan Kirana selalu berada disamping Raka, Raihan pun selalu bersama nya , meski terkadang dia harus meninggalkan Kirana karena pekerjaan nya, tetapi selalu ada Nyonya Priska menemani nya, sedangkan orang tua Kirana selama 2 bulan ini sudah 2x datang ke London untuk melihat Raka dan Kirana. Sedangkan Farhan setiap hari bahkan melebihi 3x makan sehari selalu menghubungi Kirana, ntah itu sekedar menelpon, hingga video call, dia selalu menghubungi Kirana. Dia selalu menanyakan keadaan Raka dan mengingat kan Kirana menjaga kesehatan nya, sesekali mereka mengungkapkan rasa rindu mereka, terkadang Kirana menangis karena jauh dari Farhan. Kirana mulai terbiasa dengan sikap hangat dan penuh perhatian Farhan, dan kini dia sendiri, tetapi dia melupakan perasaan dan kekosongan hati nya demi Raka.
"assalamualaikum" itu suara Raihan memasuki Kamar Rawat Raka. Kamar mewah dengan fasilitas lengkap didalam nya pun tersedia tempat tidur lain untuk penjaga pasien.
"waalaikum salam" sahut Kirana.
"ini aku bawakan sarapan untuk mu, mommy yang buat" ucap Raihan seraya meletakkan bungkusan di salah satu meja.
"terima kasih," balas Kirana
Kondisi Raka sudah membaik.
"pagi jagoan" ucap Raihan menyapa Raka yang sedang duduk disuap Kirana.
"pagi om" balas Raka.
"bagaimana perasaan Raka sekarang sayang?" tanya Raihan mengambil duduk di tepi tempat tidur Raka. "Raka sudah sehat om, Raka,,,,," ucap Raka menggantung ucapannya. "Raka kenapa sayang?" tanya Raihan ,, "Raka kangen Papa" ucap Raka ragu melihat ke arah Kirana dan Raihan bergantian.
Mendengar itu sejujurnya Raihan merasa hatinya tidak nyaman dan ada rasa sakit karena cemburu. Tapi dia berusaha mengenyampingkan semua perasaan nya dan kembali tersenyum "Papa harus kerja sayang, tapi tiap hari Raka selalu telpon Papa kan" ucap Raihan menenangkan Raka. "iyaa om , setiap hari Papa selalu telpon dan video Raka" jawab Raka masih sendu. Kirana hanya bisa tersenyum pahit Mendengar percakapan Raka, sejujurnya dia merasa tak enak , karena dia tahu perasaan Raihan.
"hmmm, Raka sayang nggak sama om?" tanya Raihan tiba tiba. Kirana sedikit terkejut. "sayang dong om, mama bilang om yang sudah jagain Raka selama Papa nggak ada" jawab Raka polos.
"kalau gitu Raka boleh kok panggil om Papa juga, 'Papa Raihan' , jadi Raka bisa anggap Papa Raihan seperti Papa Raka 'Papa Farhan' ,,, mau?" ucap Raihan pelan pelan. Yang sebenarnya itu lah keinginan terbesarnya, namun dia tak ingin memaksa Raka. Raka diam dia melihat ke arah Kirana. Kirana sempat tertegun kaget tapi dia melihat kesungguhan di dalam mata Raihan. Akhirnya Kirana pun memberi isyarat ke Raka dengan meangguk dan tersenyum agar Raka menyetujui nya.
"iyaa om, Raka akan panggil 'Papa Raihan' " ucap Raka polos dan senang.
Kehangatan yang terjalin antara Raka dan Raihan di London membuat Kirana tenang, dan Farhan maupun Raka tetap bisa berkomunikasi lewat handphone dan video, kini ketakutan Kirana akan status Raka pun sudah tak ada lagi.
Melihat kejadian ini Nyonya Priska yang tadi masuk tanpa di sadari ke-3 nya menangis haru melihat keakraban Putra, dan cucunya serta Kirana. Sejujurnya hati nya masih berharap Wanita berhijab itu menjadi menantu nya, karena dari awal dulu nyonya Priska memang sangat menyukai Kirana.
"kalau gitu, Raka harus panggil Mommy Omah yaa" ucap Nyonya Priska lembut dan membuat Raka, Kirana , dan Raihan menoleh. "Mommy" ucap Kirana dan meraih tangan Calon mertua yang tak jadi itu,, dan mencium nya seperti biasa. "duduk mom" lanjut Kirana dia memberikan tempat duduknya untuk Nyonya Priska.
"Raka mau kan panggil Mommy Omah, yaa, pliss" bujuk nyonya Priska layaknya anak kecil.
"iyaa dehh,, omah" sahut Raka jahil, ke-empat nya pun larut dalam tawa yang hangat.