webnovel

Ayah Tiriku Idolaku

Auteur: gulajawir
Politique et sciences sociales
Terminé · 515.1K Affichage
  • 61 Shc
    Contenu
  • audimat
  • NO.200+
    SOUTIEN
Synopsis

Aku mengagumi seorang pria perkasa, gagah, dan tampan. Dia berwibawa dan mempesona. Aku jatuh cinta padanya, tapi sayang ... dia adalah suami ibuku, ayah tiriku.

Chapter 1Part 1 : Vivo Noviandro

Tiba-tiba seorang berperawakan jangkung lari tergopoh-gopoh di trotoar mendekati halte. Seperti nyiur angin melambai, gerak langkahnya sangat gemulai. Grusah-grusuh, tetapi santai. Napasnya kembang kempis seperti sedang puasa Senin-Kamis. Matanya sayu saat tepat berdiri di depanku.

Tubuhnya ceking menenteng tas jinjing biru

Tubuhnya lunglai terhempas badai salju

Secentil itu

Selembek itu

Kulitnya  putih cerah, mulus seperti porselen. Wajahnya merona bagai penampakan bulan purnama. Cantik. Indah. Mempesona. Namun, siapa sangka kalau ia seorang pria. Termasuk aku. Hampir terkecoh, bila aku tak melihat tonjolan jakun di leher jenjangnya.

Aku terhempas dalam kesenyapan

Memandang hampa keindahan fatamorgana

Ia melengkungkan bibir membirunya. Membentuk senyuman semanis gula, tetapi tetap getir terekam di mata.

"Tolong ...,'' ucapnya lemah lembut.

Aku mengernyit.

''Tolong aku!'' pekiknya setengah menjerit.

Aku memandangi iris matanya yang tampak biru alami, meskipun aku tahu itu hanya mata imitasi.

''Hanya kau yang bisa menuliskan kisahku yang mengharu biru ini ...,'' pintanya parau.

''Menulis apa? Kisah apa?''

''Kisah cinta tak biasa, antara aku dan ayah tiriku ....''

Aku tercengang seperti ditampar angin lesus. Meniupku mundur beberapa jurus.

''Tidak ..., aku tidak bisa menuliskan cerita semacam itu.''

''Ayolah, please! Anggaplah aku memohon.'' Pria berpakaian serba biru ini menangkupkan telapak tangannya. Sedikit memaksa.

Aku bergeming memberi jedah di antara kami. Seperti ada aliran sungai yang dalam. Tak bisa diselam. Tak bisa diterjang. Aku tak mau menggubris meski ia mengiba dan merayu. Pilu. Dengan tatapannya yang sendu.

''Aku bersedia memberikan ratusan uang biru, bila kau menginginkan itu ...''

Aku melirik ke raut wajahnya yang memelas. Ada pengharapan besar di sana. Kurasa dia bukan manusia culas. Akan tetapi mengapa dia memiliki pemikiran yang kurang cerdas. Berani sekali dia menyogokku. Dia pikir aku gampang dibeli dengan uangnya ... Namun, imbalan uang biru yang ia janjikan lumayan juga. Apakah aku bisa menolaknya? Sepertinya, tidak!

''Baiklah, jika begitu aku setuju!''

Pria ini menangis tersedu, aku jadi terharu.

Dan kisah itu pun akhirnya kutulis di sini. Untuk pembaca wattpad setiaku.

___***___

Teng ... Teng ... Teng!!!

Lonceng tanda pulang meraung panjang. Membubarkan kegiatan belajar-mengajar di tengah siang. Semua penghuni kelas langsung riuh mengemasi peralatan sekolah masing-masing. Kesunyian mendadak menjadi bising. Setiap individu berhamburan seolah berlomba untuk keluar lebih duluan. Seperti laron yang beterbangan meninggalkan sarang. Ramai. Riang. Mereka tak peduli, meski sengatan panas sinar matahari menyerang. Senyum dan tawa mereka lepas. Seakan mendapatkan remisi bebas setelah terkungkung dalam lapas.

Seperti halnya mereka, aku pun demikian. Aku merasa sangat senang bila kupingku mendengar suara raungan lonceng. Walau cempreng, tapi memberikan kode mentereng. Saatnya tas beserta isinya ditenteng. Aku pulang. Setelah seharian ditempeleng sejumlah materi pelajaran sekolah yang membuat kepala jadi geleng-geleng. Pusing tujuh keliling. Njelimet bikin mumet.

''Vivo ... mau pulang bareng gue?'' tawar Oppo teman sebangku. Suaranya yang nge-bass mengalihkan perhatianku dari tumpukan buku yang hendak kukemasi.

Aku masih terdiam sambil menaruh buku-buku itu ke dalam tas.

''Hari ini gue bawa motor,'' kata Oppo lagi dengan bangga.

''Keren!'' pujiku.

''Ya, kemarin bokap memberi sepeda motor baru sebagai hadiah ulang tahun buat gue,'' terang Oppo semangat.

''Oh ya, betapa senangnya menjadi diri lo, Po!'' timpalku datar.

''He-em, makanya gue mau ngajak lo buat ngebonceng ...''

''Tidak usah, gue bawa sepeda ...''

''Jadi lo gak mau pulang bareng gue, Vo?''

''Oppo ... kalau gue pulang bareng lo, terus sepeda gue mau digimanain?''

''Oh, iya ... ya udah deh, kalau gitu gue cabut duluan ya, Vo, daaahh!'' Oppo menepuk bahuku, lalu ia pergi meninggalkan aku yang masih berkutat memberesi peralatan sekolahku.

Oppo

Sejenak aku memperhatikan gerak langkah cowok itu. Namanya Toppo Julianto alias Oppo, teman sekelas sekaligus sebangkuku. Tingginya sebanding dengan aku. Kira-kira 166 cm. Beratnya juga nyaris sama, 56 kg. Tidak kurus dan tidak juga gemuk. Sedang-sedang saja. Usianya sama dengan aku, 16 tahun. Dan kini kami duduk di bangku SMA tingkat XI. Oppo memiliki kulit lebih putih dibandingkan dengan aku yang cenderung eksotik. Gaya rambutnya sama persis dengan gaya rambutku. Tipis di kedua sisi dan bergelombang di bagian tengah. Bila kami berdua disandingkan, kami seperti anak kembar. Yang membedakan hanya kesukaan warna saja. Oppo lebih menyukai warna hijau, sedangkan aku menyukai warna biru.

Setahuku, Oppo anak dari seorang pedagang klontong di pasar. Cukup kaya. Orang tuanya selalu memberikan apa yang Oppo inginkan. Keluarganya juga masih lengkap. Memiliki ayah, ibu, kakak dan juga adik. Ini sangat berkebalikan dengan aku yang berasal dari keluarga yang pas-pasan dan hanya memiliki seorang ibu. Tanpa ayah. Karena ayahku sudah meninggal sejak aku berada dalam kandungan. Aku anak tunggal. Anak yang selalu kesepian. Tak pernah merasakan gurauan bersama sang kakak dan tak pernah menjaili sang adik. Dan namaku Vivo Noviandro.

Vivo

Aku anak laki-laki dari seorang perempuan single parent yang bernama Xiaomi. Beliau bekerja di sebuah outlet pulsa dan aksesoris handphone di pasar. Penghasilannya memang tak seberapa, tetapi cukup untuk memenuhi kebutuhan kami sehari-hari. Usia ibuku masih relatif muda, karena baru memasuki usia kepala 3, lebih tepatnya 34 tahun. Penampilannya masih energik, modis dan segar. Secara fisik, ibuku tergolong sangat menarik. Kulitnya kuning langsat. Badannya sintal. Montok. Beliau sebenarnya high quality jomblo. Namun, entah mengapa ia masih betah menyandang status janda. Padahal banyak laki-laki yang ingin mempersuntingnya. Baik tua maupun yang masih muda. Berstatus duda keren atau perjaka ting-tong, tetapi tak satu pun dari mereka yang berhasil meluluhkan hati ibu.

Aku juga tidak mengerti alasan dasar apa yang membuat ibu tidak kunjung menikah lagi. Apakah belum ada yang cocok, atau mencari yang lebih segalanya dari mendiang Sang Ayah, entahlah! Aku tidak perlu memikirkannya. Walaupun terkadang aku kasihan melihat ibu yang selalu dirundung rasa kesepian.

Kebutuhan wanita dewasa mengusir sepi

Bercinta

Melampiaskan insting biologis

Menggelorakan asmara

Di ujung klitoris

___***__

Aku tiba di rumah yang sangat sederhana sekali. Terdiri dari 4 petak. Satu petak ruang tamu sekaligus ruang makan dan ruang keluarga. Dua kamar tidur. Dan satu petak terbagi untuk kamar mandi dan ruang dapur.

KLIK!

Aku langsung membuka pintu rumah ini setelah memarkirkan sepeda butut di teras rumah. Aku merasa heran karena mendapati pintu ini tidak terkunci. Mungkinkah ibuku sudah pulang? Kok tumben, padahal biasanya ibu baru pulang kerja menjelang tengah malam. Sekitar pukul 22 atau 23. Di tengah rasa keheranan ini, tiba-tiba kedua telingaku menangkap suara desahan yang sangat aneh. Setelah aku menyelidiki, sumber desahan itu ternyata berasal dari kamar ibu.

Karena penasaran aku menempelkan daun telingaku di papan pintu. Aku menguping untuk memperjelas gelombang suara. Dan sejurus kemudian, organ pendengaranku menangkap erangan mesum nun manja ... "OUGH ... OH ... OH ... AAAAHHH ... AAAHHHH ....''

Aku jadi tercengang. Seperti ditampar angin topan. Mendorong tubuhku mundur beberapa langkah. Sejumlah pikiran konyol pun langsung memenuhi otakku.

__Oh, Tuhan, apa yang sebenarnya terjadi di dalam kamar ini?

Vous aimerez aussi

Ketika Cintamu Bersemi di Bulan April

‘Jika perpisahan ini terasa menyakitkan, kuharap kita tidak pernah bertemu ....’ ‘Aku masih menggenggam butiran-butiran cinta yang pernah aku dapatkan ....’ ‘Kenangan pertamaku melihatmu di bawah pohon sakura, kini menyisakan rasa pilu’ ‘Kau adalah orang yang bisa mengubahku, jari jemariku selalu ingin menggenggam tanganmu, mendekapmu, dan meraih tubuhmu ....’ Dan hatiku ini .... Hanya selalu ada untukmu .... ******************** Seorang gadis bernama Kisaki yang pintar dan memiliki kepribadian sedikit tertutup sering dibully oleh teman-temannya di kelas. Suatu hari seorang murid pindahan dari Tokyo bernama Yoshimura berusaha menyelamatkan Kisaki dari pembulian tersebut. Tapi nahas, dia malah terluka parah yang membuatnya terbaring di rumah sakit. Kisaki merasa bersalah telah melibatkan Yoshimura di dalam permasalahan hidupnya. Namun, Yoshimura sendiri tidak keberatan karena dia tidak tega melihat seorang gadis dirisak di depan matanya, dia menolongnya berdasarkan inisiatif sendiri. Semenjak saat itu Kisaki tidak dibully lagi, Kisaki yang tahu kalau Yoshimura adalah orang yang nilainya di bawah rata-rata mencoba mengajarinya sebagai balas budi karena telah menolongnya waktu itu. Keduanya pun menjadi dekat dan saling mengenal satu sama lain. Kisaki menjadi tahu kalau Yoshimura yang mukanya pas-pasan yang pindah dari Tokyo ini mencoba menyembunyikan identitas yang sebenarnya sebagai keturunan Yakuza dan dia mencoba pergi jauh demi menjalani hidup yang damai. ‘Dia ternyata laki-laki yang buruk,’ awalnya Kisaki berpikir demikian, apa bagusnya dari orang yang menjadi Yakuza? Tentu saja, dia sanggup melindungi Kisaki dari berbagai hal apa pun. Tak peduli meski darah Yakuza mengalir dalam dirinya ... begitu saling pandang, hati mereka selalu berdetak kencang. Kisaki juga tidak bisa menolak keberadaan Yoshimura yang telah menjadi pahlawan dalam hidupnya. Apakah ini yang dinamakan cinta pada pandangan pertama? “....” Catatan: Novel ini belum bisa dilanjutkan karena kesehatan Author semakin memburuk. Mohon doanya untuk kesembuhannya agar bisa melanjutkan ceritanya lagi, terima kasih.

ANABANTINGAN · Politique et sciences sociales
5.0
243 Chs

SARI FADILLAH 2

Jika nanti aku belum bisa membahagiakan kamu yang pasti dalam pikiranku harus mengakhiri hubungan kita, walau sudah berjalan cukup lama menjalani suatu hubungan selama 3 tahun. Aku sudah berusaha mengikuti keinginanmu tapi kamu enggak bisa mengikuti keinginanku untuk akhiri hubungan cinta terlarang. Bukannya sudah janji akan selalu setia bersama dalam keadaan suka maupun duka, apapun yang kau alami sekarang belum tentu orang lain bisa menerima dengan lapang dada. Terkadang aku pernah merasakan hal yang dapat merugikan banyak orang, tapi berhubung aku memahami kondisinya langsung menyuruh untuk tidak melakukan yang tak senonoh. Padahal dalam hatiku bisa saja berselingkuh sama perempuan lain. Tapi aku enggak berani untuk menyakiti hatinya seorang perempuan yang kucintai sejak dari SMA sampai sekarang, malah ada niat untuk melamarmu pada saat kita sudah lulus Kuliah. Itu pun kalau kamu enggak selingkuh sama cowok lain. Kejadian tersebut merupakan paling menyebalkan menjalani hubungan pacaran selama 3 tahun, tanpa sadar kau telah menyakiti hatiku. Apa salahku selama menjalin hubungan? Apa kau enggak bisa menjamin bahwa aku tidak bisa setia? Pertanyaan ini masih tersimpan dalam benakku. Perjalanan telah kita lalui bersama sebelum aku pindah ke Bandung. Sempat mikir untuk putus karena kamu itu kurang percaya untuk menjalin hubungan jarak jauh, heh... ternyata dugaanku benar tanpa ada rekayasa yang di buat-buat. Pusing sekali memikirkan kamu di sini apakah baik-baik saja? Ada kejadian yang membuat aku menguras otak yaitu siapa sih sosok cowok selama berada di samping Sari? Penasaran juga setelah whatsapp sama Firdaus ternyata cowok selingkuh adik kelasnya. Hah... Sari suka sama adik kelasnya? Setahu aku kamu enggak mau menjalin hubungan adi kelas. Kenapa sekarang berubah pikiran? Hingga akhirnya aku tak peduli lagi sama Sari. Sudah aku putuskan akan menerima cinta dari perempuan lain, ingin tahu reaksinya seperti apa? Setelah mengetahui bahwa aku telah memiliki kekasih baru, pasti kamu akan cemburu. Namun, entah dari mana dapat informasinya. Apakah dari teman-temanku? Atau dari sahabatku Firdaus maupun Sidiq? Kita tunggu saja ke depannya seperti apa? Menurutku ide ini cukup menarik sih lagian Lusiana juga suka sama aku. Otomatis sudah waktunya merencanakan sesuatu yang lebih kreatif. Berhubung sekarang aku sedang berada di Jatinangor. Rasanya enggak tega juga menyakiti hati Lusiana setelah menerima cintanya, walaupun aku masih pacaran sama Sari. Untuk itu merahasiakan terlebih dahulu bahwa aku sama sekali belum punya pacar. Tapi aku juga harus memikirkan kembali mengenai kondisi kesehatan, kan semakin hari kondisi kesehatanku makin menurun. entah apa yang membuat penyakit dalam tubuhku enggak bisa di sembuhkan? Padahal sudah berusaha kesana kemari untuk menghilangkan penyakitku. Berharap sih Sari Fadillah masih seperti dulu menerima aku apa adanya.

MuhammadLutfiH · Politique et sciences sociales
Pas assez d’évaluations
390 Chs
Table des matières
Volume 1