webnovel

Satu selimut.

Kakek mengirim kan beberapa foto Kasih lainnya, mulai dari yang paling rapi... sampai yang paling berantakan, Randi tak bisa menahan tawanya melihat foto -foto itu, entah sejak kapan kakeknya yang seorang pengusaha berubah menjadi seorang paparazi demi dirinya.

Randi seorang yang cuek entah kapan penah tersenyum malah tertawa lepas melihat semua ulah Kasih di foto - foto itu.

....

Meskipun Kasih saat ini berstatus cucu menantu sang kakek, dan dia sangat di manja, tapi Kasih tak bisa berpangku tangan, dia selalu memasak makanan untuk keluarga itu meskipun rumah itu masih punya beberapa orang pembantu.

Kasih tak bisa di larang, dia akan uring-uringan jika tangannya tak punya kegiatan, bisa-bisa malah manjat pohon lagi.. kan parah.

Dia juga selalu mengatur baju apa yang akan di pakai kakek itu jika akan pergi ke kantor. Karna kakek dari dulu sering meminta pendapat kasih tentang baju yang akan dipakainya, jadi setiap pagi kasih akan memilih baju untuk kakek dan meletakkannya di atas tempat tidur kakek.

Kasih juga termasuk siswa yang pintar.. dia selalu mendapat peringkat tiga besar di kelasnya.

....

Waktu pun berlalu, satu tahun lagi mereka berdua akan memasuki universitas, dan hari ini adalah hari kepulangan Randi

Pria yang satu ini tak sabar untuk sampai di rumah, dia sangat rindu dengan gadis kecil dulu.

Kasih pulang dengan bersenandung riang sambil tersenyum memegang rapornya, dia mendapat peringkat pertama. Tapi dia berhenti ketika melihat kakeknya duduk dengan seorang pria muda, dia merasa mengenal sosok itu. Tapi lupa di mana.

Laki-laki itu tersenyum tipis padanya, Kasih dapat menangkap senyuman itu dan membalas senyuman nya.

Tiba-tiba saja dadanya berdebar dengan kencang, dia berdiri sambil memegang dadanya.

Randa yang juga baru pulang melihat kasih yang berdiri mematung.

"Kamu kenapa? " Tanyanya heran.

"Jantungku berdebar kencang, apa orang tuaku baik-baik saja? " Tanyanya polos.

"Orang tuamu baik-baik saja Ayo duduk sini" kata kakek sambil tersenyum. kakek sengaja pulang cepat hari ini karna cucunya yang tidak pulang tujuh tahun pulang hari ini.

Randa melihat ke arah kakek dan berseru kegirangan setelah melihat laki-laki yang duduk di samping kakeknya.

"Kakak.. " katanya sambil berlari dan melompat ke arah Randi.

Randi tertawa seraya berkata... " kau bukan anak kecil lagi, tubuhku bisa patah jika kau seperti itu" Katanya sambil mengusap kepala adiknya.

Kasih yang dari tadi terdiam, akhirnya ingat siapa orang itu.

"Tuan Muda? kapan pulang? " Tanyanya polos.

" Tuan Muda? " kata kakek sambil menoleh ke arah Randi dengan wajah kesal.

"Aku tak menyuruhnya memanggilku dengan sebutan itu. " Jawab Randi cemas.

Dia langsung berdiri mendekati Kasih, Kasih dengan segera mengulurkan tangannya untuk menyalami tuan mudanya, bak anak kecil yang lagi salaman dengan orang dewasa.. cium tangan... gadis yang sopan.

Randi sedikit kaget karena kasih mencium tangannya.

Randi tak melepaskan tangan gadis itu dan berkata..

"Apa kataku dulu? kamu harus memanggilku apa? " katanya menatap tajam kasih sambil menaikkan alisnya. dia masih terus memegang tangan gadis itu dengan erat.

Kasih bingung, dia tak ingat, karna kasih terlihat sedang berfikir keras.. Randi berkata lagi.

"Waktu aku menangkapmu saat kau akan jatuh gara-gara nangkring di atas pohon tujuh tahun yang lalu. " Tegasnya.

"Oo iya iya iya... Mas... " Jawab kasih nyengir.

Randi tersenyum melihat ekspresi gadis itu.

"Boleh ku lihat? "tanya Randi, dia melepaskan genggaman tangannya dan memegang rapor kasih.

"Iya.. "Jawab kasih senyum sambil menyerahkan rapornya.

Randi berjalan kearah kakeknya tadi dan duduk di sebelah kakek.

"Kau hebat juga ya.. juara pertama. " katanya tersenyum.

"Aku bahkan juara umum " kata gadis itu mempromosikan ke pintarannya.

"Bagaimana denganmu? " tanya Randi pada Randa.

"Kakak.. aku ini adikmu.. aku juga mewarisi kepintaranmu. " Katanya sambil menyerahkan rapornya.

Randi dan kakeknya melihat rapor mereka berdua dengan perasaan senang.

"Besok kalian liburkan? kita akan ke puncak. " kata kakek itu lagi..

" Yeee.." kata mereka berdua lompat kegirangan.

'Kasih... apa kamu tak rindu padaku? ' Batin Randi , dia menatap kasih dengan pandangan sayu.

...

Sebelum berangkat ke puncak, mereka menyempatkan diri mengunjungi orang tua Kasih. Kasih memeluk ibunya erat dan mencium kedua pipi ibunya.

Randi sedikit cemburu pada ibu kasih, karena dia tak mendapatkan perlakuan yang sama dari Istrinya ini, padahal mereka telah terpisah tujuh tahun lamanya.

Randi juga menyalami kedua orangtua Kasih, bak seorang menantu yang santun.... cium tangan, Orang tua Kasih gugup karna perlakuan itu. apa lagi Randi ikut memanggil orang tua kasih dengan sebutan Ibu dan Ayah.

Tak hanya kedua orangtua Kasih yang kaget, Randa dan Kasih tak kalah kaget, mereka saling berpandangan karna heran, namun tak menemukan jawaban.

....

Mereka melanjutkan perjalanan, karena Randi yang nyetir mobil, Kakek pindah ke belakang dan duduk di sebelah Randa yang sudah masuk duluan, karna bangkunya sudah diisi kakek.. Kasih terpaksa duduk di depan di samping Randi karena Randi telah membukakan pintu untuk Kasih.

Randa sempat heran dengan sikap kakaknya ini, mungkin kakaknya telah banyak mempelajari tata krama selama kuliahnya. batin cowok itu.

Akhirnya meraka sampai juga di vila kakek.

" Kakak.. aku ingin sekamar denganmu" Kata Rada pada kakaknya.

"Baiklah" Jawab kakaknya sambil tersenyum dan mengusap kepalanya.

Kamar Kasih berada di tengah, diantara kamar yang ditempati kakek dan kedua cucu laki-laki nya itu.

mereka memasukkan barang-barang mereka ke kamar masing-masing. Randi dengan segera membawa barang-barang istrinya itu.

"Terima kasih Tuan Muda... " Kata Kasih

"Kau sudah lupa lagi harus memanggilku apa?" Kata Randi.

" Mas.. terlalu berat... gimana kalau kakak aja" pinta kasih.

"Aku bukan kakakmu" jawabnya singkat.

"Maaf.. baiklah.. Mas" Kata kasih sedikit sedih, karna Randi tak ingin menganggapnya seorang adik.

Malam itu, mereka menonton di ruang keluarga, Kakek dan Randi duduk di sofa panjang itu, sementara Kasih dan Randa berselonjoran di atas kasur santai itu.

"Kakek ngantuk.. " kata kakek sambil nguap dan langsung menuju kamarnya.

pas iklan.. Randa juga lari ke kamarnya dan keluar membawa dua buah bantal dan dua buah guling, dia menyerahkan sepasang pada Kasih.

"Iklannya lama banget" protes nya cemberut sambil merebahkan diri.

Kasih juga tiduran, beberapa jarak dari Randa.

Randi hanya melihat ulah mereka berdua. Tak lama kemudian, mereka berdua tertidur, Randi tersenyum, mengambil selimut dan bantal, dia menyelimuti Randa dengan satu selimut, dan dia memakai satu selimut bersama Kasih. dia berbaring di atara mereka, menghadap ke arah Kasih dan membelakangi adiknya.

Chapitre suivant