"(Fatimah) Engkau adalah makhluk Allah Swt. Pertama yang memasukinya (surga) setelah aku (Rasulullah Saw) dengan penuh kehormatan." Fatimah Az-Zahra, putri Nabi Muhammad Saw. dan Khadijah, lahir ke dunia untuk menjelaskan kedudukan dan nilai wanita dalam Islam. Kehadirannya menggugurkan anggapan kaum jahiliyah yang meyakini bahwa wanita merupakan makhluk hina yang harus dihindari. Karena kedudukannya yang seperti sebuah bintang di kegelapan malam itulah, Fatimah dijuluki "Az-Zahra" (yang memancarkan cahaya). Sabar menjadi salah satu keutamaan sifatnya. Fatimah kecil teku menggantikan peran almarhumah ibunya untuk melayani dan membela Rasulullah Saw. Berulang kali ia menyaksikan kekejaman kaum Quraisy terhadap sang ayah saat berdakwah, tetapi tidak pernah mengeluh. Dalam kesehariannya, ia memilih hidup sederhana. Ia juga tidak pernah mengatakan sesuatu hanya berdasarkan hawa nafsu. Kebiasaan itu melembutkan hatinya sehingga ia tidak pernah memilih cara kekerasan untuk menghadapi masalah.
FATIMAH Az-Zahra atau Fatimah binti Muhammad adalah putri keempat Rasulullah Muhammad SAW. Dan Ummul Mukminin Khadijah binti Khuwailid. Fatimah memiliki kakak, yaitu Zainab, Ruqayah, dan Ummu Kulstum. Sementara itu, saudara laki-lakinya, Qasim dan Abdullah, meninggal dalam usia muda. Beberapa riwayat menyebutkan bahwa Zainab, Ruqayah, dan Ummu Kulstum bukanlah anak kandung Rasulullah Saw, dan Khadijah. Mereka sebenarnya adalah putri Halah, saudari Khadijah. Ketiganya berada di rumah Khadijah ketika ia menikah dengan Rasulullah Saw.
Fatimah lahir di Mekah pada tanggal 20 jumadilakhir, 45 tahun setelah kelahiran Nabi Muhammad saw. Atau 5 tahun sebelum beliau di angkat menjadi Rasul. Ia lahir di tengah kehidupan masyarakat yang tidak mengenal nilai luhur keilahian dan penuh kebodohan. Tradisi batil di masyarakat Arab pada masa itu. Kebiasaan mengubur hidup-hidup anak wanita, berperang, dan menumpahkan darah, menjadi budaya yang tidak bisa dihindari.
Di sisi lain, kelahiran Fatimah juga bersamaan dengan peristiwa renovasi Ka'bah. Pada saat itu kaum Quraisy berdebat tentang siapa yang layak meletakkan Hajar Aswad hingga hampir timbul peperangan. Kemudian, datanglah Abu Umayyah. Ia menawarkan solusi bahwa orang yang berhak meletakkan Hajar Aswad adalah orang pertama yang masuk dari pintu Masjid Al-Haram.
Atas kehendak-Nya, orang yang mereka tunggu pun akhirnya datang. "Itu Muhammad! Dia orang jujur. Kami ridha terhadapnya," sorak mereka ketika melihat kedatangan Nabi Muhammad saw.
Peristiwa bersejarah tersebut membuat mereka kembali tenang. Kerukunan antar sesama tetap terjaga. Begitu juga dengan kehormatan bangsa yang tetap terpelihara. Mekah kembali damai karena Allah menjaga penghuni Tanah Haram dari perumahan darah.
Pada saat peristiwa tersebut terjadi, Khadijah sedang menunggu kelahiran sang buah hati. Rasulullah saw, yang mendengar kabar persalinan istrinya segera mengambil jalan pintas menuju rumah. Raut muka beliau terlihat gembira dan berseri tatkala mendengar tangisan bayi.
Sampai di rumah beliau bergegas menjumpai Khadijah dan putri keempatnya yang baru saja lahir. Beliau kemudian mengusap-usap sang permata hati dengan penuh kasih sayang dan rasa syukur. Sambil tersenyum, beliau sandarkan putrinya di pangkuan.
Kehadiran Fatimah menjadi penanda kesempurnaan dan keutamaan wanita. Kelahirannya menjadi tonggak pengungkapan sebuah hakikat bahwa pria dan wanita memiliki potensi sama untuk meraih kesempurnaan dalam hal beriman kepada Allah Swt.
Rasulullah saw, begitu menghormati Sayyidah Fatimah. Kemuliaan akhlak Fatimah membuat Rasulullah saw, senantiasa memujinya. Fatimah juga anak yang paling mirip, paling dekat, dan paling lama bersama Nabi Muhammad saw. Fatimah adalah putri kesayangan Nabi Muhammad saw. Ia merupakan putri yang paling disayangi dan dicintai Rasulullah saw. Beliau bersabda, "Fatimah adalah belahan jiwaku. Dia adalah malaikat berwajah manusia. Setiap kali aku merindukan aroma surga, aku pun mencium putriku."
Al-Quran pun menceritakan tentang Sayyidah Fatimah.
Dan hendaklah kamu tetap di rumahmu
Dan janganlah kamu berhias dan
bertingkah laku seperti orang-orang
jahiliah yang dahulu dan dirikanlah
shalat, tunaikanlah zakat, dan taatilah
Allah dan Rasul-Nya. Sesungguhnya
Allah bermaksud hendak menghilangkan
dosa dari kamu, hai ahlulbait dan
membersihkan kamu
sebersih-bersihnya. (QS Al-Ahzab[33]:33)
Para Ulama menuturkan bahwa saat ayat ini turun, Rasulullah saw, memanggil Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain. Beliau menutupi mereka dengan jubahnya dan berkata, "ya Allah! Mereka adalah ahli baitku. Hilangkan kotoran dan keburukan dari mereka serta sucikan mereka."