Permainan terus berlanjut, skor mereka sama hingga akhirnya Farel menyoretkan huruf 'O' dengan tintanya diantara V dan V milik Ken— saat itu juga Farel dinyatakan sebagai pemenang.
Abi bahkan kini sudah berdiri, dengan sebuah kapak ditangannya, wajah Ken sudah pucat pasi melihat pergerakan Abi— begitupun dengan Moritz, pria itu benar-benar memasang wajah merah padam, menahan amarah karena tak menyangka jika anak buahnya dapat terkalahkan. Bagaimana bisa itu terjadi? Bukankah hal yang tak masuk akal bagi negeri di dimensi ini.
Apalagi selama ini, sosok Alan tak pernah mau bermain dengan mereka.
Dalam hitungan ketiga, tubuh Ken naas tak tertahankan, percikan darah mengenai mereka yang berada di sekitar. Farel bahkan sempat tertegun kala Abi membunuh lawannya di depan dirinya sendiri.
Namun, jelas Farel harus mengingat satu hal— siapapun yang kalah, tak akan pernah hidup di dimensi ini.
Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com