webnovel

BAB 6 : LAKI-LAKI MESUM

"Sini lo Biru!" Panggil Rafa pada Sabiru yang tengah berjalan di tengah-tengah lapangan.

"Apaan?" Tanya Sabiru yang tangannya sudah di tarik paksa oleh Rafa, Tepat di tengah lapangan, belum juga Sabiru mengatakan apapun atau Rafa menjelaskan sesuatu. Sabiru sudah mendapatkan pukulan sangat keras dari Rafa.

"Lo jadi cowok jangan brengsek kenapa sih! Karin nyariin lo dari kemarin, dia ngga pernah fokus dengan sekitarnya. Lo kemana aja sih? Apa salahnya muncul di depan dia. Lo itu BANCI tau ngga" Rafa benar-benar terbawa emosi, dia bahkan memberikan penekanan di ucapan terakhirnya. Sabiru yang tak terima akhirnya membalas pukulan Rafa, adegan saling pukul memukul terus terjadi, beberapa siswa pun mulai menonton. Semua berkerumun menyaksikan perkelahian, bukan malah melerai mereka malah asik sendiri mengabadikan bahkan menjadikan mereka berdua bahan gosip.

"GUA UDAH NGGA ADA URUSAN SAMA ITU CEWEK, DAN LO NGGA USAH IKUT CAMPUR URUSAN HIDUP GUA!" Teriak Sabiru, mereka berdua terus saling memukul, hingga dua satpam sekolah melerai mereka. Sebenarnya Sabiru ingin sekali lagi memukul Rafa, tapi ia melihat Karin sedang berjalan kearah kerumunan, bergegas Sabiru pergi.

"SABIRU BERHENTI!" Teriak Rafa sambil menghempaskan tangan satpam yang tadi mencengkramnya. Indah yang sudah berada di sana mencoba mendekat kearah Rafa. Indah lantas menariknya menuju ke UKS untuk mengobati luka memar dan membersihkan darah yang masih mengalir di mulutnya.

Sementara Sabiru masih terus berlari mencoba menghindari Karin, tanpa sadar ia berlari hingga menuju pohon besar tempat dia dan Karin terkadang bersembunyi saat bolos sekolah. Sebanarnya ini adalah taman yang terletak di belakang sekolah, ada juga siswa siswi yang senang berada di sana selain Sabiru dan Karin. Dan benar saja, tanpa Sabiru sadari di sebelahnya sudah berada seorang perempuan yang rambutnya tergerai sedang duduk di sebelahnya, di bawah pohon rindang tempat Karin dan Sabiru biasanya bermadu kasih.

"Lo siapa?" Tanya sabiru yang terkejut melihat keberadaan perempuan itu. Sebaliknya perempuan di sebelahnya tadi juga ikut terkejut melihat keberadaan Sabiru, ia pikir ini adalah tempat persembunyian yang ternyaman. Tapi ia salah ada orang lain yang mengetahuinya.

Sabiru semakin gelagapan saat melihat Karin sudah semakin mendekat, dan sementara perempuan di depannya ini masih saja tak mau beranjak. Tanpa pikir panjang, Sabiru memegang pipi perempuan itu, lantas ia melumat bibir perempuan itu dengan sangat lembut laiknya sedang mencium kekasihnya sendiri. Karin yang melihat kejadian itu langsung meneteskan air matanya, ia benar-benar benci Sabiru. Laki-laki pertama yang ia cintai kini menjadi laki-laki pertama juga yang mematahkan hatinya. Tak lama setelah itu Karin tak sadarkan diri.

"BRENGSEK!!!" Perempuan itu langsung menendang Sabiru dengan sangat keras, dan tendangan itu tepat mengenai selangkangannya. Ngilu dan nyeri terasa sangat menyakit saat ini di rasakan Sabiru. Ia tertidur sembari memegang erat alat kelaminnya.

"MESUM LO. LO KIRA GUA CEWEK APAAN BEGO!" Perempuan itu tak henti-hentinya memaki Sabiru bahkan mengumpatnya. Lantas ia pergi meninggalkan Sabiru yang masih menahan sakit, sementara Karin sudah di bawa ke UKS oleh anak-anak yang menemukannya tengah pingsan di tengah jalan.

Sabiru kini merasa lega, meski harus merasakan sakit hingga perutnya menjadi mulas karena perempuan tadi, setidaknya ia aman dari Karin.

****

Karin di larikan ke UKS oleh salah satu siswa, Indah dan Rafa yang melihat itu lantas mendekat kearah Karin.

"Dia kenapa?" Tanya Rafa pada siswa laki-laki itu. Akhirnya ia pun menjelaskan kejadiannya bahwa ia menemukan Karin yang entah mengapa tergeletak di sana, di tempat yang hampir tidak pernah di dekati oleh para siswa. Setelah mendapatkan penjelasan yang di rasa cukup logis bagi Rafa, ia akhirnya mengizinkan siswa itu pergi.

Indah yang masih memegang kapas dan obat merah yang ia gunakan untuk mengobati luka Rafa, mencoba membangunkan Karin. Indah nampak sangat kebingungan bagaimana bisa sahabatnya menjadi seperti ini.

Dokter pun datang dan bergegas mengobati Karin. Berita Karin pingsan sudah tersebar kepenjuru sekolah, bahkan Maharani pun sampai di panggil oleh beberapa siswi, memberikan kabar bahwa Karin tengah berada di UKS. Ia pun bergegas menuju ke UKS, sebelum semakin banyak kabar-kabar yang tidak ia inginkan tersebar luas di sekolah. Belum lagi ia harus terlihat seperti keluarga yang harmonis, yang peduli dan sayang kepada anaknya.

"Karin!" Panggil Maharani yang baru saja berada di pintu depan UKS. Ia langsung masuk dan memeluk Karin yang masih belum sadar dari pingsannya. Maharani kini mengedarkan pandangannya, ia lihat ada Indah, Rafa dan dokter itu sedang memperhatikan aksinya.

"Dokter bagaimana anak saya?" Tanya Maharani kepada Dokter yang memang sudah di sediakan pihak yayasan agar dapat merawat para siswa yang sedang sakit atau memerlukan pengobatan medis. Dokter itu pun menjelaskan bahwa Karin hanya kelelahan, pusing di kepalanya karena Karin kurang mengonsumsi air putih.

Mendengar itu Maharani sedikit lega karena dokter itu sama sekali tak menyebutkan kalau Karin tengah hamil. Ia bisa mengelus dada saat ini. Setidaknya ia bisa semakin berhati-hati lagi saat ini. Sementara Indah yang tahu betul bagaimana Maharani memperlakukan Karin, hanya tersenyum sinis mengetawakan kasih sayang palsu yang tengah di mainkan oleh Maharani saat ini pada Karin.

"Ya sudah, ibu titip Karin sama kalian berdua ya!" Ujar Maharani saat dokter itu sudah pergi. Topeng yang ia kenakan kini pun bebas ia lepas dan tak lagi menghalangi keaslian wajah buruknya itu. Indah lantas mendekat kearah Karin, beberapa saat kemudian Karin sadar, ia langsung menangis saat melihat Indah, Karin memeluk Indah sangat erat, ia coba luapkan isi hatinya saat itu juga.

"Sabiru memang udah ngga cinta sama gua lagi, Ndah. Dia udah punya cewek lain selain gua. Sabiru benar-benar udah ninggalin gua Indah. Salah gua di mana? Gua kurang cantik ya Ndah? Sejelek itu ya gua, Ndah." Karin kembali membenamkan kepalanya pada pelukan Indah. Hatinya benar-benar hancur. Ia tidak akan pernah menyangka jika cinta pertama bisa saja menyakitinya. Selama ini ia hanya terlalu percaya diri, dan terlalu sayang kepada Sabiru. Hingga ia lupa jika suatu saat nanti akan ada kata sebuah perpisahan.

"Sabar ya Rin, gua yakin Sabiru ngga sejahat itu kok." Indah yang mencoba menenagkan Karin justru sebaliknya malah semakin menjadi tangis itu.

"Kalau dia memang masih sayang dan cinta sama aku, untuk apa dia bermesrahan dengan perempuan lain di tempat kita, Ndah. Bahkan dengan beraninya Sabiru berciuman di depan gua. SAKIT NDAH!"

"BERENGSEK SABIRU, GUA HARUS KASIH PELAJARAN KE MANUSIA ITU. Hal kayak gini ngga bisa di diemin lagi Rin." Rafa sudah keluar dari UKS, sementara Indah mencoba mencegah namun gagal.

"Rafa Berhenti!"