webnovel

BAB 16 :  TERBONGKAR

Keadaan sekolah hari ini sangat heboh, seseorang memposting jika salah satu siswa di sekolah ini tengah hamil, berinisial K. Semua orang bertanya-tanya siapa K yang di maksud sementara Indah yang mendengar berita itu langsung lari ke dalam kelas untuk mencari Karin.

"Rin." Panggil Indah yang sudah berada di dekat Karin, namun Karin hanya diam, dia tidak menjawab panggilan Indah.

"Gua benar-benar semakin hancur Ndah." Ujar Karin yang sudah mengetahui berita itu tersebar.

"Tapi mereka belum nyebut nama lo Rin, lo masih aman. Sekarang kita cari tahu aja siapa orangnya. Biar ngga semakin menjadi beritanya."

"Percuma Ndah, orang yang kayak dia itu bakalan terus nyebarin informasi kayak gini. Dan gua juga harus siap-siap pasti lambat laun dia bakalan nyebarin nama gua bukan inisial lagi"

"Tapi setidaknya lo bisa cegah itu semua Karin." Karin yang benar-benar sudah frustasi merasa hidupnya sudah tak berarti lagi. Semua perjuangan pun serasa sia-sia.

"Gua takut Ndah, kalau gua berani coba melawan mereka semakin berani nyebarin yang bukan-bukan tentang gua."

"Inget Rin, lo ngga sendiri, ada gua. Gua bakalan bantu lo buat cari tahu orang yang berani-beraninya buat nyebarin berita tentang lo."

"Thanks ya Ndah."

***

"Pasti lo kan yang nyebarin tentang Karin, Lo bajingan banget sih jadi cowok." Ujar Indah yang melabrak Sabiru yang tengah kumpul bersama teman-temannya. Indah menarik Sabiru menepi ketempat yang sepi.

"Apa sih maksud lo ngga jelas."

"Alah ngga usah ngeles deh lo. Gua yakin lo yang nyebarin berita tentang kehamilan Karin. Gua ngga habis pikir sama lo Biru, udah nggak mau tanggung jawab, lo malah nyebarin hal-hal yang menyakitkan hati. Lo ngga mikir betapa sakit hatinya Karin. Lo itu sama aja kayak laki-laki berengsek di luar sana."

"STOP INDAH!! Gua itu ngga tau apa yang lo maksud, dan bukan gua yang nyebarin berita kehamilan Karin. Dan gua ngga punya waktu untuk melakukan itu. Satu lagi, gua tekankan ke lo, bukan gua pelakunya dan itu bukan anak gua."

"Kalau bukan lo siapa lagi Biru?"

"Ya mana gua tau, Karin punya musuh kali. Makanya bilangi ke temen lo itu jadi cewek jangan murahan." Mendengar itu Indah langsung menampar pipi Sabiru.

"Jangan pernah lo jelek-jelekin temen gua lagi." Indah langsung pergi dengan rasa geram dan benar-benar penuh akan kemarahan, sementara itu ada seseorang yang tersenyum melihat keributan itu.

"Lo dari mana aja sih Ndah?" Tanya Rafa yang sejak tadi mencarinya, ada sesuatu yang terjadi di kelas. Karin sedang dalam masalah.

"Kenapa?" Tanya Indah penasaran.

"Karin dalam masalah." Tidak menunggu lama Indah dan Rafa langsung berlari ke kelas, di dalam kelas Karin sudah dirundung oleh seluruh siswa yang berada di dalam kelas itu. Karin tertunduk diam saja dengan tangis yang begitu menyesakkan.

Semua anak-anak itu mengatakan hal yang menyakitkan. Entah ada berita apa lagi yang tersebar. Sehingga semua orang tahu apa yang terjadi pada dirinya. Semua cacian dan makian terdengar keras di kelas itu, kelas itu Gaduh tak ada seorang pun berani mendekat untuk menolong Karin. Kecuali Indah.

Indah menerobos kerumunan, menghalangi Karin dengan tubuhnya, Indah benar-benar sigap dan langsung memeluk sahabatnya itu.

"Lo ngga papa kan Rin?" Karin tak Menjawab ia lebih memilih bersembunyi di belakang Indah.

"Lo semua apa-apaan sih?" Teriak Indah sangat lantang. Namun hal itu tidak menyurutkan niat anak-anak itu, bahkan sekarang Indah yang menjadi bahan cacian mereka.

"Ndah lo ngapain sih temenan sama cewek yang ngga bener gini. Mukanya aja polos, kelakuan kok pelacur." Ujar salah satu anak yang membuat semua siswa mengangguk membenarkan.

"Atau jangan-jangan lo pelacur juga sama kayak Karin?" satu cowok tiba-tiba angkat bicara dan itu benar-benar menyakitkan.

"Udah Ndah, lo seharusnya ngga nolongin gua." Ujar Karin yang merasa kasian karena temannya kini juga terkena imbas dari masalah yang ia hadapi.

Indah lantas menarik tangan Karin pergi menjauh. "Kalian semua keterlaluan, gua harap kalian semua sadar dan semoga hal ini tidak menimpa kalian juga." Karin dan Indah akhirnya pergi dari kelas. Namun Maharani sudah berada di depan kelas dengan wajah yang penuh akan emosi.

"Ikut mama pulang sekarang!" Hari ini benar-benar adalah hari yang amat sangat menyakitkan, entah apa yang akan terjadi sekarang di rumahnya.

***

"Ma Karin nggak mau berhenti sekolah Ma, Ma Karin mau sekolah." Isak Karin yang menerima kabar dari Maharani kalau dia akan diberhentikan sekolah. Sejak pulang dari Sekolah Karin di maki habis-habisan oleh ibunya. Bahkan beberapa kali Karin di tampar oleh ibunya tanpa rasa belas kasih sama sekali.

"Ma kalau Karin berhenti bagaimana pendidikan Karin Ma. Bagaimana masa depan Karin Ma."

"Kamu masih mikirin pendidikan. Sebagai hukuman kamu ngga boleh sekolah sampai anak itu lahir, atau kamu gugurkan saja kandungan itu agar kamu bisa kembali bersekolah. Tetapi di sekolah yang berbeda."

"Tapi Ma."

"Ngga ada tapi-tapian Karin." Karin tak mampu lagi melawan, ia pasrah dengan kehidupannya, berita itu sampai saat ini masih tersebar di sekolah, namun para guru-guru hanya diam saja. Hal ini sebenarnya menjadi kecurigaan para siswa jika para guru sudah di sogok oleh Maharani. Namun mereka juga heran jika para guru di sogok mengapa Karin tidak bersekolah lagi. Tetapi semua kecurigaan ini benar-benar terjadi, Maharani sudah menyogok semua guru, bahkan semua para wartawan yang mengicar berita tentang keluarga Putra. Selama berhari-hari Karin berdiam diri dirumah, ia hanya di temani mbok Darmi, tidak ada kegiatan, tidak ada tawa Indah dan Rafa. Kehidupannya mendadak menjadi sepi. Bahkan jangan harap Sabiru akan menghubunginya. Karin kini merasa menjadi Rapunsel yang di kurung di menara paling tinggi hingga ia tidak bisa melihat kehidupan di luar sana.

Namun tiba-tiba sebuah pesan masuk dari ponselnya.

Ting…

[ Kamu kemana aja nggak pernah ada kabar? ]

Pesan itu dari Syahid. Bergegas Karin membuka pesan itu dan membalasnya, setidaknya masih ada yang peduli dengannya. Meski hanya dari pesan namun rasa kebahagiaan itu tiba-tiba saja muncul.

[ Buka jendela kamar kamu gih!]

Karin dengan sangat cepat bangkit dari tidurnya ia membuka jendela kamarnya, sebuah balon berwarna kuning dengan garis lengkung tersenyum terbang di depan matanya. Karin lantas segera mengambil tali Balon itu. Terdapat sebuah surat di talinya.

Jangan sedih terus ya! Senyum yuk.

Karin tersenyum bahagia membaca surat itu, ia memperhatikan sekitar dan nampak dari kejauhan Syahid tengah melambaikan tangannya dan langsung pergi mengayuh sepedanya menjauh dari rumah Karin.

Tuhan inikah kebahagiaan sesaat yang aku terima.

.