webnovel

27. Lucio dalam bahaya bagian 2

Delicia mengembuskan napasnya ketika melihat bayangan Lucio sedang bersama dengan ayahnya di sebuah tempat pembuatan garam.

Lelaki itu terlihat lelah, terbukti dari dadanya yang turun naik dan keringat yang bercucuran di sekitar wajahnya.

Delicia yakin jika ayahnya itu sudah menyiksa Lucio selama dia ada di perjalanan tadi.

"Ayah!" panggil Delicia, dia langsung menghampiri ayahnya dengan marah.

Dia merasa malu karena sudah membuat Lucio seperti ini. Lucio yang tak pernah bekerja kasar tentu saja dia tak bisa disuruh ayahnya untuk membantunya membuat garam.

"Oh, kamu ada apa kemari?" tanya ayahnya terdengar tidak peduli. Matanya melirik ke arah Lucio yang hampir pingsan karena kepanasan.

"Aku akan menjemput calon suamiku," jawab Delicia yang membuat ayahnya semakin tak menyukai Lucio.

Dia melihat anaknya itu tergila gila dengan Lucio sampai tak dapat berkata apa apa.

"Jadi … jadi kamu ke sini bukan untuk menemui ayahmu ini? Tapi untuk menjemput lelaki yang tak ada tenaganya ini?"

"Bukan tak ada tenaga," balas Delicia. Lucio mengangguk setuju. "Dia begini kan karena tak pernah melakukan pekerjaan kasar. Dia kerjanya duduk dan menerima laporan. Dia berbeda dengan ayah."

Lucio merasa jika Delicia membelanya tapi di sisi lain ucapan Delicia terdengar seperti mengejeknya.

Memangnya dia harus bagaimana? Karena pekerjaannya selama ini membutuhkan strategi dan otak.

"Ayo pulang," ajak Delicia.

"Silakan saja pulang," kata ayah Delicia.

Lucio berdiri dengan senang hati.

"Tapi kalian tak akan pernah bisa menikah," lanjut ayah Delicia. Lucio pun langsung terduduk.

Delicia meniup poninya dengan bibirnya. "Kenapa ayah begini?"

"Karena ayah tak suka kamu menikah dengan orang kaya," jawabnya.

"Kenapa? Jelaskan alasannya?"

"Orang kaya pasti hanya akan memanfaatkanmu karena kamu adalah anak dari orang miskin. Memangnya kamu tidak takut menikah dengannya? Bagaimana kalau ternyata dia memiliki wanita idaman lain?"

"Ayah, berhentilah menonton drama. Tidak ada hal seperti itu. Karena Delicia …"

Khaleed berdiri di samping Delicia, dia menyapa ayah Delicia dengan sopan.

Ayah Delicia bertanya, "Kamu siapa?"

"Saya … saya adalah asisten sekaligus sekertaris pribadi Bapak Lucio, nama saya Khaleed," jawab Khaleed dengan suaranya yang lembut dan merdu.

"Ohhhh." Ayah Delicia mengamati Khaleed dari atas sampai bawah. Kemudian dia melihat Khaleed dengan memutari tubuh asisten Lucio tersebut.

"Dia tampan, dan terlihat pekerja keras. Ayah lebih menyukai kalau kamu menikah dengan … siapa nama kamu?"

"Khaleed."

"Ya, Khaleed."

Lucio mengerutkan keningnya. Dia menatap Delicia tidak teriman, karena dia dibandingkan dengan Khaleed. Dia sendiri juga bekerja keras. Dan dia tak mengerti arti kerja keras bagi ayah Delicia itu sebenarnya seperti apa.

Ayahnya kemudian berdeham, tanpa mengatakan apa apa. Dia langsung pergi dari ketiga orang yang berdiri di sana dengan canggung.

"Kenapa kalian ke sini?" tanya Lucio saat ayah Delicia sudah pergi.

"Nona Delicia mencemaskan Anda," jawab Khaleed.

"Sepertinya instingmu tepat ya. Aku diminta menyerok garam itu, kemudian membersihkan daerah pinggiran dari sana hingga ke sana. Kemudian tadi ketika ada petani yang meminta bantuan, aku yang diajukan pada mereka." Lucio terdengar hampi menangis karena lelah.

Khaleed diam diam menahan tawanya karena melihat atasannya itu disiksa oleh ayah Delicia.

"Lagi pula, tak ada yang menyuruhmu untuk datang ke sini kan?" Delicia menyalahkan Lucio.

"Aku ingin mendapatkan restu dari ayahmu. Apa kamu tidak tahu?"

"Tidak. Makanya lain kali bilang dulu padaku."

Khaleed mengulurkan sebotol air mineral pada Lucio. Lucio menerimanya seperti seorang pengemis yang belum minum selama dua hari.

Dia langsung menegak minuman itu sampai tandas.

"Aku lapar," desah Lucio.

Khaleed dan Delicia pun juga lapar karena belum makan siang.

"Hei, kalian!" Suara ayah Delicia bercampur dengan angin yang berembus. Dia melambai dari sebuah warung yang tak jauh dari sana.

"Waktunya makan!" teriaknya lagi.

Lucio tanpa ragu langsung berlari ke arah ayah Delicia dengan senang hati. "Ya, ayah mertua! Saya akan makan!" sahutnya dengan riang. Dia berlari lari anjing menuju warung makan di dekat pantai.

Delicia dan Khaleed tersenyum. Tak tahu sisi menggelikan dari Lucio yang biasanya tampak dingin dan sombong.

"Aku belum pernah melihat dia seperti itu," komentar Khaleed. Dia berjalan bersama dengan Delicia beriringan menuju warung.

Untuk pertama kalinya, Lucio makan di sebuah warung makan yang sangat sederhana. Karena biasanya dia akan makan di restoran mahal dengan koki yang bersertifikat.

Namun kali ini dia makan di sana agar ayah Delicia mau menerimanya dan menunjukkan jika dirinya benar benar mencintai Delicia.

"Karena kamu orang kaya, pasti kamu tak akan bisa makan makanan seperti ini," kata ayah Delicia sengaja menguji Lucio.

"Tidak, saya memakan makanan apa saja yang sudah disajikan untuk saya," jawabnya.

Lucio pun memakan ikan yang hanya digoreng biasa. Dengan sambal dan juga selada. Delicia awalnya ragu Lucio mau makan, tapi dia makan dengan lahap.

Apa karena dia sedang lapar?