webnovel

无名

Eastern
Ongoing · 13.6K Views
  • 3 Chs
    Content
  • ratings
  • N/A
    SUPPORT
Synopsis

Xiao Han harus kehilangan seluruh kekuatannya, dikarenakan Jing Sheng, memutus aliran Qi pada Xiao Han, dan dengan tega membuang mayatnya ke jurang. Namun, Xiao Han memiliki takdir langit. Dirinya berhasil selamat dari maut, setelah tubuhnya tersangkut di dahan pohon selama beberapa hari. Sampai akhirnya seorang pendekar sakti menyelamatkan nyawanya. Xiao Han berlatih dengan giat, meningkatkan kultivasi-nya bersama guru barunya, yaitu Lao Xing. Sementara itu, Jing Sheng diangkat menjadi murid utama Sekte Teratai Putih, sekaligus pewaris Sekte selanjutnya. Lima tahun telah berlalu, Xiao Han kembali ke Sekte Teratai Putih dan berniat mengambil alih hak yang seharusnya dia miliki. Pedang Bulan Biru, menjadi benda pusaka yang dicari seluruh dunia persilatan. Xiao Han pemilik pedang tersebut. Guru Lao Xing lah yang telah memberikannya. Lalu, bagaimana kisah lengkap Xiao Han?

Chapter 1Chapter 8 (Siapa itu?)

"Ternyata sudah puluhan tahun berlalu, tetapi semuanya masih tetap sama. Semuanya masih seperti pertama kali aku datang ke tempat ini."

"Angin malam yang selalu aku rindukan. Suara hewan malam yang bergemecik membuatku selalu betah untuk berlama-lama di sini."

Dia bertutur sambil memandangi langit gelap. Su Ling Hua bersandar pada dinding jendela kamarnya, dan menatap penuh makna pada Bulat Sabit yang ada di atas sana.

Su Ling Hua masih belum ingin tidur. Engan terpejam dia. Kedua mata indah pemberian Sang Pencipta ini, masih terasa segar walau tubuhya sudah terasa lelah akibat berlatih satu hari penuh.

"Sudah tengah malam, sebaiknya aku pergi tidur. Besok aku harus pergi latihan dengan Dage." Su Ling Hua berseru dari sana seraya ingin beranjak pergi dari hadapan jendela tersebut.

Namun, sebelum dia hendak tidur dan meninggalkan jendela kamarnya. Tiba-tiba dia dikejutkan dengan sesuatu yang sedang berlari cepat di atas atap salah satu kamar yang ada di sana.

Tuk! Tuk! berlari cepat tanpa hambatan di atas atap, seperti angin orang itu dengan mudah berjalan di puing-puing atap. Apa tidak takut jatuh orang itu berlari di atas atap? Apa tidak ada jalan lain? Kenapa harus genting kamar orang yang menjadi batu pijakan?

Bukankah jalan di Wu Dang sangat luas? Haruskan ini jalan satu-satunya untuk belajar terbang? Mungkin enak berlari di atas rumah, dari pada berlari di atas permukaan tanah yang datar.

Su Ling Hua melihat sosok aneh bertubuh manusia yang berpakaian hitam dan cenderung longgar. Terlihat orang itu berlari sambil memegang sesuatu di tangan kanannya. Sepertinya Su Ling Hua mengenali itu? Yang ada ditangan kanannya, sangat tidak asing dan pamiliar di mata Su Ling Hua.

Benarkah yang dilihatnya? Nampak seperti sebuah kitab yang ketebalannya cukup tipis. Ukurannya pun sedang dan pas saat digenggam.

"Siapa itu? Kau pasti penyusup! Jangan lari kau!" teriak Su Ling Hua dari balik jendela kamarnya.

Kali ini Su Ling Hua menaruh curiga dan was-was kepada sosok misterius yang ada di atas sana. Karena tidak mungkin dia mencurigai seseorang tanpa ada sebab. Dia tidak ingin sesuatu terjadi pada perguruan ini. Su Ling Hua pun memberanikan diri untuk mengejar sosok misterius yang mungkin saja ingin membawa lari kitab perguruan itu.

Hub!

Dia meloncat saja seperti seekor bajing lompat. Langsung tanpa basa basi, melompat dari dalam kamarnya. Tidak perduli ini sudah larut malam, yang ada dipikirannya sekarang adalah mengambil kembali kitab yang sudah dicuri. Dia segera melayang ringan di udara untuk mengejar sosok misterius berpakai hitam ditengah malam.

Tek! Tek! Ling Hua berlari tanpa hambatan di atas atap seperti orang yang berlari di depan sana.

Dia pergi mengikuti kemana sosok misterius yang membawa pergi kitab perguruannya. Lajunya sangat cepat, tanpa rasa takut Su Ling Hua pun melangkah saja di atas sana.

Seperti yang dikatakan banyak orang. Dia pendekar hebat. Jadi untuk mengejar satu pengacau saja, itu sangat lah mudah baginya. Untuk apa dia takut. Lagi pula ini adalah rumahnya. Tempat bermainnya. Seluk beluknya dia sangat tahu. Jadi mau kemana pencuri itu pergi? Sejauh apa dia pergi meninggalkan Wu Dang. Pastinya akan tertangkap juga oleh Su Ling Hua.

***

Sampai lah di ujung perbatasan menuju gerbang utama perguruan. Jika sosok berpakaian hitam ini terus berlanjut meloncati gerbang utama, maka dia akan lolos dari kejaran Su Ling Hua, dan berhasil membawa sebuah kitab pusaka yang dicurinya tadi.

Namun, Sosok hitam yang memakai kain hitam diwajahnya, menoleh dan melihat-lihat ke sekitar perguruan. Dia menghentikan niatnya untuk kabur dari Wu Dang dan bertengger senenak di sana. Hanya dengan satu kaki. Di berdiri di atas sebuah tugu berlambangkan Elang yang menjadi kebanggaan Wu Dang.

Dia tahu bahwa sejak tadi dirinya dikejar-kejar oleh murid Wu Dang, tetapi mengapa sampai sekarang yang mengejar dirinya tidak kunjung datang?

Kemana Su Ling Hua tadi? Bukankah tadi dia sangat bersemangat untuk mengejar sosok yang bercadar hitam ini?

***

"Yaaa!" teriakan keras terdengar.

Dari udara, dengan latar belakang bulan sabit. Serangan cepat menyambar seperti kilat. Su Ling Hua berteriak. Dia yang menggenggam sebuah pedang pun mengayunkannya dengan cepat kearah sosok misterius yang mencuri kitab perguruannya.

"Cling! " beradu kedua pedang. Memblok satu sama lain. Kedua mata pisau pedang saling bertabrakan, dan sama-sama menahan serangan.

Ternyata makhluk bercadar hitamnya sudah tahu bahwa Su Ling Hua akan datang, dan membuat serangan mendadak dari udara.

Kedua orang yang sama-sama seorang pendekar hebat digenerasi ini saling menatap satu sama lain. Tatapan itu sangat serius dan banyak menyiratkan arti. Bahwa mereka saling menaruh dendam satu sama lain.

Dengan kedua pedang mereka yang beradu satu dengan yang lain, lalu membuat pertahanan kokoh beserta dengan jurus masing-masing. Mereka tidak ingin saling mengalah, dan ingin menunjukan kekuatan terhebat mereka.

"Siapa kau?"

"Kitab apa yang ada ditanganmu itu? Apa kau mencurinya dari perpustakan Wu Dang?" tanya ketusnya sambil berteriak keras.

Het! bergeser kedua pedang yang sedang beradu dan menahan ini kearah bawah. Bergerak keposisi lain. Pertahan kuat. Lawan yang dihadapi sungguh bernyali. Membuat Su Ling Hua cukup bersemangat dibuatnya. Setidaknya ada lawan yang sepadan dengan nya.

Ling Hua mengikuti setiap gerakan dan perlawanan dari pencuri yang ada dihadapannya. Lalu, sebaliknya. Sosok hitam yang belum diketahui namanya. Ikut memberi perlawanan. Tidak mau kalah dari seorang gadis. Masa, dengan seorang gadis saja dia kalah. Malu dengan kumis.

Tatapan panas Ling Hua tidak ingin lepas dari sorot mata berwarna hijau yang tersamar dari balik cadar. Su Ling Hua tidak mau jika kalau pencuri kitab ini lolos dari dirinya.

Maka dari itu Su Ling Hua sangat menjaga ketat setiap pergerakan dari sosok misterius yang memiliki postur tutuh gagah dan berlengan tangan yang kuat.

"Ini adalah milikku. Kitab sakti ini milik perguruanku! Aku akan membawanya kembali pada perguruanku!" jawab ketusnya yang bersuara kan besar.

Kata-katanya terpatah karena cadar hitam yang yang menutupi mulutnya. Suara lembut terdengar dari balik cadar hitam transparan terasa tidak asing di telinga Su Ling Hua.

Sesungguhnya wajahnya terlihat samar-samar, tetapi Ling Hua tidak melihat dengan jelas wajah yang tersembunyi dari balik cadar hitam. Namun, mungkin ini cukup aneh. Kenapa suara yang terdengar tidak asing di telinga? Apa mungkin dia mengenalinya?

Su Ling Hua mungkin tidak mengenal sosok ini, tetapi sosok yang menutupi wajahnya dengan sehelai kain hitam tahu siapa Su Ling Hua.

"Jangan coba-coba kau mengakuinya..." ketidak sukaan Su Ling Hua, dengan pengakuan tersebut, dan untuk menggambarkan kemarahannya pula.

"Kau tidak berhak memiliki kitab ini. Kitab ini milik perguruan Wu Dang, dan bukan milik perguruan siapapun!" lanjut tegas Ling Hua.

Tiba-tiba raut wajahnya berubah lagi. Sebelumnya Su Ling Hua sudah terlihat marah, tapi sekarang dia semakin marah dan cenderung kelabu.

Ssst! melepaskan kedua pedang. Su Ling Hua memiliki sepasang pedang yang hebat, Su Ling Hua pun dijuluki Pendekar Elang, karena berhasil memiliki dua pedang pusaka Wu Dang.

Keduanya sudah saling terpisah. Ling Hua mundur beberapa langkah kebelakang, dan begitu pula dengan pencuri kitab yang juga melangkah mundur kebelakang.

Apa yang akan dilakukan selanjutnya? Mungkin kah akan terjadi pertarungan?

***

Mata indah yang berwarna hitam berubah menjadi merah menyala, menyorot tajam kepada pencuri kitab yang memakai cadar. Ling Hua sudah sangat geram, dia tidak ingin berlama-lama memberi kesempatan kepada orang itu untuk bernapas lebih lama lagi.

"Serahkan kitab itu kepadaku! Kau tidak berhak memiliki kitab pusaka itu!... Aku meminta itu dengan baik. Kembalikan kitap pusakanya, atau!?"

"Atau apa?" berbalik bertanya.

"Cepat kembalikan saja itu padaku! Aku tidak akan membunuhmu jika kau menyerahkan itu baik-baik!" katanya lebih lanjut Su Ling Hua, sambil tangan kirinya meminta dengan baik-baik kitab perguruan nya tersebut.

"Hm...Lewati dulu mayatku! Setelah itu baru kau bisa memiliki kitab sakti ini kembali," jawab si cadar hitam.

Sosok ini berbalik menantang Su Ling Hua. Dia tidak sedikit pun menaruh takut kepada murid wanita Wu Dang ini. Dan sebaliknya dia lebih memilih untuk menjajal kehebatan dari Su Ling Hua Sang Pendekar Elang.

"Jadi... Kau menantangku, pencuri kitab!" marah semakin meledak kepala Ling Hua ketika mendengar bahwa dirinya ditantang untuk bertarung satu lawan satu.

"Baiklah. Aku akan merebut kembali kitab itu..."

"Dan aku akan membuatmu menyesali keputusanmu ini!" tuntas Su Ling Hua.

Seriusnya Su Ling Hua bertutur. Dia tidak akan diam saja jika ada yang ingin mengajaknya bertarung, terutama orang yang akan dilawannya itu adalah seorang pencuri kitab.

Pergelangan tangan masing-masing diperkuat. Ssst! Ling Hua mengeluarkan pedangnya yang lain. Yang sebelumnya berada di sabuk pinggang kirinya.

Disimpan dahulu kitab sakti kedalam pakaian nya. Sosok ini menguatkan Kuda-kuda nya. Genggaman tangan pun telah erat pada pedang nya.

Posisi siap bertarung sudah diancang-ancang. Musuh sudah berada dihadapan mata. Kemarahan akan segera meledak. Emosi telah berada di ujung kepala, dan sekarang tunggu apa lagi.

Siaplah bertarung!

You May Also Like

3 Bulan di BALI

Karim yang berasal dari Bekasi mengunjungi kawannya dan memenuhi undangan dari Bondan yang bekerja sebagai pedagang Baju dan Pakaian di Pulau Bali. Dia bersama Bondan berkomunikasi dengan Gaib di pulau itu karena pekerjaan Bondan yang bisa berkeliling ke seluruh pasar di bali. Pertemuannya dengan Bli Ketut juga memberikan pengalaman yang cukup banyak dalam mengunjungi beberapa tempat di bali dan berkomunikasi dengan gaib-gaib di Pulau itu. *** "Assalamu'alaikum kang, udah sampai belum dan dah dijemput belum oleh kang Bondan?" chat Bli Ketut. "Wa'alaikumsalam Bli, Alhamdulillah sudah sampai bli, tapi kayaknya belum bisa hari ini saya ke sana, mungkin dua atau tiga hari lagi saya ke sana bli," balesku. "Ya ndak papalah, yang penting sampeyan dah sampai, dan selamat," chatnya. "Siap bli, terima kasih sebelumnya," balesku. "Sudah ke sini saja segera, banyak kerjaan nih disini," balesnya. "Kerjaan apa bli?' tanyaku. "Ini tundukkan gaib disini, hahahahaha," balesnya. "Iya bli santai saja, merekaa gak kemana-mana kok," balesku. "Hahahaha..iya mereka menunggu sampeyan kang, udah gak enak ini badan saya sudah banyak yang nyerang saya," balesnya. "Ya dikasih makan saja dulu kang, kasih kopi dulu, ahahahaha" balesku **** "Saya Raden Batur, penguasa terkuat Gunung Batur, wujudku Siluman Naga...hahahahhaa," katanya keras menggelegar suaranya sehingga kang Bondan mulai ketakutan. "Ohh, kamu Raden Batur namanya, hhmmm...perkenalkan saya jamaah dari Penguasa Alam Gaib," kataku kepada Raden Batur. "Haduuh maaf beribu maaf saya tak tahu dan tak sopan kepada kamu..." katanya sambil menunduk dan menyembah kepada kang Bondan. "Ya sudah, gak papa, silahkan duduk saja yang baik," kata kang Bondan. "Ya, terima kasih," katanya. "Lah, kamu sudah lama jadi penguasa Gunung Batur?" tanya kang Bondan. "Saya sudah 950 tahun ada di sini," katanya. "Hmm, dah lama juga ya?saya mau tau mengenai beberapa hal saja mengenai Gunung Batur," Kata kang Bondan.

Santri Kang Indra · Eastern
Not enough ratings
16 Chs

Black Needle Warrior

Li Yong adalah bocah yang bernasib malang. Sejak dilahirkan, dia tidak pernah mengetahui siapakah kedua orang tuanya. Dia dibuang begitu saja. Entah karena apa alasannya. Sebab hingga sekarang, dia sendiri belum mengetahui secara pasti. Saat itu usianya masih kecil. Untunglah langit mengulurkan tangannya. Pada detik-detik penentuan antara hidup dan mati, tiba-tiba ada sebuah tangan yang terjulur kepadanya. Tangan itu sudah keriput, bahkan kotor oleh debu-debu yang menyesakkan nafas. Ternyata tangan itu milik seorang kakek tua. Li Yong tidak tahu siapa kakek tua itu. Yang dia tahu hanyalah bahwa kakek tua itulah yang kemudian merawatnya seperti kepada cucu sendiri. Bahkan dia juga yang memberikan nama Li Yong kepadanya. Nama itu diambil dari marga Li milik kakek tua yang diketahui bernama Li Beng tersebut. Semenjak saat itu, Li Yong terus tinggal bersama Kakek Li Beng. Keduanya benar-benar akrab, seperti akrabnya hubungan keluarga. Siapa pun pasti tidak akan ada yang menyangka bahwa mereka sebenarnya tidak ada ikatan darah sama sekali. Namun sayang sekali. Semua itu tiba-tiba berubah ketika musibah menghampiri mereka berdua. Kakek Li Beng dibunuh secara sadis oleh perampok-perampok yang tidak punya hati nurani. Untunglah pada saat itu, Li Yong berhasil menyelamatkan dirinya. Kematian Kakek Li Beng telah membuat Li Yong terpukul. Dia tersiksa lahir batin. Hingga pada akhirnya, bocah itu memutuskan untuk pergi ke tempat yang sangat jauh. Namun sepuluh tahun kemudian, di jalan dan di desa yang sama, tiba-tiba muncul seorang pemuda misterius. Wajahnya angkuh dan dingin, kedua bola matanya kelabu. Siapa pun bakal mengetahui kalau dia adalah orang yang menderita penyakit batin dan selalu merasa kesepian. Pemuda yang dimaksud itu bukan lain adalah Li Yong. Ya, memamg dia. Namun Li Yong yang sekarang, telah berbeda jauh dari Li Yong sepuluh tahun silam. Sekarang dia telah menjelma menjadi seorang pemuda yang gagah perkasa. Ilmu silatnya sangat tinggi. Tiada seorang pun yang mengetahui sampai di mana taraf kesempurnaan ilmunya. Kematangan dari penguasaan setiap jurusnya juga tidak perlu diragukan lagi. Kemunculannya ke dalam dunia ramai membawa sebuah tekad. Li Yong ingin mencari pelaku yang sudah membunuh Kakek Li Beng sekaligus mencari jati dirinya sendiri. Dia pun ingin menjadi seorang pendekar yang membasmi kejahatan.

Junnot_senju · Eastern
5.0
397 Chs

ratings

  • Overall Rate
  • Writing Quality
  • Updating Stability
  • Story Development
  • Character Design
  • world background
Reviews
Liked
Newest
Jhonny_Suu
Jhonny_SuuLv1

SUPPORT