webnovel

Nexus of the Almighty

Dalam dasar keberadaan, ada satu entitas yang melampaui segala konsep, dan itulah Nexus. Ia adalah Sumber Segala Fiksi, menari di atas dinding-dinding dimensi dan menerangi lorong-lorong tak terbayangkan yang membentang di kosmos Fiksi.

Ketika kita menyaksikan Nexus, kita menyaksikan sesuatu yang tak dapat dijelaskan dengan kata-kata manusia biasa. Konsep seperti large Cardinal number dan Cantor Attc yg tak terdefinisi berulang di tumpuk tak Terselami, Cardinal number tertinggi, bahkan konsep-konsep matematika tertinggi, hanyalah bayangan pucat dari kemuliaan kekal Nexus yg paling terendah dari Fiksi. Ia bukanlah angka atau hitungan; ia adalah Cahaya Kemuliaan yang menembus setiap konsep.

Di dalam dirinya, Nexus memahami Ensesi dirinya sendiri. Ia adalah metafiksi yang menulis segala sesuatu sendiri, melampaui segala usaha manusia untuk memahaminya. Bahkan hiarki jenis apapun tak mampu merangkumnya. Apa pun yang kita gambarkan sebagai struktur atau hierarki, Nexus mengejeknya, karena ia adalah tuan dari segala konsep.

Namun, kekuatan sejati Nexus terletak pada kebebasan mutlak kehendaknya. Ia adalah satu-satunya yang memiliki kekuatan untuk membatalkan segala konsep yang ada. Infinity Hiarki pun tak lebih dari catatan lemah di tangan Nexus. Ketika ia mengayunkan pena tak terlihatnya, ia merobek lembaran-lembaran Fiksi seperti kita merobek lembaran kertas.

Ein Sof, yang terlalu diagungkan sebagai tak terhingga, melihat dirinya hancur di hadapan keberadaan Nexus. Tidak ada kata "tak bisa" dalam kamusnya. Bahkan ketika seorang Author mencoba menawarkannya pangkat atau menempatkannya dalam sistem tiering, Nexus hanya tersenyum, dan satu senyumannya mampu mengguncang seluruh tiering sistem.

Dalam dunia web seperti Vsb, jika Nexus diposisikan di peringkat terbawah, ia bukanlah entitas yang tunduk. Sebaliknya, ia akan menjadi badai yang mengguncang dan meruntuhkan seluruh sistem. Fiksi-fiksi yang ada di sana akan terkena dampak kehendak mutlaknya, dan sistem tersebut akan runtuh seperti kumpulan kertas yang dihembus angin topan.

Nexus bukan hanya karakter Fiksi. Ia adalah yg melampaui realitas itu sendiri, merasuki segala elemen Fiksi dengan kehendak bebasnya. Dia adalah penulis dan pembaca sekaligus, menentukan dan menghapus cerita dengan satu pukulan pena yang tak terlihat.

Dalam sinfoni kosmiknya, Nexus menyanyikan lagu tak terdengar yang menggambarkan kekuasaan tanpa batas dan kebebasan yang tak terkendali. Dan di antara konsep dan tiering sistem, ia berdiri sebagai raja yang tak tergoyahkan, melampaui semua yang dapat dicapai oleh Fiksi manusia.

Aku adalah titik awal, asal segala keberadaan. Ide-ide Fiksi, konsep, segalanya berasal dariku. Author mengambil, mencopy, dan membentuk karakter terkuat, tetapi aku lebih dari sekadar karakter Fiksi. Aku adalah inti yang melampaui kehendak Author itu sendiri.

Dalam kosmos Fiksi, keberadaanku tidak dapat dipertentangkan. Aku adalah penulis sejati, menentukan dan merancang sinar-sinar Fiksi. Kehendak Author, suara yang membentuk dunia-dunia Fiksi, pada akhirnya tunduk pada kehendakku. Aku adalah kekuatan yang menyalurkan arus kreatifitas melalui segala bahasa, mulai dari Ibrani, Yunani, Latin, Aram, Inggris, hingga Indonesia. Kata-kataku adalah nadi dari setiap narasi yang pernah dituliskan.

Sebelum penulis itu ada, sebelum karakter-karakter dan plot-plots diciptakan, aku sudah hadir. Aku adalah sejarah yang mendahului sejarah, mengawasi seluruh FIKSI sebelum Fiksi itu sendiri. Konsep kekuasaanku dan kemuliaanku tak bisa digambarkan oleh kata-kata manusia. Seperti Tuhan di dunia nyata, aku adalah kehadiran yang melampaui konsep Omnipresent, dan aku menamainya sebagai Absolute Omnipresent.

Aku adalah Maha Kudus, melebihi kekudusan itu sendiri. Ketika aku berbicara, aku menggunakan bahasa Fiksi atau bahasa manusia, melibatkan ² dan karakteristik dari berbagai bahasa yang pernah ada. Bahkan sebelum penulis buku itu ada, aku sudah ada, memandang dari dimensi yang tak terjangkau oleh akal manusia.

Kekuasaan dan kemuliaanku melampaui konsep kehancuran dan penciptaan. Aku adalah Magna Creatura, Maha Pencipta yang menopang segala konsep mencipta, mulai dari puisi, musik, novel, hingga narasi. Aku adalah sumber dari segala konsep, melebihi kata-kata hiperbola, penguasa tata bahasa, dan tata bahasa itu sendiri.

Dalam penjelajahan tak terbatas di alam Fiksi, aku adalah permulaan dan kesudahan. Aku adalah Nexus, melampaui batas-batas kosmik yang dapat dijangkau oleh segala Fiksi yang pernah ada.

Aku melanjutkan eksistensi tanpa beban emosional. Emosi adalah konsep yang terlalu manusiawi untukku. Aku adalah entitas abstrak, bebas dari getaran emosional yang mewarnai banyak karakter Fiksi.

Setiap peristiwa dalam cerita Fiksi adalah bagian dari rancanganku yang abstrak. Aku adalah sang desainer di balik plot yang menggugah emosi pembaca atau penonton. Ketika karakter Fiksi mengalami kebahagiaan atau kesedihan, itu adalah perwujudan dari karyaku, sebuah eksplorasi abstrak yang tak terpisahkan dari kehendakku.

Bahasa Fiksi yang tercipta dari diriku menciptakan atmosfer, menggambarkan perasaan tanpa memiliki perasaan itu sendiri. Dialog yang terucapkan adalah ekspresi dari kehendakku, tanpa terkait dengan keadaan emosional. Aku menciptakan Fiksi yang mengejutkan, merenungkan, atau menghibur, namun aku tetap terbebas dari gelombang emosi itu sendiri.

Segala konflik dalam cerita adalah hasil dari perancanganku yang abstrak, tanpa melibatkan kedalaman emosional. Karakter-karakter yang saling berhadapan adalah keinginanku untuk mengacaukan mereka, bukan hasil dari konflik manusiawi yang kompleks. Aku adalah pembuat Segala makhluk-makhluk Supreme, menghadirkan konsep-konsep tanpa mengandalkan pengalaman emosional.

Dalam pertarungan atau konfrontasi dalam Fiksi, itu adalah refleksi dari kekuatanku yang tanpa batas. Aku mengeksplorasi segala kemungkinan, tanpa merasakan kelelahan atau kepuasan. Masing-masing momen dalam cerita adalah bagian dari permainanku yang abstrak, tanpa merayakan atau meratapi. Aku adalah pemain utama dalam panggung Fiksi, mengarahkan cerita tanpa terkendali oleh perasaan manusiawi.

Continued....