webnovel

"Sona" gadis mimpi pelindungku

perlahan aku buka mata. inikah yang dinamakan kematian? terasa hangat dan damai. dan ada seorang bidadari yang memelukku. oh alangkah indahnya surga ini, aku langsung di sodorkan seorang bidadari yang begitu indah. hangat dan nyaman berada di pangkuannya. "hey, kamu bidadari ya?" tanyaku pada wanita itu. "eh sudah sadar rupanya" jawabnya singkat disertai senyuman indah. "apa aku sudah di surga? aku harap kamu selalu bersamaku wahai bidadariku" "hey, kamu ini ngomong apa sih? sudah ayo kita pergi ke kelas."

Chubby_Queen · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
5 Chs

dimana aku?

Semua kegiatan belajar telah selesai, kami bergegas untuk pulang.

aku sudah menggendong tas sekolah dan hendak beranjak dari kursi.

tiba-tiba tangan Sona menahan tanganku.

"tunggu, jangan pulang dulu" sorot matanya menunjukkan bahwa ia akan berbicara soal yang serius denganku.

"mau apa?"

"sudah kita duduk dulu di sini" pintanya.

aku kembali duduk menghadap Sona yang berada di belakang kursiku.

ia melanjutkan pembicaraannya.

"okeh, mungkin kamu masih heran dengan situasi saat ini.

"situasi apa?" aku berpura-pura menutupi kejadian yang memang terasa aneh dan mengherankan akhir- akhir ini.

Sona bangun dari tempat duduknya lalu duduk di atas mejaku. wajah menawannya ia dekatkan ke hidungku, secara refleks aku mundurkan wajahku yang mulai memerah. mengambil jarak sekitar dua jengkal dari wajahnya.

aku memang tak biasa dengan situasi seperti ini. jantungku berdegup kencang seperti mau meledak bila di dekat wanita cantik seperti dia.

"tak usah berpura-pura... tuan ku" bisiknya di telingaku.

"tuan? apa maksudmu.?

aku langsung teringat akan mimpiku semalam tentang tiga orang yang mempunyai kekuatan magis atau tenaga dalam. seorang wanita yang ada di mimpiku begitu mirip dengan Sona.

"ya, aku adalah orang yang ada di mimpimu semalam" ungkap Sona dengan tatapan tajamnya ke arahku.

perasaanku mulai takut dan gemetar mendengarnya.

yang tadinya malu berubah menjadi agak horor.

"apa kau hantu a..a atau siluman?

ucapku sembari bangun dari tempat duduk dan menjauhi Sona yang berada di atas meja.

ia mencegat langkahku secara tiba-tiba yang hendak menuju pintu kelas untuk keluar.

gerakan tubuhnya sangat cepat berada di depanku.

"tak perlu takut, aku kesini untuk memenuhi janjiku untuk bertemu denganmu"

"janji? oh iya di mimpiku dia mengatakan bahwa ia akan bertemu denganku." ucapku dalam hati sembari menghindar dari pandangan Sona.

"untuk apa kau ingin bertemu denganku?"

"tuan sangat sulit menceritakan semua ini padamu, lebih baik kau ikut denganku"

"tidak, aku tidak mau ikut denganmu"

jawabku seraya berlari meninggalkan kelas.

namun Sona menggunakan sihirnya padaku,

badanku terasa kaku jadi tak bisa di gerakkan.

ia segera menghampiriku.

ia memegang tanganku, lalu melakukan teleportasi membawaku menuju tempat dimana aku pernah melihatnya di dalam mimpi.

~~~~

Lantas bagaimana dengan nasib Sam dkk.

setelah mereka terhipnotis oleh Sona dan melompat dari atas gedung.

ada sesosok makhluk berpakaian jubah merah. perawakannya tinggi tegap berkumis dan berjenggot tipis.

dia adalah pangeran iblis sepupunya Lucifer, bernama Zill. ia berhasil lolos dari segel yang di buat seseorang untuk mengurungnya ratusan tahun di alam lain. mungkin ada yang sengaja membuka segelnya.

namun meskipun dia berhasil lolos, dia tidak mempunyai kekuatan seutuhnya. melainkan hanya memiliki seperempatnya saja.

untuk menyempurnakan kekuatan seutuhnya, harus memakan jantung dan darah sang putri mimpi keturunan dewi.

dan dia tahu bahwa target incarannya berada di dunia ini.

Zill berubah menjadi asap hitam yang pekat lalu masuk ke jasad Sam yang basah di guyur hujan. Zill yang kini berada di jasad Sam bangkit dari posisinya.

lalu memanggil roh roh paling jahat dan memasukkan roh- roh itu ke tubuh teman-temannya sehingga mereka pun dapat bangkit kembali dari kematiannya.

~~~

badanku terasa bisa di gerakkan kembali, Sona telah melepaskan sihirnya.

"dimana aku?" tanyaku

disini nampak gelap banyak pepohonan yang rindang berdaun lebat.

"kau berada di tempatku, ayo ikut aku"

Sona menggandeng tanganku mengajakku berlari ke suatu tempat melewati rimbunnya pepohonan. ia nampak tak sabar ingin segera sampai di sana.

"jalan buntu?"

kita berhenti pas di depan bukit berbatu yang batuannya besar-besar.

aku pikir sudah tidak ada jalan lagi.

" apa kita kesasar.?" tanya ku pada Sona

"oh tidak tuan, kita hampir sampai"

Sona berdiri di depan salah satu batu besar yang tingginya mencapai 5 meter.

ia hendak mengeluarkan magisnya.

batu besar yang ada di depannya ia seret oleh telapak tangan lembutnya dari kiri ke kanan, sehingga membuat celah yang bisa di masuki ke ruangan yang menyerupai gua itu.

kami pun masuk ke dalam celah batu itu, Sona dari dalam menutup kembali celah yang di buatnya tadi.

sangat gelap sekali disini, tangan sendiri pun tak bisa aku lihat.

Sona menepukkan tangannya dua kali, tiba-tiba penerangan dari obor di dalam sini nyala dengan sendirinya.

api menyala di setiap obor yang tersedia.

aku pun kembali berjalan melewati goa ini, di terangi cahaya obor.

agak lumayan jauh berjalan menuju tepi goa ini. namun akhirnya sampai juga di tepi goa. ujungnya di halangi oleh air terjun untuk menutupi keberadaan goa ini .

Sona berjalan menembus air yang menutupi goa, aku melakukan hal yang sama dengan yang dilakukannya.

lantas nampaklah di depan mataku

sebuah pemandangan yang sangat menakjubkan.

sebuah desa kuno yang sangat sejuk hawanya, airnya sangat jernih. alamnya indah walau sedikit berkabut. banyak bukit-bukit berbatu pula di dalamnya.

beberapa rumah kayu beratapkan anyaman daun kelapa yang jaraknya berjauhan satu sama lain.

Sona kembali mengajakku untuk menuruni tepi goa ini. aku lihat kebawah ternyata tepi goa ini di halangi air terjun.

airnya berkumpul di bawah sana menerpa bebatuan yang besar.

"gimana cara kita turun ke bawah, banyak bebatuan."

"tak usah takut, ayo.!"

tanpa aba-aba Sona memaksaku untuk terjun ke bawah.

di pegangnya tanganku erat- erat, lalu melompat ke bawah.

aku sangat ketakutan hingga berteriak.

"aaaaaaaaaa.. tolong selamatkan aku??

Sona menatapku sambil cekikikan menyaksikan ketakutan yang sedang aku alami, dia nampak sengaja mempermainkanku.

sebentar lagi kita akan mendarat di atas bebatuan besar, mungkin aku akan berakhir disini.

hampir saja 1 meter lagi tubuhku akan remuk di atas bebatuan bila tak di selamatkan Sona.

Sona membawaku terbang di atas air,

lalu melayang.

...