"Ini rumah dukunnya?" tanya Kava, menatap Mahen dan Jendra bergantian.
Mahen mengangguk singkat, "Masuk aja. Gue mau beli makan dulu,"
Vena mengernyit, "Gue ikut Kak Mahen ya. Laper nih,"
Belum sempat Vena beranjak, Kava sudah terlebih dahulu menarik kerah baju gadis itu, "Gak. Lo tadi udah makan sama gue. Nggak ada alasan lo buat kabur ya Kavena Khanaya. Gue iket juga lo,"
Vena lantas merengut, Kava menyebalkan sekali. Pokoknya ia kesal. Lantas Vena segera merapat pada Jendra yang hanya melamun tanpa adanya semangat hidup dalam diri pemuda itu, "Jen? Lo nggak kesurupan kan?"
"Nggak. Ayo masuk buruan. Gue udah nggak sabar buat mendapatkan kembali hati Neng Karina,"
Vena dan Kava lantas berpandangan. Menatap Jendra yang berjalan mendahului mereka menasuki bangunan di depannya.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com