"Jadi siapa mereka?" tanya Arjun.
"Mereka bukan king, queen, menteri, benteng, atau pion, kuda dong?" balas Juwita.
"Jalan mereka berbeda dan tidak di duga, kuda kan jalannya letter L," lanjut Yeri, "Make a sense nggak sih kalo mereka itu di lambangkan sama kuda?"
"Bisa jadi, mereka gila dan nggak di duga jalan pikirannya," Mark mengangguki ucapan Yeri, "Tapi siapa? Kita nggak bisa dapet jawaban kalo petunjuknya cuma itu,"
"Kalian ngomongin apa?" Galang mengerjabkan matanya, "Kalian mau main catur?"
"Nggak gitu Galang," Juwita mendengus kesal, "Kita lagi bahas siapa mereka,"
"Mereka siapa?" Bima mengernyit.
Lucas menghela napas sejenak, "Mereka yang bikin virus zombie mewabah,"
"Hah? Ilmuwan itu kan? Salah mereka tuh sampe bikin zombienya kabur dari lab," seru Keynan.
"Jangan asal bicara," sentak Arjun, "Lo nggak tau apa-apa mending diem, nggak usah sok tau,"
"Udah-udah," Juwita menepuk punggung pemuda itu beberapa kali, "Sekarang fokus, siapa kuda yang di maksud?"
"Emm kalo menurut gue nih, kalo misal bidak catur itu tingkatan pemerintahan, bisa di lambangkan king sama queen itu presiden sama wakilnya. Menteri ya menteri, benteng itu tni polri maybe, dan pion itu warga. Nah kalo kuda ya i think you know what i mean, lembaga-lembaga itu," tukas Bima.
"Ah gue ngerti," Yuki berseru, "Mereka itu kayak bikin organisasi perkumpulan para tingkatan kuda yang sepemikiran,"
"Ah iya, cukup masuk akal," Lucas mengangguk setuju.
"Plis deh, otak gue kecil mana ngerti," erang Arjun.
"Bisa aja mereka itu perkumpulan orang-orang dari tingkatan kuda itu," Mark menjawab.
"Ohh okeoke ngerti gue," pemuda itu mengangguk, "Jadi sekarang kita mau gimana?"
"Sementara kita gini dulu aja," saran Yeri, "Kita aman kan di sini selama bahan makanan masih banyak,"
"Oke gue setuju,"
"Juwita setuju gue setuju,"
"Dih bucin," sinis Lucas, "Ki lo setuju nggak? Kalo iya gue juga ikutan,"
"Nggak ngaca lu kingkong," kesal Mark.
***
"ARJUN HAPE LO KLONTANG KLANTING ITU WOY," teriakan Yuda menggema di seluruh penjuru rumah.
"BERISIK, GUE MAU NIDURIN GARA INI,"
"LO JUGA BERISIK KI! DIEM DEH NGGAK USAH TERIAK-TERIAK! MAU TIDUR SIANG INI CECAN," Juwita ikut berteriak.
"SEKALI LAGI ADA YANG TERIAK GUE GANTUNG KALIAN,"
"LO JUGA TERIAK YER," balas Yuki dan Juwita bersamaan.
"Heran punya temen setengah semua otaknya," gumam Arjun sembari meraih ponselnya, "Ayah? WOY WOY NAK SETAN! BOKAP GUE TELFON NIH,"
"HAH? BENTAR,"
Dalam kurun waktu kurang dari lima menit, Yuki, Lucas, Juwita, Yeri, Yuda, Mark, Galang, dan Bima berdiri menilngkar di dekat Arjun.
"Gara mana Ki?" tanya Yuda.
"Udah tidur,"
"Bisa tidur dia kalian teriak-teriak?" takjub Mark.
"Ya kan dia 11 12 sama Yuki, kebo," balas Lucas.
"Udah diem, halo ayah?"
"Arjun! Kamu di mana sekarang?" suara ayah Arjun--Alan--tampak sangat khawatir.
"Arjun di rumah yah sama temen-temen," jawab Arjun.
"Cepet pergi, kamu udah tau kan tentang mobil di perbatasan?"
"Udah yah,"
"Sekarang mending kamu ajak temen-temenmu siap-siap, kalo bisa nanti jam 8 kalian malem udah nggak di kota lagi,"
"Ada apa emang yah?"
"Bom, mereka pasang bom, lebih baik sekarang--"
Dor dor dor
Dari seberang sana terdengar suara tembakan yang cukup nyaring, sukses membuat Arjun mengernyit, "Yah? Ayah?"
"Oke Jun, ikuti sesuai instruksi ayah--arrgghhhh,"
"AYAH,"
Bip
Panggilan di putus secara sepihak.
"Ayah nggak papa," Juwita merangkul bahu Arjun, "Lo tau kan ayah orangnya kuat,"
"Bokap lo bilang apa barusan? Bom? Aduh gimana dong? Buruan lari ntar meledak," panik Yuda.
"Nah iya makanya, gimana kalo meledak, buruan ambil mobil Jun," Yeri menatap temannya panik.
"Ayo Jun kok lo diem! Keburu meledak bomnya," Juwita menggoyangkan lengan pemuda di sampingnya.
"Tahan guys, bokap gue yang penting kita nggak di kota sampe jam 8, ya kurang lebih sampe jam 6an kita udah nggak disini, masih lama,"
"Sekarang mending kita siap-siap, lawan kita nggak cuma zombie sekarang," seru Lucas, "Ki, siapin susunya Gara sekalian sama air panasnya, Arjun, gue, sama Mark nyiapin senjata, Yeri sama Juwita siapin bahan makanan, Galang, Bima, sama Yuda, kalian nyiapin mobil, sekalian bawa cadangan bensin, kalian berani keluar nggak?"
"Berani kok, asal di bawain pistol hehe," jawab Galang.
"Udah pasti," Lucas mengangguk meyakinkan, "Deva, bilangin dia suruh masak. Hendry sama Keynan, mereka nyiapin peralatan lain,"
"Peralatan lain apa?" sahut Hendry dari lantai atas.
"Selimut, senter, power bank, sama apalah yang lain,"
"Oke gue siapin semua," balas Hendry, "DEVAA,"
"IYA DEVA DENGER,"
"Jun lo punya dirigen nggak?" pemuda itu menatap temannya.
"Ada di gudang ambil aja," jawab Arjun, "Kunci mobil di basement ambil aja tapi jangan yang ada gantungan barbienya,"
"Lah kenapa?" Juwita menoleh.
"Kan gantungannya dari lo, nanti ilang,"
"Bucin," sorak Yeri, "Eh ayo Juw kita siapin makanan,"
"Kuy,"
"Galang, Bima, sama Yuda ke gudang sana, di lantai 2 deket kamar tamu paling pojok. Ada 4, bawa semua aja, sekalian corongnya," suruh Arjun, "Biar gue siapin pistolnya,"
"Siap," balas Galang, Bima, dan Yuda bersamaan.
"Kita bawa pistol yang di ruangan Om Alan? Atau mau pake yang punya Arjun?" tanya Lucas.
"Kita bawa semuanya," tukas Arjun, "Buat jaga-jaga aja, sekalian bawa pelurunya yang banyak,"
"Lo nggak punya granat atau apa gitu Jun?" Mark bertanya, "Kan lebih gampang kalo gitu,"
"Ngapain juga gue beli granat, nggak guna,"
"Sebelum kejadian ini emang nggak guna," balas Lucas.
"Tapi buat apa mereka pasang bom coba? Kan kasian orang-orang yang masih idup," Mark memijit pelipisnya, pemuda blasteran kanada-indonesia itu berdecak kesal, "Nggak semua orang pasti jadi zombie kan?"
"Nah itu," Arjun menjentikkan jarinya, "Gue juga nggak ngerti,"
"Kirain lo ngerti," Lucas menatap wajah menyebalkan temannya datar.
"Katanya mereka mau kudeta kan ya? Kudeta itu apa?" sahut Yuki yang tengah menggendong Gara.
"Utututu lucunyaa," gemas Mark mencubit pipi gembil bayi itu.
"Kudeta itu upaya penggulingan kekuasaan secara ilegal," tukas Lucas.
"Gampangnya mereka mau rebut posisi tinggi di pemerintahan secara nggak baik-baik?" tanya Yuki.
"Bisa di bilang gitu, tapi gue juga masih nggak tau mereka beneran bakalan ngadain kudeta apa enggak," Arjun mengedikkan bahunya acuh.
"Kalian mau ada bom masih aja santai-santai," omel Yeri, "Buruan keburu bomnya meledak,"
"Dari pada rusuh malah makin lama, mendingan santai-santai dulu," asal Mark.
"Sembarangan, sama aja mati kalo gitu," Yuki melotot kesal, "Panik ni gue,"
"Nggak usah panik, waktu kita masih banyak," Lucas menangkan.
"Kita cuma punya waktu 7 jam sampe malem," sentak gadis itu kesal, "Bodo lah gue mah rebus air aja. Jun punya teremos kan?"
"Ada kok,"