"Oh, iya," sahut Anya lantas berlari.
Jefri mengernyit.
"Om Indro tertembak," jawab Sinta.
Mata Jefri terbelalak sempurna, ia sangat terkejut. "Gimana keadaanya sekarang?" tanyanya dengan cemas.
"Tenang saja, Mbak Anya tadi sudah mengambil pelurunya kok. Untung pelurunya tadi tidak masuk terlalu dalam," jawab Sinta.
"Anya yang mengambil pelurunya?" ulang Jefri dengan takjub.
"Dia juga yang ngejahit lukaku," tambah Boni.
Jefri kian takjub akan perkembangan sang kekasih. Ia tersenyum bangga akan kehebatan Anya.
"Bagian mana yang tertembak?" tanya Jefri ingin tahu lebih lanjut.
"Bagian betis," jawab Sinta lagi.
Jefri bernapas lega, ia sangat mempedulikan Indro. Meski ayah sang kekasih itu, tak menyukainya sebagai calon menantu.
"Sebaiknya biarkan Jefri beristirahat. Saya akan menyiapkan tempat untuk Pak Yanto," ujar Iko.
"Tidak perlu Mas, saya bisa tidur di mana saja kok," tolak Yanto.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com