webnovel

Zennavy

Navy namanya. seorang fanboy yang amat menggilai idolanya. hobinya? tentu saja berteriak, rebahan, dan yang paling penting menghalu. orangnya tidak bisa diam, ada saja tingkah Navy yang selalu membuat anggota keluarganya pusing tujuh keliling. tapi setengil-tengil nya Navy, tetap saja anggota keluarganya begitu sangat menyayangi si Bungsu keluarga Rayannaka itu. hidup Navy bisa di katakan sangat manis. keluarganya harmonis dan saling menyayangi. namun bukankah di dunia ini tidak ada yang sempurna. begitupun kehidupan Navy. penasaran dengan hidup Navy yang sebenarnya seperti apa? yuk.. ikuti kisahnya di 'ZENNAVY' ini.

nattesa_3124 · Real
Sin suficientes valoraciones
36 Chs

4. Jam Weker Sialan

Dengan duduk di singgasana seorang raja, Navy bertemankan dengan salah satu tangan kanannya merasa bahagia. Melihat para bawahannya yang hilir mudik membersihkan istana Raja.

Di tengah asyiknya memperhatikan para bawahannya. Enam orang pemuda tampan bahkan sangat tampan dengan pakaian prajuritnya datang menghampiri Navy dan tunduk di depannya.

"Ada apa?." Navy memang bertanya dengan mimik serius dan terkesan tegas. Namun percayalah diam-diam cowok itu tengah menahan tawa dan gemasnya pada keenam laki-laki yang tampannya luar biasa bahkan diatas rata-rata.

"Kami ingin melapor yang mulia jika suasana di depan kerajaan aman." Ucap salah satu dari mereka dengan suara Husky yang terdengar berat.

Navy berdehem sebentar, ia kemudian menoleh pada tangan kanannya yang setia berdiri di samping singgasana.

"Namjoon tolong catat laporan mereka, mau yang penting atau tidak apapun yang di ucapkan mereka harus di catat. Oke. Bahkan kalo mereka mau berak, mau bobok ganteng, atau mau mandi harus di catat semuanya tanpa terlewat." Suruhnya.

Namjoon--laki-laki tampan yang memiliki IQ yang tinggi pun mengangguk, kemudian menjalankan Perintah tuannya.

"Baik yang mulia Navy." Balasnya. Lalu mengambil I-pad yang terletak tak jauh dari tempatnya berdiri. Dan mencatat perintah sang Raja.

Di tempatnya Navy tersenyum penuh kemenangan. Atensinya kembali ia arahkan pada keenam pemuda yang senantiasa tertunduk.

"Baiklah Seokjin, Yoongi, Hoseok, Jimin, Taehyung dan Jungkook. Kalian boleh pergi ke tempat kalian masing-masing." Perintahnya pada keenam pemuda di depannya.

Mereka mengangguk, dan membungkukan badannya 90 derajat. Mereka hendak pergi dari tempat sang Raja namun, suara sang raja membuat langkah mereka tertahan. Bahkan Namjoon yang sibuk mengetik di I-pad nya menghentikan kegiatannya itu.

"Sebelum kalian pergi, kita berpelukan dulu dong. Ayok Namjoon kita sama-sama berpelukan cem teletubles opps.. salah teletubies maksudnya." Kekeh Navy ketika meralat ucapannya tadi. Ketujuh pemuda tampan itu tersenyum mereka pun terdiam di tempatnya membiarkan sang raja datang menghampiri mereka di ikuti oleh Namjoon di belakang.

Di sepanjang langkahnya Navy sudah merentangkan tangannya ke udara. Tinggal beberapa centi lagi ia akan berada dalam pelukan ketujuh pemuda tampan itu. Namun, tanpa di duga datang sebuah suara yang begitu keras membuat istana itu terguncang hebat. Dan...

KRIIIIIINGGGGGGG...

"Argghhh... Sialan."

Buk..

Prangg..

Jam weker berbentuk captain America hancur di sudut ruangan, ketika Navy melemparnya kesana. Sementara anak itu sudah bangun dari mimpi indahnya dalam keadaan mencium lantai kamar, kemudian berjalan menghampiri Jam Weker-nya yang sudah teronggok mengenaskan, ia masih ingat kejadiaan beberapa detik lalu. Ketika badannya hendak berpelukan dengan Lantai ia masih sempat mengambil jam Weker yang terletak diatas nakas. setelah itu melemparnya ke sudut ruangan.

Navy berjongkok di depan jam Weker malang itu. Dengan rambut Acak-acakan dan bekas iler yang masih menempel di sudut bibir. Navy meraih Jam weker.

Prang..

Dan kembali membanting Jam wekernya membuat Benda yang sudah hancur itu semakin hancur.

"Dasar Sialan. Gara-gara lo mimpi gue hancur berantakan. Lo bisa ga sih di ajak kerja sama Hah? Bisa kan lo tunda suara lo itu beberapa menit setelah gue sama Member BTS berpelukan. Anjirr.. lo ngerusak mimpi gue." Navy terduduk di atas lantai, kemudian menendang-nendang angin yang terasa hampa. Ia mengacak rambut hitamnya sembari terus merutuki jam Wekernya yang sudah merusak mimpinya bersama hyung-hyung tampannya. Oke, Abaikan tingkat kehaluan Navy yang tiap hari semakin naik levelnya.

Saat tengah sibuk merutuki paginya yang buruk. Tiba-tiba pintu Kamar Navy yang memang dasarnya tidak terkunci, terbuka dari luar. Menampilkan wajah Gevan, dengan balutan kemeja merah marun di sertai kaos oblong putih, menatap Navy dengan Datar.

"Mandi!" perintah itu keluar dari mulut Gevan. Membuat Navy menghentikan Aksi kekanakkan-nya.

"Astagfirulloh." Kaget Navy ketika mendapati Kakak keduanya yang terkenal dingin, tengah berdiri di ambang pintu kamarnya sembari melipat tangan di depan dada.

"Mandi." Hanya itu yang keluar dari mulut Gevan untuk kedua kalinya. Lalu, laki-laki sembilan belas tahun itu berlalu dari kamar sang adik bungsu. Meninggalkan Navy yang tengah menganga.

Namun, tak lama laki-laki rempong itu berdecak keras. Seraya bangkit dari posisi duduk. Tujuannya sekarang adalah Kamar Mandi. Ia menyambar handuk yang menggantung di sandaran kursi belajar. Tapi, sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi. Ia menyempatkan diri untuk memberi ancaman kepada jam weker malang itu.

"Gue sumpahin lo nyesel karena bikin mimpi gue hancur. Jam weker sialan."

Setelah puas mengeluarkan uneg-uneg kekesalannya. Navy pun menutup pintu kamar mandi dengan kencang. Mood anak itu tengah buruk sekarang, dan semakin buruk ketika mengingat jika hari ini adalah hari Senin. Asal Seluruh Dunia ketahui Navy benci Hari Senin, lebih tepatnya malas mengikuti kegiatan rutin di setiap Hari Senin. Apalagi kalau bukan Upacara.

****

"Kenapa lo?." Tanya Vano melihat raut masam dari sang adik yang duduk di sampingnya. Mendengar pertanyaan itu, Dami dan Demi yang duduk di jok depan dengan Dami yang kebagian menyetir melirik sebentar ke belakang, kemudian kembali Fokus ke jalanan.

Ya, keempat laki-laki tampan dengan sifat yang berbeda-beda itu tengah berada di mobil, tujuan mereka yakni pergi ke sekolah. Mereka memang dianjurkan Jiwoon untuk berangkat bersama. Agar pulangnya pun bersama. Begitulah kata Jiwoon.

"Ga papa." Jawab Navy singkat dan ketus.

"Aneh lo." Setelah mengucapkan itu, Vano pun lebih memilih memainkan Gadgetnya. Membiarkan Navy bersama dengan Mood buruknya. Bukan Vano ingin mengabaikan sang adik, Hanya saja Jika Navy sedang dalam Mode badmood. Bawaannya pasti ketus terus. Jadi Vano memberikan Navy waktu untuk Menata kembali moodnya. Toh, Adiknya itu sudah dewasa ini.

Gerbang tinggi berwarna Hitam SMA Pelita Raya sudah terlihat, Dami pun membelokkan mobil Audi hitamnya ke dalam sekolah, lalu setelah berada di parkiran ia pun mencari lahan kosong untuk memarkirkan mobilnya.

Setelah merasa mobil itu selesai di parkirkan, Navy tanpa berbicara apapun langsung keluar dengan membanting pintu mobil cukup kencang. Membuat ketiga kakaknya yang masih berada di dalam mobil terlonjak kaget.

"Si Navy kenapa?." Tanya Dami dingin, mata tajamnya menatap satu persatu kedua adiknya.

Demi dan Vano mengangkat bahunya. "Ga tau gue, dari tadi ketus mulu." Ucap Demi membuka suara yang diangguki oleh Vano.

Dami menghela nafas. "Turun." Titahnya. Demi dan Vano menurut, mereka berdua pun turun dari mobil. Meninggalkan Dami di dalam mobil sendirian.

Baru saja Dami akan membuka pintu mobil, tak sengaja netranya melihat sebuah benda menyerupai pipa kecil berwarna biru. Lantas laki-laki dingin itu mendengus dan meraih benda yang dikenal sebagai Inhaler itu yang teronggok di belakang jok mobilnya. "Dasar ceroboh." Desis Dami. Kemudian laki-laki itu pun, keluar dari mobil dan menghampiri kedua saudaranya yang sudah menunggu di luar.

"Lo berdua duluan, gue ada urusan." Ucap Dami.

"Lo mau kemana?." Tanya Demi.

"Lo budeg?." Bukannya menjawab pertanyaan Demi, Dami malah balik bertanya. Tentu saja, mendengar pertanyaan seperti itu Demi langsung menggeleng dengan raut masamnya. Sementara di samping Demi, Vano diam-diam menahan tawanya. Demi itu antara polos dan ga peka. Jelas saja tadi Dami bilang dia ada urusan malah ditanya.

"Syukur." Kata Dami sembari berjalan meninggalkan kedua saudaranya.

****