Saat ini Zen terus menaiki gedung ini. Sekarang dia tidak sendirian, saat ini dia bersama dengan Alice, yang saat ini memutuskan untuk mengikutinya saat ini. Zen saat ini berjalan perlahan dan akhirnya tiba disebuah ruangan seperti Sauna.
"Biarkan aku yang menghadapi orang yang menjaga disini Zen" kata Alice.
"Baiklah" kata Zen sambil memberikan gestur mempersilahkan Alice berjalan duluan.
Akhirnya Alice mulai berjalan memeasuki tempat itu lebih dalam, sedangkan Zen mulai mengikutinya namun menjaga jaraknya dari Alice. Mereka berdua masuk semakin dalam dan sekarang mereka bisa melihat seorang sedang bersantai ditempat itu, lalu pria itu mulai beranjak dan menyapa Alice saat ini.
"Yo, Ojou-chan, sepertinya kedatanganmu kesini bukan untuk berkunjung" kata pria tersebut.
Alice yang mendengar ini hanya menghentikan langkahnya dan mulai menceritakan semua hal yang dikatakan Zen kepada dirinya tadi, dan membantu pria yang sudah dianggap pamannya tersebut tersadar.
"Maafkan aku Ojou-chan, tetapi aku masih belum bisa mempercayainya" kata pria tersebut.
"T-Tetapi aku melihatnya sendiri" jawab Alice.
"Kalau begitu, seberapa kuat kamu akan menahan prinsipmu itu Ojou-chan" balas pria tersebut dan mengambil pedang besarnya.
Alice tidak tinggal diam, dia mulai mengeluarkan pedangnya dan menunjukan pamannya tersebut bahwa dia akan serius saat ini. Mereka mulai bertarung dengan serius, Zen saat ini hanya sedang bersandar ditembok sambil menikmati pertarungan tersebut.
[Irene sudah berhasil mendapatkan rancangannya Kak] kata Irene yang menyela waktu luang Zen yang saat ini sedang menyaksikan pertarungan tersebut.
"Benarkah?" kata Zen.
[Ya, dan Irene sudah memodifikasi sedikit agar saat kita menciptakannya, semuanya akan sempurna] jawab Irene.
"Lalu, apakah serangannya sudah dimulai?" tanya Zen.
[Sepertinya sebentar lagi Kak, saat ini Irene sudah mendeteksi beberapa orang yang sedang berkomunikasi dengan pihak penyerang tersebut] jawab Irene.
"Lalu bagaimana dengan kondisi di Alaska?" tanya Zen.
[Saat ini pengerjaan semuanya sudah ditahap 95% Kak. Semua alat yang Kakak ciptakan sebelumnya sudah berfungsi dengan baik dan menciptakan peralatan sama seperti fasilitas yang terdapat pada Rath.] jawab Irene.
"Baiklah, terima kasih Irene, dan pastikan awasi terus pergerakan mereka" kata Zen.
[Baiklah Kak] kata Irene.
Setelah perbincangannya dengan Irene berakhir, namun pertarungan Alice dengan pria tersebut belum juga usai. Namun saat ini, Alice bisa terlihat sangat bertekad untuk mengalahkan pamannya tersebut.
Dengan bunga api emasnya dia terus menyerang pria tersebut, namun bisa dikatakan kekuatannya seimbang. Zen melihat ini akhirnya memutuskan untuk menyerang, namun Zen melihat gerakan pria tersebut sangat aneh, seakan dia tidak melawan Alice dengan serius.
Alice akhirnya menyerangnya dengan serangan pamungkasnya dan menyebabkan ruangan ini hancur. Zen sendiri hanya menancapkan pedangnya dan menciptakan es untuk menjadi tameng dari kuatnya serangan Alice tersebut.
Bisa dilihat serangan itu menghancurkan semua yang ada disini, dan pria tersebut saat ini hanya mengeluarkan darah dari mulutnya dan tersenyum.
"Sepertinya sudah tidak ada lagi yang bisa kuajarkan padamu Ojou-chan" kata pria tersebut sambil ambruk dari tempat dia berdiri.
"Paman!" teriak Alice dan berlari menghampiri pamannya tersebut.
Namun dari sana terlihat sebuah badut dengan cepat menyerang Alice yang terlihat teralihkan, karena kejadian tersebut. Namun saat hendak mendekati Alice, Zen sudah memutuskan kepala badut tersebut dan membuat dia tewas seketika.
"S-Senator ulung?" kata Alice
setelah melihat sebuah kepala bergelinding kearahnya.
"Dia sudah mati" kata Zen
Zen lalu maju perlahan dan mengeluarkan sebuah benda yang sama seperti apa yang dia keluarkan, saat melawan ksatria integritas Fanatio dan meminumkannya kepada pria tersebut.
Setelah melihat sudah sembuh, Zen lalu meraih pedang birunya dan mulai membekukan pria tersebut yang merupakan Bercouli dan meninggalkannya disana.
"Ayo, kita lanjutkan perjalanan kita" kata Zen.
"T-Tapi bagaimana dengan Pamanku?" tanya Alice.
"Tenang nanti ada yang mengurusnya" kata Zen.
Alice sebenarnya berat hati, namun dia memutuskan untuk mempercayai Zen dan melanjutkan perjalanan mereka, dan membiarkan pamannya berbaring ditempat itu.
Mereka berdua terus masuk. Zen melihat banyak sekali ruangan aneh saat terus menaiki tempat ini. Mereka sudah melewati tempat yang mempunyai banyak kepala botak yang bertugas mengawasi dunia ini dan ruangan aneh lainnya.
Mereka berdua melewati tempat seperti itu dan terus naik, hingga mereka menemukam bahwa ruangan yang mereka lewati merupakan ruangan akhir dan tidak mempunyai akses kemanapun.
Melihat itu, Zen mengaktifkan sword skill pada kedua pedangnya dan menghancurkan atap ruangan tersebut. Bisa terlihat sebuah ruangan diatasnya dan Zen bersama Alice langsung keatas ruangan tersebut.
Bisa terlihat sebuah ruangan yang luas dengan sebuah tempat tidur mewah berada ditempat ini. Zen saat ini memperhatikan tempat tidur tersebut dan akhirnya memunculkan sesosok wanita cantik keluar dari dalamnya.
Melihat ini Zen sangat kecewa dengan apa yang dilihatnya tersebut. Saat ini dia melihat wanita tersebut, namun tidak sesuai ekspetasinya saat memasuki ruangan ini.
"Mengapa dia tidak telanjang" kata Zen didalam dirinya.
Saat ini Quenella masih menggunakan pakainnya dan berjalan perlahan turun dari tempat tidur mewahnya. Melihat kedatangan Zen dan Alice dia hanya tersenyum dan mulai menyapa mereka berdua.
"Akhirnya kamu tiba disini seorang unit tidak terdaftar, bahkan kamu mencoba mengubah semua ksatriaku ke sisimu" kata Qunella kepada Zen, sambil melihat Alice yang berada disebelah Zen.
Namun ekspresi Zen saat ini menandakan dia sedang tidak semangat, karena dia ingin masuk ketempat ini dengan cepat dan menyaksikan seorang wanita cantik telanjang bertarung, namun yang dia dapatkan hanya seorang wanita cantik yang mencoba menebar kecantikannya.
"Hah.. aku merasa kecewa" kata Zen.
"Mengapa kamu merasa kecewa? Apakah aku kurang cantik menurutmu?" tanya Qunella yang mencoba merayu Zen.
"Heh.. didunia asliku, wanita yang lebih cantik darimu sangat banyak" kata Zen sambil tersenyum.
"Ho.. jadi kamu ternyata bukan unit tidak terdaftar karena pernikahan terlarang, namun Manusia yang berasal dari sisi lain" kata Qunella.
Alice mendengar hal ini sangat terkejut, karena Zen belum menceritakan apapun tentang dia yang berasal dari dunia lain kepadanya saat ini.
"Hah.. karena aku kecewa, sebaiknya aku mengalahkanmu dengan cepat" kata Zen.
Zen lalu mengeluarkan kedua pedangnya dan memegangnya pada kedua tangannya. Zen saat ini tidak menggunakan skill pada dunia ini, namun skill dari Sword Art Online, karena data pada dunia ini hampir sama dengan game Sword Art Online.
Namun sebelum menyerang, Zen menatap Alice yang menatapnya saat ini.
"Akan kujelaskan nanti oke"