Aiko langsung meranjak dari bangku yang ditempati sebelumnya. Tindakan ini tidak luput dari pandangan dari murid – murid yang bersamanya saat ini. Aiko berjalan perlahan sambil berusaha keras menahan air matanya menuju pria yang dipastikan Zen itu.
Aiko lalu mempercepat langkahnya dan menyalip ketiga orang tersebut yang dikawal oleh pemilik restoran ini. Setelah berada didepan mereka, Aiko tidak kuasa menahan air matanya, setelah melihat murid yaang dianggap meninggal ternyata masih hidup.
"Z-Zen" kata Aiko.
"Aiko-sensei" kata Zen lalu maju dan memeluk gurunya tersebut.
Tindakan ini membuat Aiko terkejut, karena ini pertama kalinya dia dipeluk oleh lawan jenis, namun dia mulai menikmati kehangatan pelukan dari Zen itu, dan tak kuasa menahan rasa harunya, karena dia merasa lega muridnya itu ternyata masih hidup saat ini.
Murid yang bersamanya juga ikut terkejut setelah melihat sosok yang datang itu. Mereka sebenarnya ingin menyapa Zen, namun mereka masih sungkan dengan Zen karena tindakan mereka yang bersikap acuh kepada Zen sebelumnya, walaupun Zen menyelamatkan beberapa nyawa dari mereka saat terjebak didalam dungeon sebelumnya.
Namun tidak para ksatira yang ditugaskan untuk menjaga Aiko, mereka saat ini sudah terbakar api cemburu setelah melihat wanita yang mereka sukai dipeluk oleh pria yang sebenarnya mereka tidak kenali saat ini.
"Aiko-san bukannya sebai-" kata seorang pengawal yang bernama David.
"Bagaimana jika kita mencari tempat terlebih dahulu Aiko-sensei, dikarenakan aku merasa lapar saat ini" kata Zen menyela perkataan pengawal itu dan melepaskan pelukannya dari Aiko.
"Baiklah" kata Aiko yang mengikuti Zen menuju mejanya.
Sedangkan David yang terlihat dihiraukan oleh Aiko karena Zen, mulai emosi saat ini. David saat ini mencoba menahan amarahnya dan memutuskan ikut menuju meja dari Aiko. Namun setelah melihat wujud Shea yang ikut duduk bersama mereka, David merasa tidak terima saat ini.
"Maafkan aku Aiko, tetapi apakah kamu mau berbagi meja yang sama dengan makhluk hina itu?" kata David kepada Aiko sambil mengarahkan pandangan intimidasinya kearah Shea.
Shea sendiri, walaupun terlihat sudah menerima perkataan seperti itu dan sudah bersikap seperti biasa, namun dia masih belum terbiasa dengan perlakuan seperti itu. Shea mulai mengeluarkan senyum palsunya untuk menyembunyikan perasaan sebenarnya, namun tangan Zen sudah mengelus lembut kepalanya.
Zen lalu menatap tajam kearah pengawal itu karena perkataannya itu. Mendapatkan tatapan intimidasi, David masih bersikap santai, dikarenakan saat ini dia saat ini sangat percaya diri akan kemampuannya.
"Apakah kamu membela binatang hin-" perkataannya kembali terpotong setelah sebuah pedang saat ini sduah berada dilehernya dan mengeluarkan sedikit darah karena pedang itu sudah melukai sedikit kulit lehernya.
"Zen!" teriak Aiko yang mencoba meleraikan tindakan Zen itu.
Zen sendiri saat ini emosi dengan perkataan dan sikap sombong dari pengawal tersebut saat ini. Dia langsung mengeluarkan pedangnya dan melesat dan menempatkan pedang pada lehernya.
"Ayo lanjutkan perkataanmu itu, aku ingin tahu apakah setelah kamu selesai mengucapkannya, lehermu masih menyatu dengan kepalamu yang kosong itu" kata Zen.
Seluruh tubuh pengawal itu gemetar mendapatkan intimidasi intens dari Zen, dan juga saat ini tubuhnya entah mengapa mulai melemas. Hal ini disebabkan karena Zen menggunakan Rune Racunnya dan menepatkan racun yang berguna untuk melemahkan secara sementara kepada pengawal tersebut.
"Kenapa sifatmu tidak seperti sebelumnya? Apakah mulutmu saat ini tidak bisa digerakan" kata Zen.
Namun saat ini para pengawal yang lainnya sudah mendekat kearah mereka untuk membantu ketuanya itu, namun tindakan mereka sekali lagi dihalangi oleh Aiko.
"Maafkan mereka Zen, aku berjanji mereka tidak akan melakukan hal seperti itu lagi" kata Aiko membujuk Zen.
Zen lalu menarik pedangnya dari leher pengawal itu, dan membuat pengawal itu duduk tersungkur, karena efek racun yang diberikan oleh Zen saat ini yang mulai bekerja.
"Kapten!" teriak rekannya dan membantu ketuanya itu untuk berdiri.
"Ini racun!" kata salah satu ksatria yang memeriksa luka yang berada dileher ketuanya itu. Mereka hendak menyerang Zen, namun tindakan mereka kembali dihalangi oleh Aiko yang saat ini membantu merawat ksatria tersebut.
Zen lalu melanjutkan perjalanan menuju meja yang akan digunakan olehnya untuk menyantap makan siang ditempat ini. Aiko sendiri, masih membantu ksatria yang terkena racun dari Zen. Dan untungnya, seorang yang bertugas sebagai penyembuh mengatakan bahwa racun itu sangat lemah, dan dia akan sembuh sebentar lagi.
Aiko yang melihat pengawalnya sudah sedikit lebih baik, akhirnya mendekat kearah Zen saat ini, untuk menanyakan berbagai hal.
"Aiko-san, bukankah sebaiknya jangan bertemu dengan pria itu. Kami takut terjadi sesuatu kepada Anda" kata salah satu pengawal.
"Tenanglah, dia salah satu muridku" kata Aiko meninggalkan mereka saat ini.
"Murid? Itu berarti.." kata pengawal disitu yang melihat Aiko sudah meninggalkan mereka saat ini.
Disisi lain, Zen sudah memesan makanan diikuti oleh Yue dan Shea dan sedang menunggu makanan yang mereka pesan datang.
"Apa benar kamu tidak apa – apa Shea?" tanya Yue yang duduk disebelahnya.
"Aku tidak apa – apa Yue-san, jadi tidak perlu mengkhawatirkanku" jawan Shea.
Akhirnya mereka sudah mengobrol dengan ringan hingga makanan yang mereka pesan datang. Mereka hendak memakan makanan mereka, namun Aiko yang sudah membantu mengobati pengawalnya yang dilukai Zen sebelumnya tiba dimeja mereka.
"Maafkan tindakan mereka Zen" kata Aiko sambil menunduk.
"Sudahlah tidak apa – apa Aiko-sensei." Kata Zen lalu mempersilahkan gurunya itu duduk disebelahnya saat ini.
"Zen, kalau boleh tahu mereka berdua siapa?" tanya Aiko yang penasaran kepada dua orang yang bersama Zen setelah dia duduk dibangku tepat disebelah Zen.
"Ah... mereka sebena-" kata Zen terpotong setelah Yue dan She memperkenalkan dirinya saat ini.
"Uchiha Yue, istri dari Zen" kata Yue sambil membungkuk.
"Uchiha Shea, istri dari Zen" kata Shea kemudian yang mengikuti perilaku dari Yue.
Zen saat ini bingung, mengapa Shea merubah namanya, namun akhirnya dia membiarkannya. Namun tidak dengan Aiko beserta para muridnya yang menguping percakapan mereka itu yang saat ini sangat terkejut.
Aiko lalu menatap Zen untuk meminta konfirmasi atas apa yang didengarnya tadi.
"Ya... seperti itulah Sensei" kata Zen sambil menggaruk kepala bagian belakangnya.
"Apa! Apakah kamu sudah mempunyai dua orang istri Zen? Lalu..." kata Aiko yang terus mengomeli Zen akan tindakannya itu panjang lebar saat ini.
Selang beberapa lama akhirnya Aiko mulai tenang, dan akhirnya mulai menanyakan bagaimana sebenarnya Zen masih hidup, sedangkan beberapa temannya mengatakan bahwa dia sudah mati pada ekspedisi pertama latihan pada labirin Orcus.
Namun bukan jawaban yang dia dapatkan tetapi sebuah suara yang memasuki pikirannya saat ini.