Pada sebuah domain yang sepenuhnya putih, sebuah cahaya saat ini mulai melemparkan berbagai skill yang dimilikinya, untuk menghilangkan perasaan amarah yang dia dapatkan sebelumnya. Sudah beberapa hari dia melakukan semua itu, namun kemarahannya tidak kunjung reda.
Bukan saja tidak berhasil mengambil alih tubuh yang dia sudah idam – idamkan selama beribu – ribu tahun lamanya, tetapi seorang yang dia anggap sebagai semut, berani – beraninya menghina kekuatannya yang mutlak saat ini.
Perasaan amarahnya terus tumbuh, dan dia besumpah akan membunuh pria tersebut dan menyiksa orang yang dicintainya didepan matanya, agar dia mengetahui perasaan amarah yang dia alami saat ini.
"Namun kekuatan apa itu? Mengapa dia bisa mengendalikan semua Apostleku?" kata cahaya tersebut.
Dia sempat terkejut, bahwa pria yang dia lawan sebelumnya sangat mudah untuk membuat ciptaannya yang sempurna dan setia kepadanya, berpindah pihak dengan mudah. Namun dari hasil pertarunganya sebelumnya, Akhirnya dia mengetahui Apostle yang merupakan pria tidak bisa dia taklukan.
"Sebaikanya aku mempersiapkan pasukanku sekarang dan menghacurkan dunia tersebut" kata cahaya tersebut kembali.
Namun pada domainnya yang putih tersebut, muncul berbagai cahaya yang memasukinya. Tentu saja dia sangat terkejut dibuatnya, terlebih lagi muncul sesosok pria yang sangat dia benci saat ini, muncul dari cahaya – cahaya tersebut.
Cahaya itu sempat terkejut melihat kedatangan seseorang saat ini, karena dia tidak menyangka bagaimana bisa mereka sampai ketempat ini. Disisi lain, sesosok yang keluar dari cahaya yang tiba ditempat ini akhirnya menunjukan rupanya yang merupakan Zen.
"Kau!" teriaknya lalu mengeluarkan sebuah skill yang amat besar dan langsung menyerang Zen dengan ganas.
Tentu saja, Zen langsung menggunakan skill barier yang sempurna untuk menghalangi serangan yang tiba kepadanya saat ini, yang masih menggenggam tangan dari Miledi karena proses teleport sebelumnya.
"Apakah kalian sudah siap?!" teriak Zen kepada pasukannya.
Para Apostle yang dibawanya sudah berteriak dan menjawab perkataan dari Zen tersebut, sedangkan Lyutillis dan Miledi sudah mengangguk dengan tekad untuk membunuh Ehit saat ini. Akhirnya saat serangan Ehit akhirnya berakhir dan Zen mulai menatapnya tajam saat ini.
"Pasukan serang!" teriak Zen dan pasukannya langsung melesat kearah Ehit.
Ehit sendiri yang melihat hal tersebut tidak tinggal diam, dia langsung menciptakan sebuah portal untuk memunculkan beberapa Apostle dan monster yang dipeliharanya untuk melawan pasukan yang berani – beraninya menyerang wilayahnya.
2000 pasukan Apostlenya, akhirnya bertemu dengan pasukan Apostle yang jumlahnya beberapa kali lipat dari pasukannya. Namun Zen tetap tenang, dengan matanya yang sudah berubah merah sepenuhnya, dia mulai mengendalikan beberapa Apotle yang bisa dia kendalikan.
Kekacauan akhirnya mulai terjadi, karena Ehit tidak sempat menciptakan pasukan Apostle pria dan akhirnya menggunakan pasukannya yang ada, namun pasukan wanita yang dia datangkan saat ini, tidak sebanyak pasukan pria yang dia punya.
Zen berusaha dengan keras mengendalikan mereka satu – persatu, namun sebuah serangan api yang sangat besar mengarah kedirinya. Lyutillis dengan sigap datang kearah Zen dan menggunakan skill bariernya untuk melindungi dirinya.
"Miledi-chan, seranglah Hydra tersebut!" teriak Lyutillis kepada Miledi, untuk menyuruhnya melawan seekor naga yang sangat besar dengan berkepala sembilan yang menyerang Zen sebelumnya.
"Baiklah" kata Miledi lalu mengeluarkan berbagai golem yang dia sudah ciptakan sebelumnya dari kalung yang diberika oleh Zen.
Miledi yang sudah menunggangi sebuah golem, langsung melesat menuju naga raksasa tersebut dan sudah membawa sebuah dager yang diciptakan sahabatnya dahulu menggunakan konsep Magic, yaitu dager pembunuh dewa.
"Matilah!" teriaknya mencoba menebas naga besar tersebut.
Berbagai skill dia gunakan untuk melawan naga yang dilawannya saat ini, dan membuahkan hasil karena berhasil menebas salah satu kepalanya. Teriakan auman kemarahan mulai terdengar ditempat ini.
"KABOOOMMMM"
Namun suara besar mulai terdengar antara pertarungan Zen dan Ehit saat ini, namun Miledi tidak sempat untuk memperhatikan pertarungan tersebut, karena monster yang dilawannya kembali menyerangnya.
Dengan sigap, dia mengeluarkan berbagai senjata yang dimilikinya dan memutuskan untuk mengalahkan monster yang didepannya saat ini. Disisi lain, Lyutillis juga sedang bertarung bersama pasukan Valkrie untuk melawan beberapa monster dan Apotle yang tidak dikedalikan oleh Zen.
"Awas dibelakangmu Nona Lyutillis" teriak salah satu pasukan Valkrie yang bertarung bersamanya.
Lyutillis yang mendengarkan peringatan yang berasal dari pasukan Valkrie yang bersamanya, dengan cepat menghindar dari serangan tersebut, namun sayangnya serangan tersebut langsung mengores bagian kakinya.
"Sial" kata Lyutillis dan langsung menyembuhkan luka pada kakinya saat ini.
Memang saat ini dia dalam kondisi yang lengah, karena sedang memperhatikan pertarungan Zen dan Miledi yang sudah berhadapan dengan musuh mereka masing – masing. Namun sebuah suara mulai menyadarkan dia saat ini.
"Fokuslah pada pertempuranmu, apakah kamu ingin aku membawamu pulang kepada saudara perempuanmu yang lain dalam bentuk mayat?" kata Zen melalui telepatinya yang saat ini sedang fokus melawan Ehit.
"Benar kata Zen, aku harus fokus dengan pertarungan yang ada didepanku" kata Lyutillis dan langsung mengeluarkan skill pamungkasnya dan melenyapkan beberapa musuh yang melawan dirinya saat ini.
Suara ledakan mulai terdengar dari berbagai arah, dimana Miledi sedang mati – matian melawan sebuah monster yang amat sangat besar, dan Lytullis yang akhirnya menggunakan skill dengan kekuatan penghancur, mulai membasmi musuh – musuhnya.
Sedangkan disisi lain, Zen sudah menggunakan Katananya menebas siapapun yang menghalangi langkahnya menuju kearah Ehit, setelah sebelumnya dia sudah mengendalikan sebagian besar pasukan Apostle musuh.
Zen yang sudah melihat Miledi dan Lyutillis sudah memasuki pertempuran mereka masing – masing, langsung menuju kearah jiwa Ehit saat ini. Banyak pasukan yang menghalanginya, namun semua sia – sia dihadapan Zen saat ini.
"Sial mengapa sampah ini sangat kuat?" gumam Ehit yang melihat pasukannya perlahan mulai mati satu persatu.
Dengan kekuatan jiwanya, Ehit mulai mengeluarkan skill yang dapat mengendalikan sekitarnya seperti dekrit dari seorang tuhan.
"Atas nama Ehit, aku perintahkan kalian semua untuk tunduk kepadaku" teriaknya lantang dengan mengeluarkan kekuatan yang dasyat dari suaranya.
Namun sayangnya, hanya Miledi yang sedikit terpengaruh dengan hal tersebut, karena dia tidak memiliki tanda dari Zen. Ehit sempat bingung bagaimana cara Zen dan lainnya masih bisa melawan kekuatannya tersebut, namun dia akhirnya melihat cela.
Ehit menggunakan skill ruangnya, lalu menuju kearah Miledi yang sedikit terpengaruh dengan skillnya. Miledi sendiri mulai terhempas setelah menerima serangan naga didepannya karena pertarungannya terganggu akibat skill Ehit.
Namun, sebuah cahaya langsung muncul didepannya dan melepaskan sebuah skill yang besar kearahnya yang saat ini sudah terjatuh tak berdaya. Cahaya menyilaukan yang merupakan skill dari Ehit yang sangat menyeramkan, akhirnya sudah dilepaskan olehnya.
Dari kejauhan, Lyutillis melihat situasi tersebut dan langsung mencoba berlari kearah Miledi dan membantai semua pasukan yang menghalangi langkahnya. Namun tindakannya sudah terlambat, karena skill dari Ehit akan mengenai Miledi saat ini.
"MILEDI!!!!!!!"