Seorang wanita saat ini sedang menghibur teman masa kecilnya yang saat ini sedang bersedih karena tidak diikut libatkan dalam pertarungan melawan boss lantai pada garis depan. Teman didepannya saat ini sangat beruntung, karena dia berhasil memasuki sebuah kelompok nomor satu didalam game kematian ini.
Anehnya semua orang berada disini tidak dapat diidentifikasi sama sekali oleh wanita itu. Namun sepertinya dia mengenal beberapa orang yang bersamanya saat ini, walaupun tidak bisa melihat mereka dengan jelas karena wajah mereka buram.
Wanita itu terus menghibur teman masa kecilnya itu yang saat ini mengikuti dirinya memasuki game kematian ini.
Namun tiba – tiba saja terdengar sebuah kabar, bahwa sebuah kelompok sedang terjebak didalam dungeon dan mencari bantuan. Melihat ini wanita tersebut tidak tinggal diam, walaupun kemampuan penyerangannya tidak tinggi, namun dia bisa dikatakan adalah seorang support handal.
Wanita itu bergegas bersama teman masa kecilnya mencoba membantu player yang terjebak tersebut. Dengan Sitar kesayangannya dia ikut mengikuti arah langkah kaki temannya tersebut.
Sampailah mereka disebuah dungeon, dimana player yang terjebak saat ini sudah dikerumuni oleh beberapa monster yang terus muncul walaupun sudah dikalahkan. Wanita itu terus menggunakan skill enchan song dengan memetik sitarnya dan menyanyikan sebait lagu untuk meningkatkan HP teman – temannya beserta meningkatkan beberapa status.
Namun sialnya, mosnter terus berdatangan dan saat ini sudah membantai beberapa player disekitar situ.
"Larilah Yuna!" teriak teman masa kecilnya tersebut.
"T-Tapi, T-Tapi" kata wanita tersebut yang melihat teman masa kecilnya sangat kesusahan.
Korban terus berjatuhan, wanita itu saat ini sedang berkumpul dengan kelompok player yang masih selamat, namun sekelompok besar monster akhirnya berlari kearah mereka.
"A-Aku tidak ingin mati" kata salah satu player disitu.
Monster sudah mengepung mereka, wanita tersebut hanya bisa pasrah dengan keadaannya saat ini, dia hanya berharap teman masa kecilnya tersebut selamat.
"YUNA!" teriak teman masa kecilnya saat melihat segerombolan monster akan menghabisi kelompok yang bersama teman masa kecilnya itu.
Namun tiba – tiba suara tebasan terdengar, perlahan – lahan monster disekitar area yang mengepung mereka menghilang satu persatu. Seorang player berambut hitam dan bermata biru tiba didepan wanita itu sambil membantai monster yang berada didepannya.
"&^%^*(!" teriak pria tersebut kepada rekannya. Wanita itu sendiri tidak bisa mendengar dengan jelas apa yang dikatakan pria itu.
Wanita yang menjadi rekannya langsung melindungi bagian belakang kelompok yang terkepung tersebut dengan menghabisi semua monster yang akan mendekatainya. Pertarungan mereka sangat kompak, mereka saling menyerang dan melindungi diri mereka masing – masing dengan sempurna.
Setelah semua monster berhasil dikalahkan, pria yang membantu kelompok yang terkepung tersebut mulai datang mendekati wanita yang membawa sebuah sitar.
"Apakah kau baik – baik saja" kata pria itu dengan senyum manis yang terukir diwajahnya walaupun tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas.
Wanita tersebut merasa sesuatu yang tidak bisa dijelaskan yang datang dari perasaannya saat pria tersebut datang dan menanyakan keadaannya dengan senyum yang menawan tersebut.
Lalu...
"Hah" kata seorang wanita yang saat ini terbaring disebuah tempat tidur mulai terbangun setelah melihat sebuah mimpi yang menurutnya sangat amat akrab dengan dirinya tersebut.
Air mata mulai mengalir dari mata wanita tersebut yang saat ini tidak bisa menggerakan bagian bawah tubuhnya.
"Ada apa denganmu Yuuna?" tanya pria disebelahnya yang saat ini setia menemaninya walaupun dia tidak mengenalinya akibat ingatannya yang hilang.
"Aku tidak apa – apa Eiji-kun, aku hanya mendapatkan mimpi buruk" kata wanita tersebut menyembunyikan kebenaran mimpinya.
"Baiklah kalau begitu, kau bisa bicara kepadaku jika sesuatu mengganggumu" kata pria tersebut.
"Terima kasih Eiji-kun" kata wanita tersebut.
Lalu wanita tersebut mulai kembali membaringkan dirinya dengan nyaman sambil memikirkan mimpi yang dialaminya sebelumnya.
"Siapakah dirimu?" kata wanita tersebut yang merasa pria yang dia mimpikan sebelumnya serasa sangat dekat dengannya walaupun dia tidak bisa melihat wajahnya dengan sempurna.
.
.
Zen saat ini sedang bersiap diapartemen barunya untuk menjemput Sinon untuk menemui pihak penyelidik dari kasus Gun Gale Online. Lalu Zen keluar apartemennya beserta membawa sepasang helm dan mulai melaju menuju sekolah Sinon.
Sinon sendiri saat ini masih mengalami trauma sedikit atas apa yang dialaminya, setelah dia mengetahui teman baiknya ternyata mempunyai niat buruk terhadapnya. Setelah berbicara dengan Zen tadi malam dan mendengar semua penjelasannya, Sinon sangat berterima kasih kepada pria tersebut.
Zen sendiri yang melihat keadaan Sinon memutuskan untuk membantunya untuk mencari dokter untuk membantu masalah Sinon untuk menghilangkan traumanya tersebut dan diiyakan oleh Sinon.
Zen sendiri sekarang sudah didepan sekolah Sinon walaupun tidak berada tepat di gerbang sekolahnya. Zen saat ini melepaskan helm yang dipakainya dan mencoba untuk menunggu Sinon keluar dari sekolahnya.
Penampakan Zen disini kembali menjadi perbincangan beberapa siswa yang keluar dari sekolah tersebut. Mereka heran sudah beberapa hari ini pria tersebut berada didepan sekolah mereka menunggu sesuatu. Sampai akhirnya seorang wanita dengan kacamata dan syalnya datang mendekatinya.
"Yo Sinon" kata Zen.
"Sudah kubilang namaku Asada Shino, Zen" kata Sinon yang menghiruakan beberapa siswa mulai mebicarakan tentang dirinya.
"Aku lebih suka memanggilmu begitu" kata Zen sambil mengulurkan Helm yang dibawanya kepada Sinon dan mulai memakai helmnya kembali dan bersiap untuk pergi dari tempat tersebut.
Sinon sendiri mengambil helm tersebut dan memasangkannya dan akhirnya mereka berdua pergi dari sekolah tersebut yang masih heboh dengan pemandangan yang mereka lihat sebelumnya.
Akhirnya tibalah mereka berdua disebuah kedai makanan ringan dan langsung duduk dimeja dimana pria yang menugaskan Zen menyelidiki kasus Gun Gale Online sedang duduk.
Zen akhirnya memesan makanan seperti biasa tidak lupa membelikan pacarnya dan mereka akhirnya mendiskusikan kasus sebelumnya dengan Zen memberikan beberapa bukti serta kesaksian tentang kejadian tersebut.
"Kita akan kemana Zen?" tanya Sinon kemudian setelah mereka berdua sudah menyelesaikan urusan mereka dikedai ini.
"Kita akan ke Alfheim Online" kata Zen lalu membawa Sinon menuju apartemennya.
Sinon saat ini sementara tinggal diapartemen Zen karena Zen mempunyai sebuah kamar kosong yang tidak digunakannya. Sebenarnya Sinon menolak usul ini, namun karena apartemennya saat ini sedang diisolasi, akhirnya dia menyetujui ide Zen tersebut.
Setelah sampai diapartemen Zen, akhirnya mereka memasuki kamar mereka masing – masing dan mulai memainkan game Alfheim Online dimana Zen akan mengenalkan Sinon kepada wanita – wanitanya.
Akhirnya Zen sudah memasuki game ini dan membawa Sinon menuju rumahnya dan bertemu dengan semua wanita dikelompoknya saat ini.
"Aku pulang" teriak Zen saat memasuki rumah tersebut.
Mendengar ini, terdengar suara kaki kecil yang berasal dari seorang putri kecil langsung berlari dan memeluk Zen dengan erat.
"Papa!" teriak Yui.
Zen lalu menggendong Yui dan mengajak Sinon masuk kedalam rumah tersebut menuju ruang keluaraga dimana tempat berkumpulnya wanita - wanitanya.
Zen akhirnya mulai memperkenalkan Sinon kepada semua orang yang berada disitu dan disambut dengan ramah oleh semuanya, namun Zen melihat ekspresi Asuna yang terlihat murung.
"Ada apa denganmu Asuna?" tanya Zen.
"Ah.. tidak apa Zen, aku hanya tidak menyukai berada dikampung halamanku" kata Asuna yang saat ini memang sedang berlibur bersama keluarganya.
Akhirnya Zen mulai mengajak ngobrol Asuna menghilangkan perasaan murungnya tersebut.
Disisi lain Yui saat ini sedang berhadapan dengan Sinon dan melihat wanita didepannya dengan seirus.
"Ada apa Yui-chan" tanya Sinon.
"Apakah Sinon-san akan menjadi Mama baru Yui?"