webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Cómic
Sin suficientes valoraciones
275 Chs

Menuju Alam Dewa

Pada ruangan yang digunakan kelompok Elite untuk melakukan pertemuan, Saat ini terjadi perdebatan yang sangat intens saat Zen berniat untuk pergi melawan penguasa dunia ini sendiri. Saat ini semua wanitanya mencoba menanyakan alasan mengapa Zen tidak ingin membawa mereka kesana.

"Dengarlah, yang aku lawan saat ini benar – benar penguasa dunia ini. Jadi kektauannya jauh berbeda dengan apa yang kita lawan sebelumnya." kata Zen.

"Tapi kami ingin selalu mengikutimu Zen" kata Alice saat ini.

"Aku tahu, tetapi aku benar – benar tidak bisa membawa kalian kesana" kata Zen.

Memang, kekuatan Zen dan Ehit terpaut jauh jika mereka bertarung. Namun dia tidak ingin skema Ehit yang menggunakan para wanitanya akan berdampak dalam pertempuran yang akan dia lakukan ditempat tersebut.

"Aku mengerti perkataanmu Zen karena aku tahu betapa kuatnya dia, namun aku bukan wanitamu, jadi bawalah aku bersamamu." Kata Miledi.

"Walaupun kamu bukan wanitaku Miledi, aku tidak bisa mengorbankan dirimu begitu saja ditempat tersebut. Aku sudah mempunyai banyak pasukan yang akan ikut bersamaku saat ini" kata Zen.

Miledi sempat tercengang mendengar perkataan Zen, yang mengatakan hal tersebut karena dia tahu Zen bukan siapa – siapanya. Perasaan hangat mulai menghampiri dirinya karena merasa diperhatikan, namun dia tetap bersikeras untuk mengikuti Zen.

"Tolong bawalah aku bersamamu Zen, aku hanya ingin membalaskan dendam para sahabatku dan keluargaku. Aku ingin melihat kematian Ehit sendiri dari kedua mataku" kata Miledi yang bersikeras mengikuti Zen.

Tentu saja Zen menolak, karena sekali lagi dia tidak ingin terbebani membawa salah satu dari antara mereka. Namun seorang Elf mulai mendekati dirinya saat ini dan berkata sesuatu.

"Kami sudah pernah mati Zen. Tidak apa – apa jika kami mati dalam pertempuran kembali" kata Lyutillis.

Perdebatan tersebut terus berlanjut, sehingga para wanita Zen yang lainnya yang ingin mengikuti Zen, harus gigit jari karena pendapat mereka tidak bisa mereka utarakan, karena Miledi dan Lyutillis terus membujuk Zen untuk mengajak mereka.

"Hahhh.... baiklah – baiklah. Aku hanya akan mengajak Miledi dan Lyutillis. Tidak ada perdebatan kembali" kata Zen.

"Tapi... kami juga ingin ikut bersamamu Zen" kata Shea saat ini.

"Tunggulah diriku oke. Lagipula, setelah semua ini selesai, aku berjanji akan menemani kalian masing – masing karena aku sudah mengalahkan musuh terbesar dari dunia ini" kata Zen.

"Baiklah, tetapi kamu harus berjanji kembali dengan selamat Zen" kata Rina saat ini, dan dibalas anggukan oleh yang lainnya.

"Tenanglah, akan kupastikan Zen pulang dengan selamat walau nyawaku sebagai bayarannya" kata Lyutillis.

"Apa yang kamu bicarakan Lyu, kamu juga harus pulang dengan selamat. Pokoknya kami tidak mau kamu mengorbankan nyawamu untuk sesuatu seperti itu" kata Shea saat ini.

Tentu saja perkataan Shea kepada Lyutillis, membuatnya mulai merasakan perasaan yang hangat dan bahagia, dikarenakan dia merasa saat ini sudah mempunyai tempat untuk dirinya pulang.

"Tapi..." kata Lyutillis, mencoba mengatakan bahwa dia tidak mempermasalahkan menukarkan nyawanya untuk kepulangan Zen, namun perkataannya terpotong saat dia melihat raut kekesalan yang berasal dari Shea.

"Pokoknya, kalian harus saling melindungi satu sama lain. Lalu pastikan kalian kembali bersama dengan keadaan yang baik – baik saja." Kata Shea.

"Ya... dan juga jika jika kalian tidak mampu mengalahkannya, segeralah kembali karena jika kalian selamat, kita masih mempunyai kesempatan untuk mengalahkannya dimasa depan" kata Rina kemudian.

Lyutillis akhirnya tidak bisa menahan air mata harunya setelah diperlakukan seperti itu. Sudah sangat lama dia tidak merasakan perasaan diperhatikan seperti ini, terutama dari beberapa orang yang dia anggap sebagai Keluarga.

"Baiklah, akan kupastikan kami kembali dengan selamat para saudariku" kaya Lyutillis yang berkata dengan penuh tekad.

Disisi lain, Miledi yang berada disebelah mereka juga mulai merasa iri melihat keakraban dari orang – orang didepan mereka. Dia juga ingin mendapatkan kehangatan dari keluarga, tetapi semua orang yang dia cintai sudah sepenuhnya dibunuh oleh Ehit.

"Keluarga ya..." gumam Miledi pelan. Namunm tiba - tiba seseorang mulai duduk disampingnya saat ini.

"Kamu juga harus saling melindungi disana Miledi-chan, jadi aku harap kamu juga kembali dengan selamat kedunia ini" kata Tio yang sedari tadi melihat ekspresi dari Miledi yang sedikit sedih.

"B-Baiklah. Akan kupastikan Miledi-chan yang imut ini, akan membawa mereka kembali" kata Miledi menggunakan suara imutnya, untuk menyembunyikan perasaannya yang sebelumnya.

"Baiklah, terima kasih Miledi-chan" kata Tio.

Akhirnya hari keberangkatan Zen, Miledi dan Lyutillis beserta kelompok Valkrie akhirnya tiba. Zen memang memutuskan untuk langsung berangkat kesana setelah pertemuannya sebelumnya, karena dia takut Ehit menciptakan sesuatu yang berbahaya kedepannya.

"Baiklah kami akan berangkat sekarang" kata Zen.

"Berhati – hatilah, dan jangan lupa pesan kami untuk saling menjaga satu sama lainnya" kata Shea.

Miledi dan Lyutillis mulai melambaikan tangan mereka kepada yang lainnya, namun Miledi sangat terkejut setelah tangannya langsung diraih oleh Zen. Memang Zen harus memegang Miledi, karena dia tidak memiliki tandanya, agar bisa langsung dia teleportkan menuju tempat Ehit.

"Baiklah, kami berangkat" kata Zen.

Lalu perlahan semua orang yang dibawa Zen kecuali Miledi, pada pundak mereka mulai bercahaya dan akhirnya mereka semua mulai lenyap dari sana, dan sudah pergi menuju kealam dewa untuk melawan Ehit.

"Lalu apa yang kita lakukan sekarang?" kata Suguha.

"Bagaimana jika kita mencoba menantang diri kita sendiri, dengan memasuki Labirin yang belum pernah kita taklukan?" kata Rina kemudian.

"Itu bukan ide yang buruk." Kata Shea.

Namun suara ponsel mereka mulai terdengar menandakan sebuah pesan baru saja masuk. Mereka sempat melihat isi pesan tersebut, dan hanya terkejut melihatnya saat ini.

"Sepertinya kita harus menunda kegiatan kita terlebih dahulu" kata Tio saat ini.

Ditempat lain, Asuna sudah tergesa – gesa menuju kesebuah ruangan setelah mendapatkan sebuah pesan yang sama seperti yang lainnya tadi. Namun saat dia tiba didepan ruangan yang dia tuju, ternyata Yuna beserta kedua putrinya juga sudah tiba disana.

"Mari kita masuk bersama" kata Yuna.

Akhirnya mereka mulai membuka pintu yang mengarahkan kesebuah ruangan yang didalamnya terlihat orang yang mereka ingin lihat, ternyata sedang merawat seseorang saat ini dengan tekun.

"Halo Asuna, apakah kamu sedang sakit?" kata Aki yang saat ini bingung melihat beberapa orang memasuki ruangannya.

"Kami bukan datang untuk memeriksa keadaan kami Aki-san, tapi ingin melihat keadaanmu" kata Asuna.

Aki sempat bingung dengan mahsut perkataan Asuna tersebut, karena dia merasa dia tidak perlu untuk diperhatikan saat ini, karena yang sedang sakit hanya Yue karena pertempurannya pada kerajaan Iblis sebelumnya.

"Diriku? Memang ada apa dengank-" perkataannya terpotong karena dia menyadari sesuatu. Lalu Aki mulai menengok kearah orang yang dirawatnya yaitu Yue yang sudang menunjukan gesture V pada jarinya.

"Hahhh... sudah kubilang untuk merahasiakannya Yue" kata Aki yang tidak menyangka bahwa Yue sudah menyebarkan berita tentang kehamilannya.

"Selamat Aki-san"