webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Cómic
Sin suficientes valoraciones
275 Chs

Labirin Orcus Selesai

Zen saat ini sedang berdiri diatas tubuh dari Hydra tersebut sambil membawa pedangnya yang digunakan untuk memutuskan satu persatu kepala dari Hydra tersebut. Zen saat ini sedang menatap sebuah orb yang bersinar dan langsung akan menyerapnya.

Setelah menyerapnya, Zen langsung tersenyum karena mendapatkan beberapa skill baru seperti yang dilihatnya sekarang ini.

[Elemental Resistance]

[Skill Pasif yang berguna untuk membuat tubuh dari pengguna sangat kebal dengan semua skill elemental apapun]

"Sial.. jika aku mempunyai skill ini aku akan kebal dengan apapun kalau begitu" kata Zen. Saat ini dia sudah mempunyai Diamond skin, namun skill itu sangat lemah dengan serangan sihir elemen besar, lalu dia mempunyai Negative Attribute Ressitance dan jika mempunyai skill ini sekarang, itu akan sangat luar biasa.

Tidak hanya itu, Zen juga mendapatkan skill intimidasi dan regeneration. Sebenarnya, Zen mendapatkan beberapa skill guna meningkatkan kapasitas dan peningkatan mana, namun karena mananya yang tidak terbatas, sistemnya otomatis tidak menyerapnya.

"Apakah kamu sudah selesai melakukan ritual anehmu itu Zen?" tanya Yue. Sekarang Yue sudah terbiasa dengan apa yang dilakukan Zen itu.

"Ah.. Maafkan aku Yue" kata Zen sambil turun dari tubuh monster tersebut dan mulai menyimpan mayat monster itu dan menjualnya saat ini. Zen hendak memeriksa semua statusnya, namun sebuah pintu muncul entah dari mana mengagetkan mereka berdua.

"Sepertinya, kita berhasil menyelesaikan labirin ini dan kita diuandang kerumah dari pencipta tempat ini" kata Zen.

Yue masih terpana dengan kejadian itu, namun Zen sudah menarik tangannya dan mereka memasuki pintu tersebut. Saat sudah melewatinya, mereka saat ini berada disebuah area yang penuh dengan pepohonan, namun dipusat tempat ini terdapat sebuah rumah tua terbengkalai.

Mereka berdua lalu menuju kerumah tersebut. Bisa dilihat beberapa tempat diluar rumah yang mereka tuju tersebut mulai rapuh dan hancur, karena terbengkalai sangat lama. Akhirnya mereka berdua tiba didepan pintu masuk rumah ini.

Dengan perlahan, Zen membuka pintu rumah itu yang saat ini tidak sedang terkunci. Perlahan mereka mulai masuk, dan melihat sekeliling rumah itu yang dipenuhi debu dan sarang laba – laba memenuhi ruangan itu.

"Tempat apa ini Zen?" tanya Yue.

"Mungkin ini rumah para pemberontak yang dikatakan membuat labirin ini" kata Zen.

"Lalu, apa yang kita lakukan?" tanya Yue kemudian.

"Sepertinya, ada sesuatu dilantai atas rumah ini" kata Zen.

Akhirnya mereka berdua mulai menaiki anak tangga yang membawa mereka berdua menuju lantai paling atas rumah ini. Lalu mereka melewati sebuah lorong yang membawa mereka menuju ruangan yang ditutupi oleh pintu yang sangat besar.

"Ini tempatnya Zen" kata Yue.

"Ya biasa dibilang seperti itu" kata Zen dan akhirnya mulai meraih gagang pintu tersebut dan membukanya.

Ruangan ini pada mulanya saat Zen dan Yue membukanya sangat amat gelap, namun sebuah cahaya mulai menerangi tempat itu dengan sebuah api menyala pada setiap pilar ruangan ini. Ditengah ruangan ini bisa dilihat sebuah lingkaran sihir yang lumayan besar.

Namun diseberang ruangan itu, terdapat tengkorak manusia sedang duduk disebuah kursi dan seakan menatap mereka saat ini.

"Mari kita ketengah lingkaran sihir itu Yue" kata Zen.

Yue lalu mengikuti arahan Zen saat melihat Zen menggiring dirinya memasuki lingkaran sihir itu. Lingkaran itu mulai bersinar dan akhirnya meredup lalu memunculkan sesosok hologram pria menatap mereka.

"Selamat telah menyelesaikan percobaanku melalui labirin ini. Perkenalkan namaku Oscar Orcus..."

Pria itu terus mengoceh pajang lebar seperti rekaman yang sudah dipersiapkan sebelumnya. Zen sebenarnya mulai muak dengan perkataan pria tersebut, namun karena Yue sangat ingin mendengarnya, Zen membiarkannya.

Singkatnya, Pria itu merupakan korban propaganda bersama rekannya dari dewa yang mereka lawan, yang membuat mereka dimusuhi oleh seluruh mahluk didunia ini. Saat mereka akhirnya akan mati satu persatu, mereka membuat sarana percobaan berbentuk labirin untuk mencari orang yang tepat mewarisi kekuatan dan tekad mereka.

"Terima kasih telah mendengar semua perkataanku. Semoga berkat dewa tidak sampai kepadamu" kata pria itu menutup pidatonya yang memakan waktu hampir satu jam lamanya, untuk menceritakan kisah yang sebenarnya bisa disingkat.

"Akhirnya selesai" gumam Zen.

Namun tiba – tiba saja sesuatu memasuki kepala Zen. Sebenarnya skill yang didapatkan oleh Zen tidak terlalu berguna, karena kegunaannya hampir sama dengan skill creationnya, namun pengetahuan dari pria yang berpidato itu lumayan berguna bagi Zen.

.

.

Zen sudah menjelajahi semua ruangan dirumah ini. Zen menemukan beberapa hal, seperti beberapa cetak biru peralatan yang lumayan berguna, lalu beberapa buku. Walaupun Zen tidak akan membacanya, itu merupakan aset bagi wanitanya kelak, yang mempunyai hobi dalam mempelajari hal tentang dunia yang berbeda.

Saat ini Zen sudah berada disebuah kolam dimana dia sedang merendam dirinya sambil menikmati pemandangan malam yang indah ditempat ini. Setelah Zen mendapatkan pengetahuan dari pria yang suka berpidato tadi, Zen sudah mempunyai beberapa rencana untuk projeknya kedepan.

Zen masih bersantai, namun suara gemericik air mengganggu ketenangannya itu, karena seseorang memasuki kolam yang merendam dirinya dan membuat Zen menoleh kearah orang yang masuk dikolam itu. Bisa dilihat seorang wanita dengan tubuh polos tanpa seutas benang satupun mendekat kearah Zen.

"Bagaiamana Zen, apakah aku terlihat cantik?" tanya Yue yang mencoba menggoda Zen saat ini.

"Tentu saja" kata Zen. Walaupun dia sudah pernah melihat Yue telanjang, namun ini kali pertama Yue memperlihatkannya dengan sukarela.

"Benarkah, jadi karena aku sudah memutuskan bahwa diriku merupakan milikmu, kamu bebas melakukan apapun yang kamu mau kepadaku" kata Yue sambil berdiri dan menghadap kearah Zen.

Bisa terlihat bulir – bulir air turun melewati tubuh polos yang indah dari Yue. Zen sebenarnya sangat senang, namun dia masih mencoba menahan diri saat ini.

"Terima kasih Yue, namun apakah kamu tahu bahwa aku sudah mempunyai wanita yang spesial?" kata Zen.

Mendengar itu Yue melebarkan matanya karena dia baru mendengar informasi ini dari Zen.

"L-Lalu apakah kamu mencintainya?" kata Yue.

"Tentu saja" kata Zen.

Mendengar itu, bisa terlihat setetes air mata mengalir dari mata Yue. Saat ini dia merasakan perasaan yang sangat menyakitkan. Walaupun dia sudah tidak merasakan kesepian, namun entah mengapa, perasaan ini lebih menyakitkan dari itu.

Yue lalu akan beranjak dari tempat itu, dan mencoba menghindari Zen. Namun tiba – tiba tangannya diraih oleh Zen saat ini.

"Apakah kamu tidak menanyakan perasaanku kepadamu?" tanya Zen.

Mendengar ini, Yue sebenarnya sangat penasaran dengan jawaban dari pertanyaan Zen itu, namun perasaan sakit hatinya membuatnya ingin pergi dari tempat itu secepatnya.

Yue mencoba melepaskan genggaman tangan Zen itu, namun tubuhnya langsung ditarik dan membuat tubuh polosnya itu saat ini sepenuhnya dipeluk oleh Zen.

"Aku mencintaimu Yue"