webnovel

Zayn,Si Jenius Tampan

WARNING (21+) Zayn adalah putra dari Ayya dan Rafi, dalam usia sepuluh tahun tahun dia berhasil lulus dan di wisuda sekaligus menjadi sarjana termuda. Seorang anak lelaki yang sangat tampan ini adalah seorang anak ajaib, bagaimana kehidupan masa kecilnya? juga tentang kisah cintanya, ikuti yuk ceritanya...

Sholikhatin_Nikmah · Fantasía
Sin suficientes valoraciones
343 Chs

Kembali

Arunika dan Zayn sudah berada di bandara Alexandria Borg El Arab. Setelah berbicara sebentar dengan papa Arunika, mereka langsung menuju bandara karena memang waktu yang sangat terbatas. Perjalanan dari kota Giza ke Alexandria kurang lebih antara satu setengah jam sampai dua jam. Setelah mandi, makan dan berbicara dengan papanya, mereka langsung berangkat ke bandara. Saat ini mereka sudah menunggu sepuluh menit, tetapi Ziyad tidak kunjung tiba.

"Kakak, kenapa kakek belum tiba?" Arunika langsung merasa cemas. Dia mengingat betapa gelisah hatinya tadi. Dia berharap kakeknya baik-baik saja.

"Sayang tenanglah, kakek pasti sebentar lagi akan tiba." Zayn mencoba menenangkan Arunika meski hatinya sendiri juga merasakan apa yang Arunika rasa.

Mereka menunggu sampai ada panggilan bahwa pesawat mereka akan segera lepas landas. Untuk itu, para penumpang diminta untuk segera naik ke pesawat. Tetapi kakek mereka belum terlihat juga.

"Kakak, kenapa kakek belum tiba?" Arunika semakin cemas. Zayn juga cemas, tetapi mereka harus tetap berangkat. Lalu keduanya pun menaiki pesawat. Saat sampai didalam, mereka melihat kursi milik kakeknya sudah ada yang menempati. Seorang pria yang sangat tampan usianya kira-kira seusia abinya Zayn, Rafi. Tetapi tidak, mungkin lebih tua, hampir seusia kakek Hanan tetapi dia terlihat lebih gagah dan tampak lebih muda sedikit.

Arunika dan Zayn masih terpana melihat penampilan orang itu. Saat mereka akan bertanya mengapa dia bisa menempati kursi kakeknya, mereka lebih dulu dikejutkan dengan suara orang itu.

"Kenapa kalian masih berdiri disitu? ayo cepat duduk." keduanya merasa lega, mereka mengenali suara itu. Kakeknya tidak lagi menyamar, dia menggunakan penampilan aslinya dan ternyata memang kakek Ziyad masih sangat tampan.

"Kakek, kenapa kakek tidak menemui kami? kakek membuat kami khawatir." Arunika tanpa sengaja malah memarahi kakeknya.

"Arunika, Zayn, kalian saja yang kurang jeli. Sudah jelas dari tadi kakek berada disamping kalian, tetapi kalian malah berpura-pura tidak kenal dengan kakek." Ziyad tertawa melihat kebodohan kedua cucunya.

"Ish... kakek benar-benar mengerjai kami." Arunika mencibir, lalu Zayn menarik tangan istrinya dan mengajaknya duduk. Sementara Ziyad masih menahan senyum penuh kemenangan berhasil mengerjai kedua cucucnya itu.

"Arunika, Zayn, maafkan kakek! ayo cepat duduk, apa kalian akan berdiri selama dua puluh jam?" Ziyad tersenyum, kedua anak muda yang wajahnya cemberut itu pun duduk disampingnya.

"kakek, anda terlihat sangat tampan dan kalian berdua sangat mirip." Arunika sangat mengagumi ketampanan kakeknya. Dia pun sudah melupakan kekesalannya, Zayn melihat Arunika memandangi wajah kakeknya tanpa berkedip pun merasa agak cemburu.

"Arunika, sebaiknya kau segera tidur! perjalanan kita sangat jauh dan lama. Jadi kau harus tidur sekarang." Zayn menarik paksa tubuh Arunika, kemudian membenamkan wajah istrinya kedalam pelukannya.

Arunika langsung merasa jantungnya mau melompat keluar. Dia baru kali ini sedekat ini dengan Zayn. Arunika bahkan bisa mendengarkan detak jantung Zayn yang berdetak sangat kencang dan tidak beraturan. Arunika seketika tahu kalau suaminya sedang menahan emosinya, gadis ini sangat pintar. Dia langsung bisa menebak kalau Zayn sedang cemburu.

"Kak Zayn, kakak cemburu terhadap kakek?" Arunika bertanya langsung kepada Zayn. Kakek Ziyad yang mendengar kata-kata itu, seketika langsung tertawa terbahak-bahak tetapi kemudian dia menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Dia merasa sangat lucu, kok ada cucu yang cemburu karena istrinya mengagumi kakeknya sendiri.

"Arunika, kamu jangan asal bicara! sudah cepat tidur." Zayn kembali memasukkan kepala Arunika kedalam pelukannya. Arunika merasa sangat senang melihat tingkah Zayn yang kekanak-kanakan. Sementara kakeknya hanya menggelengkan kepalanya.

Kemudian dia memejamkan matanya, tetapi telinganya tetap mendengarkan suara disekitarnya. Ziyad menggunakan alat yang bisa untuk mendengar jarak jauh, siapa tahu ada yang memata-matai mereka.

Mereka bertiga pada akhirnya sampai di surabaya dengan selamat. Arunika dan Zayn langsung dijemput oleh Kaif, sementara Ziyad langsung kembali terbang ke Bali. Dia harus segera menangkap orang yang sangat berbahaya itu. Arunika sudah mengirimkan titik koordinat dimana tepatnya orang itu berada, jadi dia langsung menuju ke lokasi.

"Zayn, istrimu sungguh cantik." Kata pertama yang diucapkan Kaif saat melihat Arunika.

"Tentu saja om, Zayn pandaikan memilih istri?" Zayn sangat bangga pada dirinya sendiri. Beginilah Zayn saat bersama dengan Kaif, om dan keponakan ini akan selalu membanggakan diri. Mereka akan bersaing siapa yang lebih unggul, tetapi tentu saja semua itu hanya main-main.

"Tentu, keponakan siap dulu dong..." Kaif kemudian memeluk Zayn dengan erat. Arunika tersipu malu, dia sangat mengagumi keluarga suaminya. Kakeknya saja tampan, omnya apalagi. Arunika merasa sangat senang, matanya berbinar. Dia sangat senang melihat lelaki yang tampan. Padahal dirumah masih ada tiga lelaki tampan lainnya, Ahfaz, Rafi dan Hanan. Meski sekarang sedang sakit, tetapi ketampanannya sedikitpun tidak memudar.

"Arunika, perkenlkan ini om Kaif. Dia adalah adik Umi yang paling kecil. Usianya lebih muda dariku satu tahun." Zayn memperkenalkan Arunika kepada Kaif.

"Aku Arunika om, senang berkenalan dengan om. Wajah om sangat tampan." ups Arunika keceplosan. Zayn langsung memelototinya dan Arunika hanya cengar-cengir tidak karuan. Sejenak, kekhawatirannya menghilang.

"Senang berkenalan denganmu keponakan om yang cantik." Kaif membalas kata-kata Arunika. Gadis itu semakin tersipu malu, tetapi Zayn semakin sebal.

"Ayo om, Kita segera pulang! Zayn sudah sangat merindukan Abi dan Umi." Kaif seperti diingatkan oleh Zayn, mereka pun segera meninggalkan bandara dan menuju ke Blitar, kepesantren milik Kirana.

"Zayn, kata kak Ayya, kalian akan kembali bulan depan. Kenapa sekarang sudah tiba?" Kaif merasa agak heran, Zayn hanya tersenyum lalu menatap Arunika. Dia mengedipkan matanya.

"Om, kata Umi, kakek Hanan sedang sakit. Jadi umi menelepon Zayn dan meminta Zayn segera pulang. Kebetulan tugas zayn juga sudah selesai. Jadi kenapa Zayn harus menunggu sampai satu bulan? kan kembali lebih cepat akan lebih baik kan?" Kaif menyetujui kata-kata keponakannya. Mereka kemudian mengisi perjalanan mereka dengan mengobrol ngalor ngidul hingga tak terasa mereka sudah memasuki halaman pesantren.

"Wowww, aku menyukai tempat ini kak Zayn. Ini sangat asri! aku langsung merasa betah disini." Arunika langsung keluar dari mobil. Zayn dan Kaif tersenyum melihat tingkah Arunika. Gadis ini sangat cantik, perpaduan darah Indonesia-Mesir membuat wajah cantiknya terlihat lebih unik. Saat Arunika turun dari mobil, banyak santri putra yang terpesona kepada gadis itu Tetapi Zayn langsung menyadari, dia memeluk tubuh istrinya dan langsung membawanya masuk ke ndalem. Zayn akan menempati kamar milik uminya dulu karena Ayya sudah pindah ke rumah belakang. Ayya lebih memilih tinggal bersama uminya.

"Sayang, sebaiknya kita beristirahat sebentar. Baru menemui Umi dan Abi juga Kakek dan Nenek." Arunika mengangguk lalu mereka segera menuju kekamar mereka. Sementara Kaif langsung menemui kakaknya. Kaif lalu memberitahu Ayya kalau Zayn dan Arunika akan segera menemuinya setelah beristirahat sebentar.

Kaif segera menuju ke rumah umi dan abinya. Saat ini, Ayya dan Rafi sedang berada di teras. Kaif segera menyampaikan pesan dari Zayn. Ayya dan Rafi pun mengangguk. Mereka sangat tahu, betapa lelahnya Zayn dan Arunika. Mereka telah menempuh perjalanan yang sangat panjang dan melelahkan. Bayangkan, dalam waktu tiga hari, mereka telah melewati tiga negara, benar-benar amazing.