Dalam hati Anko yang serius berkata, "Syifa, aku pasti akan menolongmu!"
****
"Syifa ...." Sapa Anko pada Syifa yang masih terbaring lemas itu.
"Apa?" Syifa meresponsnya dengan wajah yang tampaknya sudah tidak kuat menahan sakitnya lagi.
"Aku punya cara untuk menolongmu!" seru Anko dengan memasang ekspresi penuh keyakinan, "Aku baru saja memikirkannya!" dia mengatakannya dengan serius.
"Heh, mana mungkin bisa-"
Saat Syifa hendak mengelaknya dan meragukannya, Anko memotong pembicaraannya yang sudah berkata serius itu.
"Bisa!" seru Anko yang masih memasang muka serius, "Eh, tapi ... aku tidak tahu ini berhasil apa tidak ... namun, kalau tidak dicoba kita tidak akan pernah bisa membuktikannya. Namun, menurutku cara ini pasti bisa ...."
Entah apa yang membuat Anko seyakin dan seserius itu saat dia mengatakannya, tampaknya itu menjadi sebuah alternatif baru. Syifa mencoba meyakininya, dan ini juga buat penyembuhannnya.
"Jadi bagaimana caranya?" tanya Syifa yang memastikan kalau Anko mengetahui caranya. Yang Syifa tahu dari melihat bar parameter Anko adalah ... dia hanya memiliki teman Syifa seorang dan dia masih level nol dengan kemampuan elemen logam/besi/sejenisnya. Anko tidak memiliki kemampuan penyembuhan ataupun terapi pengobatan, dan dia juga tidak punya skill magic special.
"Etto," Anko yang tadinya serius itu, saat hendak menjelaskannya pada Anko dia menjadi ragu ....
"Ya, intinya aku merasakan tubuhku sekarang dialiri kekuatan ...."
Dalam hati Syifa berkata, "Tentu saja! Dia kan baru pertama kali mendapatkan kemampuannya, dia pasti merasa seperti itu, itulah yang membedakan dirinya dengan orang biasa."
"Entah kemampuan seperti apa yang mengalir di tubuhku ini, kurasa kau juga mengetahuinya. Dan bagaimana jika nanti ... kekuatan yang mengalir ditubuhku ini kualirkan sedikit padamu?" Anko meski mengatakannya dengan ragu-ragu, dia serius ingin melakukan hal itu. Dia menawarkan pada Syifa sambil mengulurkan tangannya.
Syifa juga tidak pernah terpikirkan kalau ada cara seperti itu, yah~ andaikan saja bisa seperti itu saling bagi kekuatan. Namun, bukankah menyalurkan kekuatan hanya akan menambah energi? Sementara belum bisa menyembuhkannya ...? Kali ini membuat Syifa berpikir keras.
Anko seketika terdiam dengan ekspresi keraguan yang terpancar di wajahnya, dia juga sempat berpikir kalau itu tidak mungkin bisa menyembuhkannya tapi, setidaknya Syifa punya tenaga untuk bangun dari tempatnya berbaring.
"...."
Seketika kedua gadis ini bergeming.
Anko berpikir lagi, kalau Syifa berhasil bangun, dia akan menggantikan posisi Syifa untuk mengemudikan kuda dan dia akan mencarikan tabib untuknya ....
Syifa menyeringai tipis melihat Anko yang masih tidak menyerah ingin membuktikan caranya ini.
"Baiklah, ayo kita lakukan!" seru Syifa yang akhirnya menuruti keinginan Anko.
Anko tersenyum ceria dengan mata sedikit berkaca-kaca begitu melihat Syifa setuju untuk mencoba car ini. Anko yang pemikir dan kuat itu, juga kreatif.
Anko kali ini memfokuskan pikirannya sama seperti saat itu ....
Lalu, tubuhnya kali ini serasa dialiri kemampuan yang lebih banyak, kemampuan yang dia miliki pun menyelimuti tubuhnya ....
"Itu ...." Entah kenapa saat Anko memejamkan matanya memfokuskan dirinya pada satu titik, Syifa sedikit terkejut saat melihatnya.
'Energi putih yang mengalir dengan tenang saat dia berkosentrasi penuh dan tubuhnya diselimuti oleh kemampuannya, sepertinya dia sudah bisa di tahap itu, padahal dia tidak tahu bagaiamana cara membangkitkan dan melatih kemampuannya selama ini ... dia mengandalkan instingnya ....'
Syifa hanya bisa berbicara dalam hatinya demi tidak mengganggu konsentrasi milik Anko.
Anko kemudian membuka matanya kembali dan melihat Syifa dengan penuh keseriusan.
Anko membangkitkan tekanan kekuatannya, tentu saja para monster di dekatnya termasuk slime yang lemah yang tadi meninggalkannya itu kembali lagi. Jadi, mereka akan kembali begitu mencium aroma energi yang hebat.
Anko kemudian membuka matanya ....
"Syifaaa ...." Anko menyapanya kembali.
"Apa yang harus kulakukan? Haruskah aku menjabat tanganmu?" tanya Syifa yang melihat Anko mengulurkan tangannya. Tapi, Syifa tidak kuat mengangkat tangan kirinya yang masih utuh itu adalah efek tubuh yang sebagian besar remuk membuatnya sulit untuk menggerakkan tubuh bagian lain.
"Aaargh!!" Syifa masih mendesah kesakitan.
"Biar aku saja yang menyentuhmu!" seru Anko dengan yakin kemudian dia meletakkan kedua telapak tangannya di atas tubuh Anko.
Seketika ... kekuatan Anko yang mengalir itu perlahan menyelimuti tubuh Syifaaa ....
Anko sudah sangat yakin kalau ini akan berhasil namun, beberapa saat kemudian ....
'TAAAK!!!' seperti bunyi sentakan kuat yang membuat Anko sedikit merasa dirinya seperti tersengat arus listrik.
"Ada apa ini!?" gumam Anko yang secara tidak sengaja membatalkan kemampuannya.
Tiba-tiba napas Syifa menjadi tak menentu!!
Anko mendadak panik dan dia mencoba lagi mengeluarkan tekanan kekuatannya tapi, dia sempat berpikir aneh! Kenapa tidak menyatu?
Tampaknya Syifa sudah menyadarinya kalau ini adalah hari terakhirnya melihat dunia ini ....
"Syifaaa, tunggulah! Aku akan menolongmu!" seru Anko serius yang masih ingin menolong Syifa tapi ....
"Syifaaaaaaaa!!" gadis yang terbaring lemah itu sudah tidak bisa berkata-kata lagi, dan yang dia ucapkan kali ini adalah kata-kata terakhirnya, "Selamat tinggal ...." Walaupun itu tidak terdengar oleh Anko tapi, dari mimik yang dia lihat ....
"Tidak, Syifaaa!!" sesungguhnya Anko masih tidak tega kehilangan dirinya.
Syifa perlahan memejamkan matanya dan membuat senyuman meski air matanya sempat berlinang di pipinya.
Ya, inilah saat-saat terakhirnya Syifa ....
Inilah saat-saat terakhir Anko melihat dirinya ....
"Syifaaaaa!!" Anko hanya bisa memanggil dirinya, meski Syifa sudah tidak bisa mendengarnya lagi, wajahnya juga perlahan pucat, bibirnya kering. Tubuh Syifa masih hangat namun jantungnya sudah berhenti berdetak.
"Dia ...." Air mata Anko tidak bisa berhenti menetes dan ini adalah hal menyedihkan dan paling menyedihkan yang pernah dia alami seumur hidupnya.
Anko berusaha mencoba membuat tekanan kekuatannya lagi tapi, tidak bisa menyala lagi!!
"Cih, ini sia-sia!!" Anko kesal karena cara yang dia pikirkan gagal untuk menolongnya.
Dalam hati Anko ingin berteriak pada dunia ini, "Tidak adakah cara terbaik untuk hidup? Tidak adakah cara terbaik selain mengorbankan nyawa orang lain? Aku pikir aku sudah berdosa telah membunuhnya, andaikan saat itu aku yang mati saja mungkin aku akan segera melalui hidup yang damai. Kalau bisa ... bereinkarnasi dan mengulangi hidup tanpa penyesalan."
Anko sadar, dunia baru yang di dapatkannya ini tidak lebih buruk dari dunia tempat tinggalnya malah jauh lebih buruk karena menunjukkan sisi ketidakmampuannya.
Lebih tepatnya dia tidak punya kesempatan untuk menolong orang baik yang selalu bersamanya.
Anko masih menangis tersedu-sedu di atas tubuh Syifa, antara sedih dan menyesal pada dirinya sendiri yang tidak berguna itu.
Kenapa malah jadi begini!?
________
Pertemuannya dengan gadis berelemen kayu yang menyembunyikan tubuhnya dalam boneka kayunya berwujud seorang laki-laki dengan tampang tak ramah itu, nasibnya berujung tragis.
*To be Continued.