webnovel

YOU.

Berawal dari rasa takut saat pertama kali aku melihatnya kini berubah sehingga aku tidak bisa melepaskan dirinya - Lucinda Bertemu dengan seorang psikopat sekaligus pembunuh membuat hidup Lucinda dipenuhi bayang-bayang kematian. Ingin melepaskan namun pada akhirnya terpikat. Ketika sebuah rasa itu ada, yang tersisa hanyalah rasa sakit dan sebuah pengorbanan.

Kuuhaku12 · Horror
Sin suficientes valoraciones
22 Chs

Pembalasan

Saat ini Leon membawa Lucinda ke apartemen miliknya. Leon meminta Max untuk mengobati Lucinda.

"Bagaimana keadaannya?" Tanya Leon.

"Luka pada bibir dan lehernya cuma luka ringan biasa. Luka pada telapak tangannya cukup dalam tapi tenang saja hanya butuh 3 jahitan. Tapi luka diperutnya sepertinya perlu pemeriksaan lebih lanjut." Jawab Max.

"Kenapa?"

"Sepertinya lebam yang ada di bagian perutnya ini karena tendangan yang sangat kuat, kita harus memastikan keadaannya tidak separah yang kupikirkan." Jelas Max.

"Dia sedang tidur?"

"Tidak. Sepertinya dia menunggumu. Aku pergi membeli perban dulu. Persediaanku sudah hampir habis." Jawab Max sambil bersiap untuk pergi.

"Oke. Terima kasih Max."

Max hanya menganggukkan kepalanya dan melambai pada Leon lalu pergi. Leon masuk ke kamarnya dan melihat Lucinda yang sedang berbaring di kasurnya. Leon sudah tidak peduli jika Lucinda melihat keadaan kamarnya. Sebenarnya, Leon sedikit bernafas lega saat Max bilang luka Lucinda tidak separah yang dipikirkannya. Leon mendekati Lucinda dan melihat wanita itu tidak tidur. Wanita itu hanya diam melihat langit-langit kamar Leon.

"Kenapa kamu tidak tidur?" Tanya Leon lembut.

Lucinda menoleh dan melihat Leon yang sedang duduk dipinggir tempat tidur. Lucinda hanya menggelengkan kepala. Jujur saja saat ini Lucinda sangat takut. Tidak pernah ada dalam hidupnya ia membayangkan akan mengalami kejadian seperti ini. Rasanya untuk berjalan keluar saja dia tidak sanggup.

"Masih sakit?" Tanya Leon sambil menatap mata Lucinda. Tangan Leon terulur mengusap puncak kepala Lucinda.

Lucinda sangat terkejut dengan perlakuan lembut Leon. Selama ini tidak ada orang yang pernah ada disisinya saat ia dalam keadaan terburuknya. Leon ada untuknya. Leon menyelamatkannya. Karena perlakuan Leon, pertahanan Lucinda sudah runtuh. Mata Lucinda mulai memanas.

Lucinda menangis.

Leon yang melihat Lucinda menangis langsung membawa Lucinda kedalam pelukannya. Leon merasa aneh pada dirinya. Dia merasakan sakit saat Lucinda menangis. Tangis Lucinda semakin menjadi-jadi saat berada dalam pelukan Leon. Semua rasa takut dan rasa sakitnya seperti tertumpahkan dalam air matanya sekarang.

"Tenang saja, aku disini." Ucap Leon sembari mengeratkan pelukannya.

Setelah hampir 20 menit Lucinda menangis, ia tertidur dalam pelukan Leon. Leon meninggalkan Lucinda yang saat ini tengah tertidur karena kelelahan setelah menangis cukup lama. Ada hal yang harus Leon urus. Leon mengambil kunci mobilnya dan pergi dari apartemenya. Ia harus cepat. Ia tidak boleh terlambat 1 detik saja atau semuanya akan jadi sia-sia.

***

Saat ini Leon sampai di tempat tujuannya. Setelah Leon memarkirkan mobilnya, dia membuka bagasi mobilnya dan terlihat seorang lelaki yang diikat didalam sana. Leon mengeluarkan lelaki itu dan menyeretnya masuk kesebuah gedung yang terlihat seperti rumah tak berpenghuni.

Lelaki itu adalah orang yang menyerang Lucinda. Sebelum dia kemari, Leon pergi ketempat dimana Lucinda di serang. Ternyata lelaki itu belum bangun dari pingsannya. Leon sangat yakin lelaki itu belum mati. Leon menyeret lelaki itu dan memasukannya kedalam bagasi mobilnya. Leon kembali melanjutkan perjalanannya. Ia menemukan mainan baru pengganti Carson yang harusnya bermain bersamanya malam ini.

Setelah masuk kedalam rumah, Leon berjalan dengan santai menuju suatu ruangan sambil menyeret mangsanya yang baru. Setelah masuk keruangan tersebut, terlihat sebuah kursi besi yang terpaku ditengah-tengah ruangan. Leon mendudukan lelaki itu disana lalu memasangkan ikatan pada kedua tangan dan kaki lelaki itu. Leon melihat sekelilingnya dan tersenyum. Ia mengambil sebuah gulungan kawat berduri dan melilitkannya pada badan pria itu tak terkecuali bagian leher pria itu.

Leon duduk didepannya, menunggu selama 5 menit tetapi lelaki itu belum juga bangun. Leon bangkit lalu menuangkan 3 botol besar alkohol kedalam ember dan menyiramkannya ke lelaki itu. Dalam hitungan detik lelaki itu langsung bangun dan menjerit kesakitan. Leon tersenyum senang. Setelah jeritan lelaki itu mereda, Leon melihat raut wajah lelaki itu yang saat ini terlihat bingung atas keadaannya sekarang.

"SIAPA KAU BRENGSEK?! LEPASKAN AKU SIALAN!" Pekik lelaki itu pada Leon.

Tanpa ada niat menjawab, Leon merobek pakaian lelaki itu lalu memasukkannya kedalam mulut lelaki itu.

'Berisik.' Pikir Leon

Leon ingin membalaskan semua yang dilakukan oleh lelaki itu pada Lucinda. Leher lucinda yang terluka sudah Leon balaskan dengan lilitan kawat duri yang menusuk leher lelaki itu. Sekarang pembalasan untuk bibir lucinda yang terluka karena pukulan dari lelaki itu.

Leon mengambil 2 buah paku yang sudah berkarat dan palu. Dengan cekatan, Leon memaku kedua tangan lelaki itu pada pegangan kursi besinya. Paku itu menembus tangan dan pegangan kursi besi itu. Lelaki itu kembali menjerit kesakitan namun tertahan oleh sumpalan dimulutnya dan terlihat darah mengalir dari lubang yang Leon buat. Leon kembali tersenyum senang.

Dirasa belum cukup, Leon berdiri lalu meninggalkan lelaki itu dan kembali dengan membawa sebuah tang pemotong kabel.

'Hmm... mulai dari mana ya?' Pikir Leon bingung.

Leon mengarahkan tang itu ke jempol tangan kanan lelaki itu. Dengan sedikit tenaga Leon berhasil memotong jari lelaki itu. Lelaki itu kembali menjerit kesakitan untuk yang kesekian kalinya. Leon tidak memperdulikan jeritan lelaki itu dan lanjut ke jari kedua. Setelah jari ke-4 Leon merasa bosan. Ia meletakkan tang itu disamping kakinya dan mengambil sebuah pisau besar. Kali ini ia tidak memotong langsung jari lelaki itu, Leon membuat sayatan melintang lalu dengan cekatan menguliti jari lelaki itu. Lelaki itu lagi-lagi menjerit kesakitan. Namun setelah Leon menguliti 2 jari, lelaki itu malah tak sadarkan diri.

"Dasar lemah." Cibir Leon.

Awalnya Leon ingin menyiramkan lelaki itu dengan alkohol lagi, namun Leon berpikir jika ia terlalu memaksakan lelaki itu untuk terus bermain dengannya pasti lelaki itu akan cepat mati. Leon tidak ingin ini cepat berakhir. Selain marah karena perbuatan lelaki itu pada Lucinda, Leon juga kesal karena lelaki inilah yang membuatnya gagal membunuh Carson. Akhirnya Leon berbaik hati untuk memberikan lelaki itu istirahat. Setidaknya beberapa jam saja.

Setelah 2 jam, lelaki itu masih belum sadar juga. Leon sudah tidak sabar lagi, akhirnya ia tetap memutuskan untuk menyiramkan alkohol lagi pada lelaki itu. Dan akhirnya lelaki itu kembali bangun tentunya sambil menjerit kesakitan.

Leon sudah bosan menguliti jari lelaki itu. Tidak mau repot, Leon mengambil palu dan langsung memukuli 4 jari yang tersisa sampai hancur. Darah lelaki itu sudah berceceran di lantai. Setelah cukup puas dengan tangan lelaki itu, Leon memutuskan untuk bermain-main dengan kaki lelaki itu yang sudah berani menendang Lucinda.

Leon berpikir. Apa yang bagusnya ia lakukan pada kaki-kaki jelek itu? Setelah berpikir cukup lama, akhirnya Leon mendapatkan ide. Leon menuju kesebuah laci yang ada diruangan itu. Leon membawa sebuah pematik ditangannya. Leon memutuskan untuk membakar kaki lelaki itu. Lelaki itu memberontak. Leon tidak memperdulikannya. Leon menggunting celana lelaki itu sampai ke paha agar apinya tidak menyebar. Leon ingat jika ia menyiramkan alkohol. Agar api tidak menyambar, Leon menyiramkan air biasa pada lelaki itu.

Setelah persiapannya dirasa cukup, Leon mulai membakar kaki lelaki itu. Ia mulai dari jari kaki dahulu. Setelah terlihat jari kaki yang sudah melepuh, Leon melanjutkan aksinya pada telapak kaki lelaki itu. Leon terus melanjutkan pembakaran manual yang ia lakukan sampai permukaan kaki lelaki itu sudah hampir tidak berbentuk lagi. Sudah terlihat kulit yang menjadi gosong dan terlihat daging yang kemerahan pada kaki itu.

Leon tersenyum sangat senang. Hasil karya yang ia buat sungguh menakjubkan. Ia sudah cukup bermain. Saatnya mengakhiri permainan ini. Leon melihat lelaki itu yang sudah menangis menahan sakit pada seluruh bagian tubuhnya. Leon bangkit lalu mengambil tang yang ada di samping kakinya. Leon membuka celana lelaki itu. Dengan senyuman terukir di wajah Leon, Leon mengarahkan tang itu ke bagian genital lelaki itu. Sesaat kemudian, Leon memotong bagian genital lelaki itu. Lelaki itu menjerit dengan sangat kuat diiringi dengan darah yang mengalir deras membasahi tubuh lelaki itu.

Leon kemudian berjalan menjauh dari lelaki itu yang saat ini dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Leon pergi meninggalkan ruangan itu. Ia ingin mandi. Rasanya bau amis dari darah sudah melekat pada tubuhnya dan juga baju yang ia pakai terkotori oleh darah lelaki itu. Leon mengambil baju dari mobilnya dan mandi disalah satu kamar mandi yang masih berfungsi di rumah itu. Setelah itu, Leon kembali kemobilnya dan pulang ke apartemennya.

***