webnovel

Tugas

Angel sekarang sedang berada di Yogyakarta untuk mengejar buruannya.

Ardian Adhlino Gavin

Penipu dan pelaku korupsi sebuah perusahaan besar serta menculik anak dari pemilik perusahaan yang ia tipu.

Angel berdecak sebal saat mereka masuk ke dalam bar yang lagi-lagi mengharuskannya menggunakan pakaian terbuka.

"Fu*k!."

Yulia mengumpat saat melihat si playboy Teo merayu seorang wanita di bar ini.

Angel menggelengkan kepalannya dan segera duduk di meja bar. Seorang bartender memberikan apa yang Angel dan Yulia pesan.

Angel mendekatkan dirinya ke arah bartender itu.

"Lo udah tau dimana posisi dia, Rai?."

Rai yang sedang dalam penyamarannya pun sebagai bartender mengangguk.

"VVIP 055 lantai 4."

Angel tersenyum licik.

"Lakukan sesuai rencana. Silver, lo samperin dia gih."

"Bangke lo! Giliran kayak gini aja gue yang dikorbanin. Nasib nasib."

Walaupun sambil menggerutu Yulia tetap pergi melaksanakan perintah Angel.

Angel mengawasi sekitar dan menemukan hal tak terduga.

Stefani Auliana

Ternyata jalang itu ada disini. Rai yang tadinya fokus meracik minuman, menoleh pada Angel yang sedang menatap tajam seseorang.

"Lo gak usah macem-macem disini Ngel. Kita dalam misi. Jangan buat kita gagal."

Angel mengerucutkan bibirnya karena kesal tak bisa memberikan hadiah pertemuan mereka.

"Ngel, coba deh lo lihat cowok di sudut kiri lo."

Angel menoleh dan seketika mata mereka bertemu. Angel tersenyum dan langsung memutuskan kontak mata mereka.

"Well... tanpa kita cari dia sudah terpancing duluan."

Rai tertawa pelan dan kembali fokus meracik minuman karena ada yang memesan minuman.

Angel merasa jika ia ditatap oleh seseorang dan seketika Angel menoleh. Disana, di sudut ruangan ini. Ada seorang laki-laki yang Angel cari.

"Jangan lo lihatin mulu peak. Ntar jatuh cinta repot."

Angel memejamkan matanya dan segera memukul Teo.

"Kalau ngomong tuh disaring bego."

Teo cuma cengengesan dan meminum minuman Angel.

"Lo samperin sana. Semakin cepet dia ketangkep semakin cepet kita pergi."

"Napa lo Te?."

"Jalang disini gak asik. Maunya gratis tapi pada kagak mau."

Angel tertawa sinis.

"Pakek itu muka lo bego."

"Ck.."

Angel segera berdiri dan merapikan penampilannya. Angel berjalan seanggun mungkin dan masih sangat ia dengar dengan jelas suara tawa yang tertahan dari belakang.

Angel mengutuk Teo dan Rai. Habis misi ini kelar maka ia akan menghajar mereka.

Angek tersenyum di depan Gavin yang sedang sendirian di pojok ruangan ini.

"Hai."

Angel duduk tanpa menunggu persetujuan Gavin.

"Hello ladies."

Gavin mengedipkan matanya genit. Dalam hati Angel ingin sekali menonjok wajah Gavin.

"Kenalin, Angel."

Angel mengulurkan tangannya dan disambut baik oleh Gavin. Tangan Angek diremas oleh Gavin dan membuat Angel ingin meremukkan tangan Gavin.

"Gavin."

Gavin dengan lancang mencium tangan Angel.

Angel segera menarik tangannya karena mendadak jijik.

"Sendiri?."

"Gak. Tadinya sih sendiri tapi setelah ada kamu sekarang udah gak sendiri."

Mual.

Angel ingin mual mendengar rayuan picisan Gavin.

Angel pun memulai segala percakapan tapi entah bagaimana ceritanya sekarang ia berakhir dipelukan Gavin.

"I Want You."

Angel tak menjawab tetapi tangannya berada di saku dan mengambil sapu tangan yang sudah ia persiapkan dari tadi.

Angel bangkit dan tersenyum manis ke arah Gavin. Angel mendekatkan wajahnya dan disambut baik oleh Gavin.

Gavin mendekatkan wajahnya ke arah wajah Angel. Bodohnya Gavin menutup matanya.

Sebelum benar-benar bibir mereka bertemu, Angel lebih dulu membekap mulut Gavin dengan sapu tangan itu.

Gavin meronta tapi nyatanya reaksi dari obat tidur yang ada di sapu tangan itu bekerja lebih cepat. Gavin pingsan dan Angel tersenyum lega.

Akhirnya tugasnya untuk menangkap Gavin selesai. Teo mendekat dan memberikan kedua jempolnya ke arah Angel.

"Lo hebat deh Ngel."

"Bodo. Urusin nih."

Angel bangkit dan segera menuju toilet untuk membasuh tangannya. Mendadak Angel mual dengan aroma Gavin yang menempel padannya.

Tanpa Angel sadari jika di toilet ini ada Stefani. Angel tersenyum licik.

Dengan sengaja Angel menyenggol Stefani yang sedang memakai lipstiknya.

"Sorry mbak."

Stefani menatap sengit Angel dan dibalas cengiran oleh Angel.

"Kalau punya mata tuh dilihat ada orang kagak saat lewat. Lihat nih!."

Stefani menunjuk sebuah garis agak panjang di wajahnya yang berwarna merah darah.

Dalam hati Angel menahan tawa yang ingin sekali meledak.

"Sorry mbak. Saya agak mabuk dan pusing. Jadi jalan saya gak lurus terus nabrak mbak."

"Fu*k."

Stefani memilih mengabaikan Angel dan segera membenahi riasannya. Angel segera masuk ke dalam salah satu bilik tilet di sini.

Angel berusaha menahan tawannya karena ia yakin Stefani masih ada di sini.

Saat dirasa Stefani sudah keluar, Angel segera keluar dari persembunyiannya dan segera mencuci tangannya.

Angel melihat pada kaca jika ia terlihat cantik jika menggunakan dress hitam. Harusnya kalian tau jika di dalam lemari Angel, semua pakaian santai maupun formal Angel didominasi warna hitam dan biru tua.

Angel segera keluar dari toilet karena dirasa jika ia sudah lama disini dan melupakan tugas satunya.

Angel melihat Rai yang sedang memapah tugas keduannya.

"Kayaknya kita kudu balek deh."

Angel terkekeh saat melihat wajah kesal Yulia.

"Lo sih enak godain yang ganteng. Gue malah lo kasih tua bangka. Bangs*t emang lo."

Angel dan Teo pun tertawa sedangkan Rai terkekeh.

"Sorry Yul. Tapi lo cocok kok buat godain tua bangka ini."

"Kalau bukan demi gaji mana mau gue kayak gini."

Yulia pergi duluan dan disusul oleh Rai membawa tugas 2 dan Teo membawa tugas 1. Angel masih terkekeh sambil mengekori timnya.

Tanpa mereka sadari jika sedari tadi mereka diawasi oleh seseorang.

"Ternyata nona muda begitu cantik."

Laki-laki itu tersenyum penuh arti sambil memandang ke arah Angel yang masih setia tersenyum.

🏵