webnovel

Kiss me

Angel merebahkan dirinya saat tiba di kamar. Entah kenapa atmosfer dari kasurnya begitu besar. Mungkin karena Angel lelah.

Angel sempat menutup matanya tapi lagi-lagi terganggu karena ingat jika di bawah ada keluarga Varo.

Tentu saja tujuan mereka datang untuk membahas tentang pertunangannya dengan Varo.

Angel segera bangkit dari acara rebahannya san segera mandi agar tubuhnya fresh.

Angel mandi sekitar lima belas menit dan keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang menutup dari dada hingga pahannya.

Angel kaget saat melihat Varo sedang berdiri membelakanginya. Varo melihat foto dirinya saat wisuda.

"Varo! Kenapa lo masuk kesini tanpa ijin dulu sih?."

Angel segera menggapai selimut dan menutupi dirinya.

Varo tersenyum manis tapi memuakkan untuk Angel.

"Tadi kamu mandi. Aku ketuk pintu kamu tapi gak ada jawaban. Jadi aku masuk aja."

"Ya tunggu nyampe aku jawab dong. Ini kamar cewek."

"I know."

"Keluar. Aku mau pakai pakaian."

Bukannya keluar, Varo malah mendekat ke arah Angel. Otomatis Angel mundur.

"Mau ngapain kamu mendekat?."

"Hanya ingin memastikan sesuatu."

Angel mundur dan Varo tambah mendekat ke Angel.

"STOP! Jangan mendekat."

"Why?."

Angel merasa wajahnya memanas saat wajah Varo tepat di depannya. Angel terpojok antara dinding dan tubuh tegap Varo.

Shit! Varo wangi banget. Batin Angel berteriak saat aroma tubuh Varo mampir ke penciumannya.

"Ka..kamu mundur deh."

Angel memalingkan wajahnya saat wajah Varo mendekat. Kedua pipi Angel memerah entah kenapa.

"Kamu cantik dan.. wangi."

Kedua tangan Angel meremas selimut yang menutupi tubuhnya. Kedua pipi Angel tambah memerah.

"Varo.. aku mau pakai baju. Please keluar dong."

"Kalau aku gak mau?."

Brengsk banget sih Varo.*

"Aku bakal teriak nih."

"Teriak aja. Palingan yang ada acara pernikahan kita akan dimajuin."

Angel langsung menegang. Yang dikatakan Varo benar.

"Mending kamu menyingkir dari hadapan ku dulu deh. Aku mau cari pakaian ku."

"Sure. Tapi.. ada syaratnya."

"Katakan."

"Kiss me."

Angel langsung menoleh ke arah Varo. Angel melihat senyuman di wajah Varo.

"Ha.. Gak mau."

Varo semakin merapatkan tubuhnya ke Angel. Sedangkan Angel menegang di tempat. Selama ia hidup, tak pernah ada cowok yang sedekat bahkan seintim ini dengannya.

"Lakukan atau aku yang akan melakukannya."

fuk! .* Angel mengutuk Varo di dalam hatinya.

"Fine."

Angel mengecup sekilas pipi Varo.

"Udah kan?."

"Gak."

"Hah?."

Varo tanpa ba bi bu langsung mencium Angel. Angel yang tak siap hanya bisa menegang dan pasrah saat Varo menciumnya.

Mereka terlalu terlena akan ciuman mereka sehingga tak menyadari kehadiran orang lain di kamar Angel.

"EHEM!."

Varo langsung melepaskan ciumannya dan menatap tak suka ke arah orang yang sudah beraninya menginstrupsi kegiatannya. Tapi kemudian tatapan Varo melembut saat melihat orang itu.

Ternyata Ayah Angel yang berdiri di ambang pintu dan menatapnya dengan tatapan tajam.

"Om.."

"Ku kira ada apa sehingga kalian lama turunnya. Ternyata sedang sibuk. Angel..kenapa kamu pakek selimut?."

Angel gelagapan saat ayahnya penasaran dengan dirinya yang memakai selimut.

"Itu yah.. anu itu.. "

"Angel habis mandi om."

Varo memotong ucapan Angel yang mendadak gugup.

"Oh. Cepat sana ganti pakaian dan Varo.. kamu turun dengan saya. Bahaya kalau kamu disini lama-lama."

"Iya om."

Ayah Angel pergi meninggalkan mereka dan membuat suasana mendadak hening.

"Cepet sana pergi."

Angel langsung mendorong Varo keluar dari kamarnya dan langsung mengunci pintu saat Varo sudah berada di luar kamarnya. Angel bersandar di pintu dan memegang jantungnya yang tak berhenti berdetak kencang.

Ia tak boleh terbawa suasana dan terlibat perasaan pribadi ke Varo. Tidak boleh.

Varo di luar kamar Angel tersenyum. Dirinya senang saat Angel tak menolak ciumannya. Varo memutuskan untuk turun duluan tanpa menunggu Angel.

Sekitar sepuluh menit kemudian Angel turun dan duduk disebelah maminya.

Suasana yang tadinya begitu ramai mendadak senyap setelah kedatangannya.

"Mari kita mulai pembicaraan ini dari niat kedatangan kami. Setelah kami berunding dengan keluarga besar kami, kamimemutuskan untuk melamar Angel untuk Varo."

Angel hanya menatap datar ke arah ayahnya yang bungkam dengan pernyataan ayah Varo. Ayah Angel menatap balik Angel.

"Aku menyerahkan segalanya di tangan Angel.".

Ayah Angel menyerahkan keputusan lamaran ini ke Angel karena nantinya yang akan menjalani kehidupan rumah tangga adalah Angel. Bukan dirinya maupun istrinya.

Jadi beliau merasa tak berhak untuk menerima atau menolak lamaran dari keluarga Varo.

"Bagaimana nak Angel?."

Tangan Angel diremas oleh maminya tanda untuk Angel menyetujui lamaran dari keluarga Varo.

Angel menatap Varo yang juga menatapnya. Angel kemudian mengalihkan tatapan matanya ke arah Maminya.

Angel melihat ada rasa bahagia yang teroancar dari kedua bola mata maminya.

Angel tau jika maminya sangat berharap Angel menikah dengan Varo tapi Angel belum siap.

Angel tak bisa menikah dalam waktu dekat ini tapi lagi-lagi Angel tak bisa menolak lamaran ini.

"Angel.. terima."

Mereka semua langsung tersenyum bahagia.

"Terima kasih nak Angel sudah mau menerima lamaran Varo."

Angel tersenyum tipis dan itupun terpaksa karena mimpinya akan direnggut paksa darinya.

Angel masih ingin bebas tapi ia sadar cepat atau lambat hal ini akan terjadi.

"Bagaimana kalau kita adakan acara pertunangan minggu ini? Bukankah lebih cepat lebih baik?."

Ayah Varo meminta pendapat dari kami.

"Bagaimana kalau langsung menikah saja?."

Semua orang langsung menatap Varo. Ucapan Varo begitu mengagetkan mereka.

Angel menatap horor Varo yang sedang tersenyum ke arahnya.

"APA?!."

🏵