webnovel

Keluarga

Angel pingsan di pelukan Varo dan segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Awalnya Riyan ingin ikut dengan Varo tapi Varo sudah terlanjur muak dengan muka Riyan yang ingin segera ia kuliti.

Varo menolak mentah-mentah niatan Riyan untuk ikut dirinya ke rumah sakit. Tapi nyatanya Riyan tetap ikut walaupun tanpa persetujuan dari Varo.

Varo menatap ruang UGD yang masih setia tertutup dan tak memperbolehkan Varo ikut masuk.

Dokter keluar dari dalam ruangan dan diikuti dengan beberapa orang yang mendorong brangkar berisi Angel keluar.

Varo berdiri dan menghampiri dokter itu. Riyan pun berdiri dan mendekat ke arah dokter.

"Bagaimana keadaan Angel, uncle?."

Dokter yang dipanggil uncle oleh Varo pun tersenyum dan menepuk pundak Varo.

"Dia tak papa. Hanya saja perutnya kosong seharian yang membuat asam lambungnya naik. Apalagi sepertinya dia baru saja melewati hari yang buruk karena matanya bengkak. Dia harus banyak istirahat. Biarkan dokter Angel dirawat selama 2 hari disini. Jangan lupa berikan dokter Angel makan saat ia sadar nanti. Sekalian berikan obat dengan resep ini."

"Terimakasih uncle."

Varo tersenyum dan dokter itupun pergi.

"Pergilah."

Varo mengusir dengan cara "halus"nya atas ketidaksukaannya terhadap kehadiran Riyan disini.

Varo melangkah pergi tapi pundaknya dicekal Riyan. Varo menoleh dengan tatapan tajam ke arah Riyan.

"Apa mau mu?."

"Aku ingin melihat adik ku."

Riyan membalas tatapan tajam Varo. Segera Varo menyingkirkan tangan Riyan dipundaknya.

"Anda tak punya hak untuk melihat tunangan ku."

"Tunangan? kau baru berstatus sebagai tunangannya belum suaminya. Sedangkan aku adalah kakaknya."

Varo tersenyum meremehkan ke arah Riyan yang sedang menahan kemarahan yang terlihat dari matanya.

"Kakak? sepertinya anda tuli. Tadi dengan sangat jelas Angel bilang kepada anda untuk tidak menemuinya lagi. Anda bukan lagi kakaknya."

Riyan mengepalkan tangannya.

"Aku kakaknya. Sampai kapanpun aku tetaplah kakaknya. Disini aku KELUARGANNYA. Kau hanyalah tunangan yang bisa kapan saja diputuskan hubungan itu."

Riyan akan pergi tapi kini gantian Varo yang mencekal tangan Riyan. Varo menatap tajam Riyan.

"Kalau saja ini bukan demi Angel. Kau pasti sudah berada di kuburan menemui ajalmu bersama wanita jalang mu ini."

Stefani yang daritadi berada di dekat Royan dan terdiampun semakin merapatkan tubuhnya dibelakang tubuh Riyan karena takut dengan aura Varo.

"JAGA UCAPAN MU ALVARO!."

Varo terdiam dan melirik sekitarnya yang mulai ramai didatangi oleh orang-orang dan para pegawai rumah sakit.

"Kau lah yang harusnya tau diri. Kita berada di rumah sakit dan pelankan suaramu. You're too noisy."

"Kau!...."

"Tuan, tolong pelankan suaramu. Ini di rumah sakit. Kasihan yang sedang sakit. Kalau berantem tolong jangan disinu. Jaga ketenangan lingkungan ini."

Ucapan Riyan terhenti karena seorang perawat datang dan memperingati mereka.

"Sebaiknya kau pergi. Angel tak pernah memiliki kakak sepertimu. Cukup diriku sendiri saja yang merawat dan menjaga Angel."

Varo langsung pergi tanpa menoleh ataupun menanggapi omong kosong Riyan dan jalangnya.

Riyan begitu marah karena ucapan Varo. Dia masih kakaknya dan tentu saja keluarga Angel. Riyan membenci Varo. Sangat membencinya.

Segera Riyan dan Stefani pergi dari sana karena malu dilihat oleh banyak orang dan ditatap seperti pasangan yang habis digrebek.

Varo melihat Angel terbaring lemah dengan tangan tertancap infus. Varo memegang tangan kiri Angel dan meletakkanya di pipinya.

"Tangan mu begitu keci dan dingin."

Varo tak berbohong saat tangan Angel begitu dingin saat menyentuh pipinya.

Varo membelai wajah pucat Angel tapi masih terlihat cantik dimatanya.

"Bangunlah."

Hening

Angel tetap menutup matanya rapat enggan untuk bangun dari tidurnya. Varo tak mengerti dengan hatinya yang mulai mengkhawatirkan Angel tadi.

Apa ia sudah mulai jatuh cinta dengan Angel? atau hanya sebuah kekaguman belaka saja? Varo tak tau akan hal itu.

Tapi yang Varo tau jika hatinya sakit saat melihat Angel menangis tadi. Rasanya Varo ingin membalas siapa saja yang sudah membuat kedua mata indah Angel bengkak.

Varo mengusap kedua mata bengkak Angel yang tertutup. Varo tersenyum. Entah karena alasan apa. Varo berdiri dan membungkukkan tubuhnya.

Wajah Varo tepat di depan wajah Angel yang sedang terlelap.

"Dongeng entah apa aku lupa judulnya, menceritakan kalau ada seorang putri yang tertidur dan hanya bisa bangun oleh ciuman seseorang yang menjadi cinta sejatinya. Mari buktikan apakah dongeng itu benar."

Varo sudah bersiap-siap ingin mencium Angel tapi lagi-lagi nasib tak berpihak padanya. Pintu ruang inap Angek dibuka dengan sangat kasar oleh seseorang.

"Oh maaf. Sepertinya kita datang disaat tidak tepat."

Varo menatap orang itu dengan tatapan tak suka. Kakaknya memang sangat ahli menghancurkan suasana.

🏵