webnovel

Angela Wang

Angel sudah tiba di cafe Griffin sesuai arahan Riyan pukul 10 malam tepat. Ternyata Cafe ini dibooking oleh seseorang dari sore. Sudah dipastikan itu Glen.

Angel mengedarkan pandangannya dan tertuju pada meja pojok dimana ada dua orang laki-laki. Satu berdiri dan satu duduk. Pasti Glen yang duduk. Angel segera menghampirinya.

Glen yang sadar akan kedatangan seseorang langsung menoleh dan tersenyum.

"Ah.. saya kira nona tak akan datang."

Angel tak tersenyum dan langsung duduk di hadapan Glen.

"Tak usah basa basi dan langsung katakan apa yang harus saya lakukan sekarang?."

Glen tersenyum.

"Nona muda sudah dewasa."

Angel memicingkan matanya.

"Kau mengenal saya?."

"Jauh sebelum kita bertemu hari ini."

"..."

"Nona Angel, saya tak akan basa basi. Saya mendapatkan perintah dari tuan Riyan untuk membimbing anda memimpin klan menggantikan tuan Riyan sementara waktu. ."

Glen berdiri dari duduknya dan membungkukkan badanya ke Angel.

"Saya Glen Daron. Siap melayani nona muda."

"Hmm.. duduklah."

Glen kembali duduk. Orang di samping Glen memberikan map ke Glen.

"Ini adalah beberapa hal yang harus nona muda baca dan tanda tangani."

Glen mengulurkan mapnya dan diterima oleh Angel. Segera Angel membacanya dengan seksama.

"Angela Wang?."

"Nama nona muda harus disamarkan. Apalagi markas besar di China. Sehingga nama nona muda haruslah menyesuaikan. Tentu saja nama itu akan segera di dukung dengan dokumen lainnya setelah nona muda tanda tangan semuanya."

Tanpa pikir panjang Angel segera menandatanganinya.

"Ah satu lagi nona muda... Nanti saat nona muda memimpin klan, akan ada saatnya nona harus ikut saya ke China untuk mengurus klan. Karena itu nona muda hanya memiliki waktu satu bulan untuk menyelesaikan urusan disini."

Angel menghela nafas lelah.

"Tak bisakah kau memberikan ku waktu agak lama?."

"Maaf nona muda. Tak bisa. Karena akan ada pertemuan besar antar klan yang nantinya semua para petinggi masing-masing klan hadir. Kami tak bisa membiarkan kursi nona kosong."

"Berapa hari?."

"Acara akan diadakan di sebuah hotel ternama disana. Kami akan mengatur jadwal nona. Tahun kemarin, acara diadakan 4 hari 4 malam."

"Akan ku usahakan."

"Nona tetap harus hadir."

"Ya. Jika sudah tak ada lagi yang dibicarakan, aku mau pulang."

Glen mengulurkan kartu namanya.

"Jika nona butuh apapun. bisa menghubungi saya disini."

Angel mengambil kartu nama itu dan segera pergi dari sana.

Glen tersenyum karena bisa melihat nona mudanya tumbuh dengan baik dan tentunya nonanya tak polos.

"Tuan.. nona muda persis dengan tuan besar."

"Ya. Mereka sama."

🏵

Angel tiba di rumah neneknya saat jam sudah menunjukkan pukul setengah 12 malam. Neneknya masih terjaga dan membuka pintu untuknya tadi.

Sedikit omelan Angel terima dari neneknya karena terlalu bekerja keras hingga malam.

"Ah.. aku lupa soal surat resignnya."

Angel segera membuat surat resign yang akan ia ajukan besok. Inilah keputusan akhir Angel. Melepaskan profesi dokter psikolognya.

🏵

Pagi ini Angel sudah mendapatkan rayuan maut dari direktur rumah sakit. Direktur sangat ingin Angel tetap stay tapi mau bagaimana lagi jika Angel kekeh mau mundur dari dunia dokternya dan fokus dengan hal lain. Dengan terpaksa direktur rumah sakit menyetujuinya.

Angel segera melihat ke sekelilingnya dan kaget saat melihat siluet Varo. Angel mengucek matanya dan itu benar-benar Varo yang sedang datang menuju arahnya.

"Hai.."

Angel hanya diam saat Varo menyapanya.

"Maaf.. karena aku hilang tanpa kabar."

So what?

"Hmm..."

Angel tersenyum saat melihat taksi berhenti. Segera Angel menuju taksi itu tapi tangannya dicekal oleh Varo.

"Mau kemana?."

"Pulang."

"Ku antar?."

"Gak perlu. Ada taksi."

Angel berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Varo tapi gagal.

"Jika kau terus memberontak melepaskan tangan mu dari ku. Maka aku tak segan-segan akan mencium mu di depan semua orang "

Angel melotot horo ke Varo.

"Fine."

Angel lelah dan tak ingin berdebat dengan Varo. Apalagi dada kirinya timbul rasa sakit lagi karena mungkin akibat tangannya ditarik kencang oleh Varo tadi.

Varo tersenyum dan segera menuntun Angel ke mobilnya yang terparkir tak jauh dari mereka.

"Ayo kita pulang."

Angel diam selama perjalanan dan baru saat Varo membawanya pulang ke apartemennya bukan ke rumah neneknya.

"Kenapa kau membawa ku ke sini?."

"Ini rumah kita."

Varo membukakan pintu untuk Angel.

"Ini bukan rumah ku."

"Ini rumah kita. Aku tak bilang ini rumah mu."

"Aku ingin pulang."

Angel ingin berbalik pergi tapi lagi-lagi tangannya ditarik kencang oleh Varo dan itu menimbukan rasa sakit di dada kirinya.

"Akh.."

Angel meringis menahan sakit. Varo tak sadar jika Angel baru saja meringis.

"Kau tak akan kemanapun hari ini."

Tanpa kata satupun Varo menarik Angel masuk ke dalam apartemennya.

"Duduk."

Varo melepaskan cengkeraman tangannya dari Angel dan mendudukkan Angel di kursi.

Varo jongkok di depan Angel dan meletakkan kedua tangannya disisi tubuh Angel.

"Malam ini.. kita tunangan."

Angel menatap tajam Varo.

"Kau tak pernah membicarakan hal sepenting ini dengan ku. Lalu apa gunanya pendapat ku jika pada akhirnya kalian yang menentukan segalanya."

Varo tersenyum.

"Jika kita tak bertunangan sesegera mungkin.. mungkin akan ku lakukan hal nekat untuk mengikat mu agar tetap disisiku."

Varo menumpukkan kepalanya di paha Angel.

"Bagaimana kalau kita tak menikah?."

Sunyi. Varo tak menjawab pertanyaan Angel.

"Kau hanya perlu duduk manis tanpa harus memikirkan kedepannya. Biarkan aku berfikir tentang rencana pernikahan kita. Malam ini kita akan bertunangan, seminggu kemudian kita akan menikah."

Angel tersenyum sinis. Varo benar-benar akan mengekang hidupnya jika pernikahan ini berhasil. Angel harus membuat rencana pembatalan pernikahan mereka secepat mungkin.

Varo menatap Angel dalam. Tangan kanan Varo memegang pipi Angel.

"Sebentar lagi akan ada orang yang akan merubah mu menjadi bidadari ku malam ini."

Varo berdiri dan mencium dahi Angel.

"Mandilah, sayang."

Tanpa kata, Angel beranjak pergi dan masuk ke dalam kamar Varo dan tak lupa membanting pintu.

"Maafkan aku Angel.. ini semua demi kita."

It's a lie. Varo melakukan segalanya untuk dirinya sendiri.

🏵

Pada awalnya Angel menolak untuk didandani karena ia tak mau menghadiri acara pertunangan sepihak ini. Tapi pada akhirnya Angel menurut karena Varo mengamuk setelah tau Angel memberontak

Sumber : Pinterest

Angel menatap gaun yang ia pakai sekarang. Simple tapi elegan. Hanya saja di cermin, tak ada raut kebahagiaan.

Varo entah muncul sejak kapan tapi ia memeluk Angel dari belakang.

"Kau cantik."

Varo mengecup bahu Angel yang terbuka.

"Haruskah kita percepat pernikahan kita?."

"..."

Varo menghembuskan nafas lelah saat Angel sama sekali tak menggubris maupun membalas segala perkataannya.

"Kita sudah terlambat. Ayo."

Varo menyeret Angel untuk menghadiri acara pertunangan mereka.

🏵

Angel melihat sekeliling mereka dengan malas. Kebanyakan tamu undangan adalah rekan maupun kenalan Varo. Hanya keluarga Varo dan keluarganya sendiri yang ia kenal.

MC sudah membuka acara dan tanpa basa basi langsung ke acara ini. Pertukaran cincin.

Seorang anak kecil perempuan berjalan mendekati mereka sambil membawa keranjang penuh bunga yang sudah disusun rapi dengan kotak beludru merah di tengah bunga.

Varo mengambil kotak beludru itu setelah mencium pipi anak kecil itu. Varo segera membuka kotak beludru itu dan menampilkan sepasang cincin.

Varo mengambil cincin ukiran cantik itu dan memasangkannya ditangan kiri Angel. Semua orang bertepuk tangan sambil berbisik-bisik karena Angel tak tersenyum maupun kelihatan bahagia. Hanya ada raut kecewa dan terpaksa yang terlihat.

Kini giliran Angel yang harus memasangkan cincin yang satunya ke Varo. Angel sudah mengambil cincin itu dan akan memasangkannya di tangan kiri Varo.

Angel terdiam saat hatinya tak sanggup untuk melakukan hal ini. Hatinya menolak.

"Angel.."

Angel menatap Varo datar. Begitupun Varo yang menatap tajam Angel.

"Aku.. tak bisa melanjutkan ini lagi."

Semua orang kaget dengan perkataan Angel. Varo segera meraih tangan Angel dan membawanya pergi.

Varo membawanya ke arah salah satu kamar hotel yang mungkin sudah Varo booking.

"Apa-apaan ini Angel?."

Varo menghimpit Angel dengan tembok.

"Aku gak bisa Varo."

"Apanya yang gak bisa, Ngel? Jangan membuat ku marah. Tinggal masukkaan cincin saja apa susahnya?."

Angel menatap sinis Varo.

"Hati ku tak sanggup Varo. Hati ku."

Angel berteriak tepat di muka Varo. Bukanya marah, Varo malah tertawa.

"Aku suka kau saat memberontak seperti ini. Wajah cantik mu saat marah membuat ku ingin menghabisimu."

Varo sudah meletakkan tangannya di leher mulus Angel dan seolah-olah akan mencekik leher mulus itu.

"... why me?."

"Because I like you."

"Kau tak mungkin punya rasa itu. Kau hanya penasaran pada ku. Aku yang memberontak dan sulit diatur membuat mu tertantang. Sejak awal kau ingin membunuh ku seperti korban jalang-jalang mu itu."

Varo sedikit mengeratkan cekikannya.

"You know me. But you don't understand me."

Angel masih menatap Varo dengan tajam.

"Lakukan. Apalagi yang kau tunggu? bunuh saja diriku."

Varo melepaskan cengkeramannya dan memilih mencium Angel. Mata Angel melotot karena tak siap dan kaget dengan perbuatan Varo.

Varo begitu bersemangat mencium Angel sampai perlawanan Angel tak berarti. Varo melepaskan ciumanya saat mereka kehabisan nafas.

"Mine."

Angel mengelap bibirnya dengan kasar. Varo yang geram langsung mencengkeram tangan Angel.

"Kau harus melanjutkan apa yang tertunda malam ini. Kau tau bagaimana diriku bukan? Kalau kau tak mau melanjutkan acara malam ini.. kita bisa melanjutkannya di kasur. Aku tak akan keberatan."

Angel segera memberontak dari cengkeraman Varo yang menyakiti tangannya.

"Varo! Lepaskan tangan ku. Kau menyakiti ku."

"Aku suka wajah kesakitan mu."

"Fine."

Varo tersenyum dan melepaskan tangannya.

"Ayo kita lanjutkan apa yang harusnya kau lakukan. Jangan tunjukkan wajah kusut mu. Kau terlihat seperti terpaksa."

Memang terpaksa.

Mereka keluar dari kamar hotel dan segera menuju ballroom hotel. Semua orang menatap heran mereka.

"Maaf atas ketidaknyamannya. Tadi Angel hanya sedang lelah karena perjalanan jauh dan tak sanggup untuk melanjutkan pertunangan. Tapi sekarang keadaan Angel sudah membaik dan acara pertunangan dilanjutkan."

Angel dengan senyum paksaan memasangkan cincin pertunangan mereka. Para tamu undangan masih berbisik-bisik karena melihat raut wajah lelah dan terpaksa di wajah Angel.

Acara pertunangan sudah selesai dan Angel kini resmi menyandang status sebagai tunangan Alvaro. Besok pasti akan ada banyak sekali berita tentang mereka.

Angel benci menjadi pusat perhatian masyarakat. Ia tak butuh perhatian mereka yang terlewat perhatian. Angel hanya ingin kedamaian dan itu menjadi misinya dalam waktu satu minggu ini.

Angel tak akan rela jika akhirnya ia pasrah menikah dengan psikopat itu.

Angel tak akan pernah menyerahkan hidupnya pada Varo.

🏵

Tbc

🏵