webnovel

YOU AND ME? THEN HIM?

Kehidupan lelaki bernama Rivarrel Avandy Ryszard yang tenang seketika saja berubah drastis saat beberapa orang dari masa lalunya mengungkap kehidupan lama. Ingatannya tentang masa lalu membuat ia kembali menjadi sosoknya saat itu. Saat dimana ia begitu dekat dengan orang-orang tersebut. Sesosok orang yang ia kenal menjadi musuhnya saat itu. Sayangnya, Rivarrel sama sekali tidak mengetahui siapa dia. Dan berbagai masalah pun mulai terjadi. Kejadian-kejadian tak terduga mulai menghantui kehidupan Rivarrel yang tenang. Orang-orang dari masa lalu mencoba untuk menyelamatkannya dari beberapa kejadian tersebut. Apa yang akan dilakukan mereka? Lalu bagaimana Rivarrel menjalani hidupnya yang semakin terancam? Dan siapa sosok yang dikenal Rivarrel itu? Silahkan dibaca.

ookamisanti_ · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
135 Chs

Chapter 15

"Boy, gue ada satu permintaan dan loe harus janji sebelum kita bertarung" ujar Jeffrey menatap Leader Kink yang bernama Boy itu dengan sangat sinis. Begitupula sebaliknya.

"Apa?"

"Jika salah satu diantara geng loe ataupun gue ada yang melayangkan nyawanya. Gue mohon loe dan teman-teman loe gak buat generasi seterusnya dan bubar disini. Dan gue harap loe menepati janji itu."

"Oke. Gue setuju dan gue harap diantara kita, gak ada yang melayangkan nyawanya." ucap Boy dengan senyum manisnya. Jeffrey membalas senyum itu dan tiba-tiba senyuman tersebut berubah menjadi senyuman devil. Dimata mereka terlintas sebuah kebencian yang terpendam. Dan akhirnya perkelahian pun dimulai. TG8 maupun Kink sama-sama saling menghantamkan tinju mereka ke wajah lawannya.

"AVAN ... AWASSS ..." Teriak Jeffrey kebingungan sendiri saat Avan sedang menghajar lawannya dan lawan lain akan memukul Avan dari belakang. Avan menengok dan segera menendang lawannya tersebut. Mereka kembali berkelahi. Tanpa mereka sadari dibelakang sebuah pohon ada seorang lelaki yang sedang memata-matai pertempuran mereka. Dan target pistol itu mengarah ke tubuh Avan.

DOR!

DOR!

DOR!

"AVAN!"

"AVAN?"

"Avan!"

Sebuah tembakan mengenai tubuh Avan sebanyak 3 kali. The Grazon 8 pun meneriaki Avan yang sudah tersungkur di tanah dengan darah yang mengucur keluar. Tembakan itu mengenai dada dan perut Avan. Tentu saja hal itu membuat Avan mengerang kesakitan. Mereka pun menghampiri Avan dan menyamai tubuh Avan.

"Van... banguun.." kata Naira sambil memangku kepala Avan dipahanya.

"Van, sadar, Van" kata Stev panik. Begitupula dengan yang lain.

"Haha, so-sorry... Gu-gue lengah, hehe." kata Avan sempat tertawa kecil ditengah kesakitannya. Dengan susah payah ia mencoba untuk berbicara kepada keenam kakak kelasnya sekaligus sahabatnya itu.

"Ck, loe gak salah. Kita yang salah, kita yang gak ngelindungi loe." kata Jeffrey dengan suara yang parau. Sepertinya ia ingin menangis.

"Eng-enggak kok" kata Avan.

"Van, gue mohon bertahan. WEI PANGGILIN AMBULAN DONG." teriak Stev frustasi. G.B mencoba untuk menghubungi ambulan dari rumah sakit terdekat.

"Sial! Responnya lama." decaknya. Stev langsung mengambil ponsel G.B dan menelpon pihak rumah sakit.

"Gu-gue mohon sama ka-kalian. To-tolong ja- Arrghh shit!" kesal Avan karena dada dan perutnya semakin sakit.

"Avan!" lirih Alva sedih.

"Jangan kasih tau hal ini sama or-orang lain. Dan ka-kal-Argghh sial! sial! SIAL!" teriaknya frustasi. Sepertinya Avan tak ingin merasakan sakitnya itu. Tapi sekeras apapun ia menahannya, maka rasa sakit itu akan semakin terasa.

"JANGAN KASIH TAU ORANG TUA GUE KALAU GUE MATI GARA-GARA HAL INI." teriak Avan memaksakan diri. Akhirnya ia semakin kesakitan dan hanya bisa mengerang. Melihat hal itu membuat semua anggota TG8 menatap Avan sedih. Bahkan mereka semua menangis.

"Ck, apa-apaan sih loe, Van? Jangan ngomong kayak gitu. Loe pasti bakalan baik-baik aja" kata Zee. Avan hanya tersenyum tipis setelah mendengar perkataan Zee. Tak lama Naira tak merasakan suara erangan Avan. Ia pun menepuk kecil pipi adik kelasnya itu.

"Van? Loe gak apa-apa kan?" tanya Naira memastikan.

"Van?" panggil Jeffrey sambil mengguncangi tubuh Avan.

"AVAN" panggilnya lebih keras. Tak ada respon apapun dari anak kelas 5 SD ini. Ia terbungkam dengan mata yang tertutup. Semua anggota TG8 terdiam dan tiba-tiba saja terlintas dua kata yang sama sekali tak ingin mereka tau. Ya, 'Avan meninggal?' kata itulah yang kini muncul dipikiran mereka.

"AVAN... BANGUN VAN, BANGUN!"

"AVAAANN!!!"

The Grazon 8 histeris telah kehilangan Avan. Dan kini hanya mereka yang tengah berduka. Sedangkan Geng Kink sudah kabur duluan dan tak memperdulikan mereka. Tak lama ambulan datang dengan cepat akibat paksaan Stev tadi. Mereka segera membawa Avan ke rumah sakit. Mereka sangat cemas jika lelaki itu benar-benar meninggalkan mereka. Semoga Tuhan tidak mengambil nyawanya. Itulah doa dari sahabat-sahabat Avan.

*****

Sesampainya di rumah sakit, tubuh lemah Avan langsung dibawa ke dalam ruang unit gawat darurat. Terlihat satu dokter masuk ke dalam sana dengan para suster.

"Ah, maaf sebelumnya, apa kalian keluarga pasien?" tanya dokter itu. Stev langsung menghampirinya.

"Saya kakaknya. Ada apa dok?" tanya Stev berbohong. Ia melakukan hal itu agar Avan cepat-cepat ditangani.

"Avan harus di operasi. Salah satu peluru itu hampir mengenai ginjalnya. Kami harus mengambil peluru itu, maka kami meminta agar Avan di izinkan untuk di operasi." jelas dokter itu. Stev mengangguk. Tak lama ia dan dokter itu pergi meninggalkan UGD. Ternyata Stev diminta untuk menandatangani surat izin operasi. Karena dirinya mengaku sebagai kakak Avan, maka ia harus menandatangani surat itu.

Setelah selesai, mereka kembali ke ruang UGD dan Avan dipindahkan ke ruang operasi. Hari ini juga Avan harus di operasi sebelum terjadi hal yang tidak diinginkan. Tentu saja TG8 pun ikut pindah dan kini mereka berada didepan ruang operasi menunggu selesainya operasi.

Jeffrey yang terduduk dikursi ruang tunggu pun hanya diam dan terlihat sangat cemas. Begitupula dengan Stev padahal G.B sudah sedikit menghibur kedua sahabatnya itu. Begitupula dengan 3 gadis itu, mereka hanya bisa mengkhawatirkan keadaan Avan. Bahkan mereka tak menyangka semuanya akan berakhir seperti ini. Semoga Tuhan memberikan keajaiban terhadap adik kelas mereka itu.

Sudah 2 jam berlalu, dokter tak kunjung keluar dari ruang operasi. Pasti didalam sana semuanya berjuang dengan keras menyelamatkan anak laki-laki kelas 5 SD itu.

CLEEKK!

Bersambung ...