Part 5
Cathlyne Alexandra Van Deugh
Cathlyne Alexandra Van Deugh, itulah namaku. Mungkin kalian akan bertanya kenapa namaku mirip sekali dengan namanya Alexious Van Deugh, melihat ini karena papaku masih ada hubungan kerabat jauh dengan Ayahnya Alexious. Walaupun begitu aku tetap saja hanya orang biasa yang tidak ada yang harus ditampilkan.
Aku mempunyai sahabat yang bernama Elina Luxiana, pertama kali aku melihat dia kurasa dia bukan tipe orang yang mau berteman dengan yang lain. Tapi aku salah Elina dia orang sangat baik juga ramah. Dia selalu ada disaat aku susah dan senang, untuk pertama kali dalam hidup aku mendapatkan sahabat yang baik seperti ini.
*****
Beberapa hari yang lalu aku mendapat telefon dari Elina, aku mendengar dari suaranya dia, sepertinya dia mendapatkan masalah lagi dengan Alexious. Tak membuang waktu, aku langsung bergegas menuju tempatnya. Sesampai ditempat yang dimaksud, ternyata Elina sedang berada disebuah kafe sambil menundukan kepalanya diatas meja kafe.
Aku melihat bahwa dia sedang memikirkan sesuatu yang mungkin tidak bisa dia jawab. Tidak butuh waktu lama, akupun memasuki kafe itu dan menghampiri dia. Diapun menyadari kehadiran diriku, saat itu dia langsung saja memelukku dan langsung menceritakan semua apa yang terjadi padanya.
"Aku harus bagaimana, Cath. Kenapa harus terjadi padaku sih." Sahut Elina yang memulai percakapan kita.
Wajah yang senduh baru aku pertama kali lihat. Aku tidak menyangkan pertemua dia dengan Alexious akan membuatnya menjadi tidak karuan seperti ini. Sebenarnya aku juga heran kenapa Alex, memutuskan untuk menikah tapi dengan cara seperti itu. Tapi aku juga tidak menyalah Alex juga, karena kalau aku diposisi dia pasti aku juga akan berfikir demikian.
"Lalu kamu terima begitu saja dengan tawarannya ?" tanyaku lagi pada Elina.
Elina hanya bisa menggelengkan kepalanya saja, rasanya saat ini ingin aku menghajar si Alexious itu. Kenapa dia melalukan hal itu kepada Elina, kenapa dia ingin memanfaatkan Elina hanya untuk kekuasaannya saja. Tak lama aku pun juga terfikir ide gila itu.
"El, bagaimana kamu terima saja tawarannya Alex. Maksud aku, kamu bisa mengambil kertas itu dari tangannya alex saat kamu bisa menjadi pendampingnya dia. Dan alex juga bisa menghentikan gosip itu dengan adanya kamu disampingnya. Kan jadinya kalian sama-sama untung. Ini cuman saran doang sih kalau kamu gak mau, ya aku gak maksa." Jelasku pada Elina.
Elina hanya melihatku sekilas, tak lama Elina pun menganggukan kepalanya tanda kalau dia menuruti semua perkataanku. Walaupun berat ini jalan hidup yang akan dia jalani.
"Iya, kamu benar Cath, tapi apa kamu yakin kita sama-sama saling menguntungkan." Tanyanya dia.
"Yakin, karena kamu itu gadis yang kuat dan gak gampang menyerah. Aku yakin kamu bisa melakukannya."
Dukungan, hanya itu yang bisa aku lakukan untuk menguatkan dia. Namun aku juga tidak sebegitunya percaya dengan Alex. Tanpa sepengetahuan Elina, aku langsung menghubungi Alex dan memberitahukan dimana tempat kita bertemu.
*****
Esok harinya akupun menunggu dicafe tempat aku dan Elina biasa bertemu. Menit demi menit telah terlampaui dengan percuma, memang sih aku datangnya agak terlalu cepat, Tapi itu tidak jadi masalahkan. Saat aku ingin menyeruput minumanku, Alex akhirnya datang. Aku melihat gayanya yang mungkin bisa memancing kemarahan kepada setiap orang yang melihatnya. Gaya yang selalu bikin membuat semua orang merasa seperti orang rendahan, ingin sekali aku menghajar Alex saat ini juga. Tapi aku harus menjaga sikapku ini agar semua orang mencurigai aku, terutama kepada fansnya.
Tak lama matanya pun menuju kearahku yang sedang duduk, dengan langkah seribu dia akhirnya menghampiri diriku ini.
"Hai Cath, apa kabar ? oh iya, bagaimana keadaan paman ?" Tanya dia dengan mimik muka yang sungguh menyebalkan.
"Papa baik ... kamu saja yang tidak pernah menengok pamanmu sendiri." Jawabku sambil memanggil pelayan untuk memesan makanan.
"Syukurlah .. aku kira beliau ada masalah. Terus untuk apa kamu memanggilku kemari ?"
Dengan menghela nafas, aku pun siap memulai pembicara dengan dia. Pembicaraan yang mungkin bisa membuat diri ini semakin kesal
"Ada yang ingin aku tanyakan sama kamu." Jawabku dengan memulai sebuah pembicaraan.
"Apa yang ingin kamu tanyakan ?" Jawab dia lagi, sambil menyeruput kopinya yang baru saja datang.
"Apa maksud kamu terhadap Elina, kamu ingin menyakit dia."
"Kamu tahu Elina dari mana, Cath ?" Tanya dia kepadaku soal nama Elina.
"Elina sahabatku, apa maksud kamu dengan menyodorkan surat kontrak pernikahan itu sama dia. Kamu ingin menyakiti dia, Lex." Marahku pada Alex.
"Jadi dia sahabatmu, aku cuman membantu dia saja. Dengan membantu perekonominya aku kan bisa disebut pahlawan." Jawab dia dengan seenaknya tanpa mikir bagaimana kedepannya.
Kemarahku sudah tidak bisa terkontrol lagi, dengan cepat tanganku menghampiri pipi mulus milik Alex. Aku tidak menyaka bahwa sepupuku yang idiot ini bisa berfikir demikian. Aku merasa malu kepada Elina, untuk memperkenalkan diriku sebagai sepupunya Alex.
"Apa-apaan kamu Cathlyne, beraninya kamu menampar diriku yang merupakan putra mahkota." Teriak Alex dengan menyebut dirinya adalah putra mahkota yang patut dihormati.
Mendengar dia menyematkan gelar putra mahkota, membuatku mual. Aku tidak tahu lagi harus bagaimana menghentikan tingkah Alex ini. Ingin aku bilang kepada yang mulia ratu tentang kelakuan cucu terbaiknya. Cucu yang ia banggakan bisa menjadi raja yang baik bagi rakyat Netherland.
"Tamparan itu sangat pantas buat kamu, Alex. Kamu harus tahu, Elina yang selama ini kamu lihat, dia bukan cewek matre seperti ONS yang pernah kamu ajak kencan. Dia wanita yang luar biasa, dia sangat menjaga kehormatanya sebagai wanita. Dan tidak tidak mungkin menjatukan dirinya hanya untuk harta atau kekayaan. Perlu kamu ketahui, dia masuk Harvard, bukan karena duit orang tuanya, Di masuk Harvard itu karena mahasiswi berprestasi, PAHAM." Jelasku pada Alex dengan nada sangat tinggi.
Alex hanya tersenyum mendengar semua ucapanku. Seakan dia tidak percaya dengan semua penjelasanku, mungkin bagi dia itu adalah hal tabu.
"Hahahaha ... Cathlyne mana mungkin ada wanita seperti itu dijaman modern kayak begini. Dengar ya, wanita seperti itu yang hanya ada 1 : 1 miliyar wanita didunia ini, Ngerti."
"Aku mengerti kok. Dan Wanita itu adalah Elina, jika kamu penasaran, ini aku kasih alamat apartement sederhana milik dia." Jawabku pada Alex, sambil menyerahkan sebuah kertas berisi alamat apartement milik Elina.
"Untuk apa kamu kasih ini padaku. Aku tidak butuh." Jawab dia lagi sambil mengembalikan kertas berisis alamat apartement milik Elina kepada ku.
Aku pun cuman bisa tertawa melihat sikap Alex yang tidak mau tahu dengan latar belakang Elina. Tapi aku tidak menyerah, dengan kriteria yang kerajaan tetapkan Alex harus melihat latar belakang Elina dengan mata kepalanya sendiri.
"Tidak butuh, bukannya seorang wanita yang dilamar olehmu itu harus dengan latar belakang yang baguskan ? makanya Aku kasih alamat dia, supaya kamu bisa menilai sendiri bagaimana orangnya." Jawabku. Tak perlu membuang waktu aku segera meninggalkan Alex, dari cafe tempat aku dan Elina berbagi cerita.
****
Dalam Perjalanan menuju rumah, aku masih memikirkan semua omongannya Alex yang menyebalkan. Mengapa pikiran begitu picik terhadap Elina, seakan dimata dia Elina itu sama seperti wanita lainnya. Sesampainya dirumah, diriku langsung disambut oleh para maid, tidak itu saja saat aku ingin menuju kekamar, salah satu maid menghampiri diriku yang hendak menaiki anak tangga.
"Nona Cathlyne .. tuan dan nyonya sudah menunggu anda diruang makan." Sahut salah satu maid itu.
"Loh, Mereka sudah pulang. Bukannya mereka sedang melakukan perjalanan bisnis ?" Tanyaku pada maid.
"Iya nona, tuan dan nyonya baru saja landing dari perjalanan bisnisnya." Jawab maid itu padaku.
"Baiklah, bilang pada mereka aku akan menyusul keruang makan nanti."
"Baik nona, kalau gitu saya permisi." Jawab maid sambil mengakhir percakapannya. Mendengar kedua orang tuaku pulang, rasa aku ingin mengatakan semua kelakuan keponakan tersayangnya itu pada mereka.
Setelah itu aku lanjutkan langkahku menuju kamar. Sesampainya dikamar, aku langsung membersikan diriku dan sekalian memenenangkan diri. Lima menit kemudian, aku telah menyelesaikan semua kegiatan bersihkan diri ini. Kemudian aku segera menuju ruang makan, dimana orang tuaku sudah menunggu diriku.
Sesampainya diruang makan, aku melihat gambaran keluarga yang harmonis, yang dilakukan kedua orang tuaku.
"Dad .. Mom." Panggilku pada mereka.
"Hay Honey .. bagaimana harimu, sayang. Adakah sesuatu yang menarik ?" Tanya mereka padaku.
"Ada yang baik, ada pula yang buruk, Mom."
"Kok begitu sih, honey. Kamu kalau ada masalah cerita sayang, siapa tahu mommy bisa kasih kamu solusi."
"Mommy tahu kan teman aku yang bernama Elina Luxiana."
"Tahu, memang ada apa dengan dia, sayang ?" Tanya mamaku.
"Alex, mom .. dia cari masalah dengan Elina." Jawabku lagi
"What, kok kamu emnghubungkan Elina dengan Alex, honey."
"Sebenarnya mom, Alex bikin perjanjian kontrak pernikahan dengan Elina, dia menginginkan Elina menjadi putri mahkota kerjaan Netherland, mom." Jawabku dengan sangat lugas.
"What, .. honey, itu sangat buruk. Terlebih lagi buat Elina, honey .. kamu harus berbuat sesuatu uuntuk menyelamatkan Elina."
"Tidak, mom. Aku tidak akan menghentikan niat mereka berdua."
"W.. w..what, but honey..."
"Tapi aku akan memantau, mom. Jika sampai Alex menyakiti Elina, aku tidak akan segan menyuruh Elina untuk meninggalkan Alex."
Saat aku lagi mengobrol dengan Mommy ku, tiba-tiba Daddy memberikan respon terhadap omonganku barusan.
"Cathlyne, apa itu benar, bahwa Alex akan menikahi sahabat kamu hanya karena perjanjian ?" Sahut Daddyku dengan menanyakan
"Iya, benar Dad, .."
Saat aku berbicara mengenai Elina dan Alex, tiba-tiba Daddy berjalan menuju kamarnya. Entah apa yang akan dilakukan Daddy dikamar saat aku berbicara seperti itu. Tidak lama kemudian, Daddy kembali kemeja makan, lalu menyerahkan beberapa buah buku kepada diriku.
"Daddy .. untuk apa Daddy menyerah ini kepadaku." Tanya diriku saat Daddy menyerah buku mengenai pelajaran menjadi putri mahkota.
"Serahkan ini kepada Elina, Daddy sudah tahu apa yang kamu bicarakan dengan Mommy tadi. Bilang sama dia, ini adalah peersiapan bekalnya untuk memasuki lingkungan kerajaan. Soal perjanjian itu, kamu harus mengawasi mereka berdua. Daddy yakin kalau Elina tidak akan mudah tergoda dengan harta."
Senyum pun mengembang dibibirku. Aku tidak menyangka bahwa Daddy akan mendukung keputusan Elina, sisi lain juga aku harus bisa menjadi tameng yang kuat untuk Elina. Karena Elina merupakan sahabat yang terbaik untuk diriku ini.
"Oh, ya .. Cathlyne besok bawa Elina kehadapan Daddy."
"Untuk apa, Dad ?"
"Pelajaran untuk menjadi Putri Mahkota akan Daddy lakukan besok, jadi sebelum dia bertemu dengan nenekmu, akan lebih baik dia sudah mempunyai kesiapan untuk menjadi cucu menantu seperti yang nenek kamu inginkan."
Entah kenapa aku merasa bahagia, Daddyku yang selama ini sifatnya kaku terhadap orang yang baru dikenal, justru saat ini dia malah mendukung sahabatku yang bahkan belum pernah sama sekali bertemu.
Elina, kamu adalah gadis yang sangat beruntung, semua orang mempercayakan dirimu untuk menjadi seorang yang disegani, bahkan diriku. Tapi El, kamu tidak usah khawatir, pembekalan dirimu akan dimulai saat ini. Dan dari saat ini juga didalam hatiku kau akan ku panggi 'Her Royal Highnest Princess Of Netherland', karena aku sudah mengagumi kamu dari pertama kita bertemu. Aku janji El, Aku akan melindungimu dari orang-orang tidak mendukung ataupun dari orang yang tidak suka dengan dirimu.
*****