Kini umurku sudah 4 bulan, yang artinya aku sudah 4 bulan juga berada di dunia ini. Aku sudah tahu siapa sebenarnya pemilik tubuh ini, dia adalah Levyanna De Severus Claude. Pemeran pembantu di animasi yang ku tonton bersama adikku. Dan pemeran utamanya adalah Keira De Severus Claude, ya dia adalah kakak tiri Levyanna. Berwajah cantik nan putih, ramah kepada orang lain. Bahkan, ada yang menjulukinya titisan Malaikat.
Perbedaan perlakuan sangat besar antara Keira dan Levyanna. Ibu Keira adalah istri pertama dari sang Raja, tapi sayang ia kehilangan nyawanya saat melahirkan Keira. Keira di besarkan dengan begitu banyak kasih sayang dari sang Raja, sedangkan Levyanna sebaliknya, sejak lahir, ia tidak pernah bertemu dengan sang Raja. Levyanna tidak tahu apa yang terjadi dengan ibunya, ia hanya terus tumbuh dan besar di istana pengasingan, yang jauh dari sang Raja dan Keira.
Pada umur 10 tahun, Levyanna bertemu dengan sang Raja yang merupakan ayahnya, tapi itu bukanlah sebuah pertemuan yang hangat. Begitu melihat Levyanna, sang Raja hanya melihatnya layaknya serangga yang pantas untuk di musnahkan. Levyanna tidak tahu jika yang ia temui adalah ayahnya. Ia pun langsung melarikan diri menuju istana pengasingan.
Keesokan harinya ia di panggil untuk menghadap sang Raja, disitulah ia bertemu dengan Keira dan mulai mangetahui siapa dirinya sebenarnya. Ia tidak marah ataupun sedih, malah ia merasa senang, begitu pun dengan Keira. Tapi tidak dengan sang Raja, ia tidak menunjukkan ekspresi apapun.
Dua tahun Keira dan Levyanna tumbuh bersama, mereka selalu bersama, Levyanna sangatlah pemalu. Mereka terlihat sangat bahagia bila sedang berbincang berdua, tapi sayang hari bahagia itu berakhir dengan sangat malang.
Kedatangan bibi Keira, adik dari ibu Keira menghancurkan segala kebahagiaan Levyanna. Dia meracuni Keira, lalu memfitnah kalau Levyanna lah pelakunya. Sang Raja sangat marah, hingga akhirnya menghukum mati Levyanna.
"Sungguh kasihan Levyanna." ucap ku saat mengingat alur cerita film itu.
Tiba - tiba, aku tersadar akan sesuatu, "Jika di film itu Levyanna mati, artinya aku juga akan mati dong."
Aku menangis, meratapi nasibku. Mengapa aku harus menjadi Levyanna? Bahkan, nasib menjadi Maid saja tidak seburuk Levyanna.
Karena mendengar tangisan, beberapa Maid langsung datang ke dalam kamar.
"Ada apa, Nona? Apa anda lapar?" Maid yang sedang menggendongku ini adalah Riri, pelayan yang sangat menyayangi Levyanna.
"Riri, tuan putri tidak lapar. Apa dia buang air kecil?" sedangkan dia adalah Varah, Maid yang selalu menganggapku adik.
Pada akhirnya, mereka berdua juga akan mati. Mereka sangat terpukul mendengar kabar Levyanna terkena hukuman mati. Dan memilih untuk bunuh diri.
Mengapa kalian harus mati juga? Batinku.
"Nona tidak buang air kecil, lalu mengapa nona menangis?" tanya Riri heran.
Aku sedang meratapi nasib kita bertiga. Batinku.
***
5 tahun kemudian
"RIRI! Aku mengambil bunga ini untuk mu."
"Wahh ... terima kasih nona."
Aku sudah besar sekarang, yah walaupun belum sebesar Riri dan Varah, tapi setidaknya aku sudah bisa menulis, berjalan, dan berbicara.
Selama 5 tahun ini, aku sudah memikirkan banyak rencana untuk melarikan diri. Dengan begitu, semua akan hidup bahagia, bukan?
Kalau Levyanna tidak mati, maka Riri dan Varah juga tidak akan bunuh diri. Persetan dengan pertemuan ayah anak, aku bahkan sempat melupakan satu hal yang penting. Ayahku, sang Raja itu adalah orang yang sangat kejam dan bengis.
Padahal aku sangat ingin bertemu dengan Keira, tapi demi keselamatanku, aku akan menahan rasa penasaranku.
"Tuan putri, sepertinya anda harus mandi lagi." Ucap Maid bernama Flora, dia sangat baik dan sering memberiku permen.
"Okey!" Ucapku girang, mandi adalah hal kedua yang kusukai.
"Ingat! Jangan kelamaan mandinya." Peringat Riri, dia seperti itu karena saat mandi, aku sering lupa waktu.
"Baiklah!"
Flora pun membawaku untuk mandi. Saat mandi, tidak hanya ada Flora, tapi dia ditemani oleh dua Maid lainnya.
Begitu pakaianku terlepas, aku langsung menghampiri Flora yang sedang menyiapkan alat mandi.
"Flora, Flora cepatlah." pintaku, sambil mengguncang - guncangkan tangan Flora.
"Hahaha ... anda sangat tidak sabaran yah." kekeh Flora.
Flora berdiri dan mulai merapalkan mantra, lalu di atas tangannya terukirlah sebuah tanda sihir berwarna biru.
Ah, aku belum cerita yah, di dunia ini sering menggunakan sihir dan Magi. Sihir adalah bakat yang di miliki oleh seseorang sejak lahir, Sihir memiliki banyak jenis, tapi yang ku tahu hanya beberapa. Sedangkan, Magi berbeda dengan sihir, awalnya memang terlihat sama, tapi Magi lebih terlihat seperti 'kutukan', Magi lemah terhadap artefak suci. Pengetahuanku tentang dunia ini masih sangat sedikit, walaupun ini adalah dunia animasi yang pernah ku tonton, aku sudah tidak mengingatnya dengan jelas.
"Tuan putri, hari ini anda ingin bentuk apa?" tanya Flora.
"Panda!" ucap ku sambil mengangkat kedua tangan ke udara.
Mungkin karena sudah lama berada di tubuh ini, aku menjadi seperti anak kecil lagi.
Flora mulai membentuk air menjadi panda yang besar. Kedua Maid yang tadi juga sedang merapalkan mantra, dan membuat gelembung sabun yang banyak. Inilah mengapa aku sangat menyukai waktu mandi.
"NONA!" itu suara Riri.
"Apa anda tahu maksud dari panggilan itu, putri?" tanya Flora sambil tersenyum.
"Kita sudah terlalu lama di sini," balasku sambil tertawa.
Para Maid pun mulai memandikanku.
"Nee ... Riri, mengapa hanya Riri yang memanggilku nona?" tanyaku di sela - sela pelajaran etika.
"Entahlah, Riri juga tidak tahu nona." ucap Riri sambil tersenyum dan menaruh kembali beberapa buku di kepalaku.
"Aduh." aku tersandung kaki ku sendiri, Riri langsung menghampiriku dan mengangkatku menuju sofa.
"Kita sudahi kelas etika hari ini ya," ucapnya lembut.
"Riri, aku ingin melihat sihirmu." pintaku, selama ini aku tidak pernah melihat Riri menggunakan sihir.
Riri terdiam sejenak, lalu sejurus kemudian ia tersenyum, "Aku tidak memiliki sihir, hanya ada Magi di dalam tubuhku." ucapnya dengan raut wajah sedih.
"Apa Magi adalah sesuatu yang berbahaya?"
"Berbahaya tidaknya Magi, itu tergantung dari penggunanya. Seperti yang nona tahu, Magi lebih terlihat seperti kutukan, tapi Magi juga dapat di gunakan untuk melindungi sesuatu."
"Riri, apa aku memiliki sihir? Mengapa, aku tidak pernah melihatnya? Ataukah aku juga sepertimu?"
Riri mengangkatku ke atas pangkuannya, "Nona akan tahu pada saatnya, sekarang yang harus nona lakukan hanyalah tetap bersama kami."
Aku tidak bisa melihat wajah Riri, tapi aku yakin dia sedang sedih saat ini. Aku tidak tahu apa yang terjadi, dan aku juga tidak ingin bertanya tentang itu bila dia tidak senang.
"Riri, ibuku dimana?" pertanyaan yang selalu ada di benakku akhirnya keluar.
Riri terdiam cukup lama, mungkin dia sedang merangkai kata yang tepat untuk dia ucapkan.
"Apa nona tahu siapa ayah nona?" tanya Riri setelah terdiam.
"Tidak."
Aku tahu, tapi aku tidak ingin menganggapnya ayahku. Batinku
"Ayah anda adalah seorang Raja di kekaisaran Claude, Ishid Astrada De Severus Claude. Dia adalah penyihir terkuat, dan ibu anda adalah wanita tercantik yang pernah saya temui. Kecantikannya menurun di anda." saat membicarakan soal ibu, Riri terdengar sangat senang. Walaupun aku tahu isi film ini, tapi aku sudah melupakan beberapa bagian yang penting.
"Apa aku mirip dengan ibu?"
"Iya, anda sangat mirip dengan beliau."
"Lalu, apa aku mempunyai saudara?"
"It- "
"RIRI! Ksatria istana datang ke sini," teriak Varah yang terlihat panik.
TBC
Jejaknya jangan lupa ya minna~~