webnovel

Eps. 30 Jual Parfum

Eloise terlihat bingung saat di rumah. Saat ini dia memegang dompetnya. Masih ada uangnya di sana, namun jumlahnya semakin hari semakin berkurang.

Ia sudah memakainya untuk membeli beberapa keperluan hidup sehari-hari.

"Jika seperti ini terus tak ada pemasukan dan uang setiap hari terpakai. Beberapa saat lagi uang ini akan habis, lalu apa yang harus kulakukan untuk mencari uang?" gumamnya, bingung.

Ia lalu meletakkan kembali dompetnya ke lemari baju.

"Oh, apakah aku harus mengencangkan ikat pinggang? Lalu apa tubuh ini tidak semakin kurus nanti jika begitu?"

Eloise yang bingung sampai duduk dan mengetuk-ngetuk meja dengan ujung jari telunjuknya untuk mencari inspirasi.

Ia harus punya pekerjaan. Dan tak mungkin jika ia melamar pekerjaan di Kota dengan ijazah Eloise yang hanya tamatan Sekolah Menengah saja, meskipun ia menguasai mata pelajaran kuliah sebagai Jenia.

"Jika aku tak bisa melamar pekerjaan maka aku harus menciptakan pekerjaan itu sendiri," gumamnya lagi terlihat serius dan berpikir lebih keras lagi.

Tak! Tak sengaja ia menyenggol botol parfum yang ada di meja dan membuatnya jatuh ke lantai.

"Parfum?!" pekiknya, saat mengambil botol parfum yang terjatuh.

Seolah benda itu baru saja menginspirasinya. Dan tiba-tiba saja tercetuskan sebuah ide.

"Kenapa aku tidak membuat parfum saja? Warga sini tak ada yang berjualan parfum, meskipun mereka membutuhkannya," cicitnya.

Ia tersenyum lebar setelah menemukan sebuah ide brilian. Mudah baginya untuk membuat parfum berbekal kan ilmu yang didapatkan dari studinya selama ini.

Tak menunggu waktu lama, Eloise pun segera bergerak.

Dia menyiapkan semua bahan dan peralatan yang diperlukan untuk membuat parfum.

Lama dia bereksperimen untuk menciptakan sebuah parfum dengan aroma memikat namun lembut dan tahan lama.

"Akhirnya jadi juga," gumamnya, setelah 3 jam berkutat dengan parfum buatannya.

Sebelum mengemasnya dalam sebuah botol dia menguji cobanya dulu pada dirinya sendiri.

Ia lalu menyemprotkan pada bagian tubuhnya, tangan leher dan lainnya.

"Baunya sudah sesuai dengan yang kuharapkan," celetuknya lalu menaruh kembali tester parfum tersebut.

Tak menunggu lama, maka Eloise pun segera bergerak cepat lagi. Langsung saja ia mengemas parfumnya tadi dalam sebuah wadah, botol kecil berisi 30 ml.

Dua jam kemudian ia selesai mengemas parfumnya.

"Selesai juga. Aku tak menyangka, akan jadi sebanyak ini," cicitnya.

Ada 100 botol parfum yang ia buat. Lumayan buat pemasukan jika laku semua. Ia pun jadi harum jika berjualan parfum, meski tidak memakainya.

"Semoga saja parfum ini laku keras."

Eloise tersenyum tipis. Ia berharap warga Knoxville tak bau amis lagi.

Sore harinya setelah istirahat sebentar, Eloise siap menjual parfumnya.

Ia menaruh meja kecil di depan rumah lalu menata semua parfumnya di sana.

Bahkan ia juga menghias meja itu supaya menarik perhatian.

Tak perlu ia berteriak jualan parfum. Karena ia sudah menulis harganya, 20 sen untuk sebotolnya, murah bukan?

Beberapa orang lewat, mereka berhenti saat melihat Eloise menggelar lapak di sana.

"Kau jual parfum?" tanya seorang pria.

"Ya, Tuan. Silahkan dipilih dan di coba."

Bak gayung bersambut, keinginannya memang membuat tubuh tidak berbau amis meski jualan ikan.

Kemarin waktu ikut ke kota untuk menjual hasil bumi, ia tak sempat pergi untuk beli parfum.

"Yang ini testernya, Tuan."

Eloise memberikan beberapa tester yang langsung dicoba pria tadi.

"Aku mau yang ini untuk istriku, aromanga soft. Dan yang ini untukku," tukasnya memilih dua parfum setelah mencoba testernya.

"Terima kasih, Tuan," ucapnya, tersenyum kecil setelah menerima pembayaran.

Warga lain yang melihat salah satu temannya mempunyai parfum, menanyakan di mana dia membelinya dan langsung saja dia menuju ke rumah Eloise begitu mengetahui gadis itu sekarang berjualan parfum.

"Aku mau parfum aroma strong."

"Aku mau parfum aroma soft."

"Aku apa saja, yang aromanya berbeda."

Tak hanya satu, tapi ada beberapa warga yang datang dan membeli parfumnya lagi.

Nyonya Miel yang mendengar suara ramai di depan rumahnya pun keluar, untuk melihat ada apa di sana.

"Astaga! Eloise berjualan parfum?!" pekiknya antara terkejut juga senang.

"Nyonya Miel, apakah Anda mau parfumku?" ucapnya, setelah wanita itu mendekat padanya.

"Eloise, bagaimana bisa kau membuat parfum seperti ini?" ujarnya langsung.

Ia merasa gadis itu kini menjadi lebih cerdas dari sebelumnya. Ya, tepatnya setelah tenggelam di danau.

"Apa kecelakaan bisa merubah IQ seseorang?" batin Nyonya Miel.

"Aku sudah lama uji coba praktik seperti ini, Nyonya. Dan baru berhasil kali ini," bohongnya dengan lancar.

Kini bahkan ia mahir berbohong. Terbukti, Nyonya Miel mengangguk, percaya pada ucapannya.

Eloise memberinya dua botol parfum. Tak apa ia berikan gratis karena Nyonya Miel baik padanya.

Hingga sore hari, dalam beberapa jam saja parfum buatannya laris terjual. Tak menyisakan satu pun.