webnovel

When Love Knocks The Billionaire's Heart

L'amour est comme le vent, nous ne savons pas d'ou il vient. Cinta datang seperti angin, kita tidak tahu kapan dia datang. -Balzac- ---- Ditinggalkan dua orang wanita yang sangat dicintai dalam hidupnya membuat William James Hunter, 27, kesulitan untuk mempercayai wanita. Di matanya, wanita hanyalah objek pemuas hasratnya. Dengan uang yang ia miliki ia bisa dengan mudah mendekati wanita manapun yang ia mau. Pandangan William pada wanita mulai berubah ketika ia bertemu Esmee Louise, 24, di sebuah restoran kecil di desa Riquewihr, Perancis. Perlahan tapi pasti, sikap hangat dan pribadi Esmee yang pekerja keras kembali mengetuk hati William. Pada awalnya, William berencana ingin menghancurkan restoran milik Esmee karena gadis itu tidak mau menjual restoran tersebut pada perusahaan milik keluarganya. Namun, perasaan yang ia rasakan pada Esmee akhirnya membuat William memikirkan kembali semua rencana yang sudah ia buat untuk menghancurkan restoran tersebut. Akankah William kembali melanjutkan rencananya untuk menghancurkan restoran milik Esmee agar ia bisa menjadi pewaris seluruh kekayaan keluarganya? Atau, ia akan memilih melupakan warisannya dan memilih cintanya pada Esmee? Let's find out by adding this book to your library for an update. Support this book on WSA events through reviews, comments, power stones, gifts, etc. Your support means a lot. Thank you, and happy reading. ^^ Cover source: Pinterest *The cover is temporary until the main cover is ready

pearl_amethys · Urbano
Sin suficientes valoraciones
409 Chs

Le Petit Prince 13

Esmee mengerutkan keningnya ketika ia memasuki apartemen William dan mendengar suara Alexander dari arah ruang tengah. Begitu ia melangkahkan kakinya di ruang tengah, Esmee tertawa pelan melihat Luca yang sedang bermain board game bersama William dan Alexander.

"Wah, kalau tahu kau datang aku akan pulang lebih awal," ujar Esmee sembari meletakkan mantelnya di ujung sofa.

Alexander menoleh pada Esmee. "Oh, kau sudah pulang, Esmee?"

Esmee menaikkan satu alisnya. Ia mengulum tawanya melihat wajah Alexander yang belepotan krim karena permainan yang sedang ia mainkan bersama Luca. Alexander menyadari wajahnya yang belepotan dan ikut tertawa.

"Kau tidak mau ikut bergabung?" tanya William.

"Ayo, Esmee. Ini menyenangkan. Wajah Papa dan Papy belepotan krim," sela Luca.

Esmee tertawa dan berjalan menghampiri Luca sambil membawakan tisu. Ia kemudian mengelap wajah Luca. "Wajahmu juga belepotan krim?"