webnovel

We Had a Fight

David, pria bernasib sial yang sedang membuang sampah, tiba-tiba dipilih untuk menjadi anggota gangster berbahaya paling dicari yang di pimpin oleh Bianca hanya karena abjad nama depannya!

cerix · Militar
Sin suficientes valoraciones
7 Chs

Cinderelly

-o0o-

David terbangun karena suara gebukan berkali-kali dari lantai loteng. Buru-buru ia bangkit berdiri dengan sedikit erangan karena tubuhnya yang belum pulih. David mengucek-ngucek matanya, lantas membuka pintu masuk loteng- yang letaknya setara dengan lantai- yang akhirnya mendapat tonjokan dari gagang sapu.

"Akh!" ringis David yang langsung memegangi sebelah matanya yang terkena gagang sapu. 'Sial, bakal lebam lagi' batin David nyeri. Mata kanannya terasa amat berat untuk dibuka. Sedangkan mata kiri nya menangkap sosok Bianca yang tertawa puas. "Ups, my bad!" seru wanita itu.

'Psikopat' batin David lagi. Tak ingin mencari masalah, ia buru-buru turun dari loteng menggunakan tangga otomatis dengan mengandalkan kaki lemas, sebelah tangan dan satu mata. Begitu berada di hadapan Bianca, David menunduk. "A-ada apa?" tanyanya.

"Ada apa?" ulang Bianca dengan kening berkerut kesal. "Ini sudah jam sarapan, bodoh!" seru Bianca yang disambut meriah oleh perut David. Rasanya seperti mimpi karena akhirnya ia bisa sarapan pagi. David langsung saja berjalan tergopoh-gopoh dan sedikit terburu-buru di belakang Bianca menuju ruang makan. Begitu tiba di sana, David tiba-tiba nyaris jatuh kalau saja ia tak menahan tubuhnya dengan tangan di atas... plastik berisi telur.

"My bad," celetuk Chad kemudian membenarkan kembali posisi kaki nya yang sempat sengaja ia selonjorkan untuk menyandung David. Ia tersenyum miring. "Sepertinya kau harus mengolah telur pecah itu jadi makanan," timpalnya.

David menghembuskan nafas beratnya. Buru-buru ia mencuci tangannya, lantas mengenakan celemek dan mulai memisahkan pecahan cangkang telur dan isi telur yang sudah berceceran dengan hati-hati.

"Ups," Elvis tersenyum miring usai menumpahkan wine kedalam telur-telur yang sudah dibersihkan pecahan cangkangnya. "Tidak sengaja."

David mengepalkan kedua tangannya. Bahkan untuk sarapan saja kesabarannya harus di uji. Baginya hanya ada 2 pilihan saat ini, sabar atau mati. Ia sebisa mungkin mengontrol nafasnya.

"Hey lihat, pria ini mengepalkan tangannya," ucap Chad. "Kedua tangannya," tambahnya.

David tersentak, lantas langsung menunduk. "Maaf."

Bianca menepuk pundak Chad dan Elvis secara bersamaan. "Ayolah, jangan terlalu keras. Bukankah dia sudah terlihat menyedihkan?" Tutur Bianca dengan wajah memelas. "Lebih baik kita menjauh dari sini dan biarkan dia fokus memasak. Oke?"

Kalimat terakhir Bianca diiringi dengan senyuman kecilnya mampu membuat Chad dan Elvis melongo untuk sesaat, akan tetapi tetap ikut mengekori wanita itu tanpa sadar. "Apa dia sedang mabuk?" gumam Elvis sambil menyikut lengan Chad. Chad mengangkat kedua bahu nya. "Entahlah kawan. Bahkan saat mabuk pun, dia masih meneriaki orang buta untuk melihat yang benar saat berjalan."

*****

"Mau aku bantu?" tawar Arianne ketika baru saja keluar dari kamarnya dengan wajah yang masih kusut. David menggeleng pelan. "Sudah selesai," jawabnya dengan nada yang senang namun sedikit memelas. Begitu sampai di sebelah David, ia mengendus-endus sesuatu, kemudian mimiknya berubah. "Kau masak omelet? Tapi kenapa harum ayam goreng?" tanya Arianne bingung membuat David ikut mengendus-endus masakannya. Matanya berbinar karena bisa mencium harum makanan yang sudah tidak ia rasakan beberapa hari ini. "M-mungkin karena lapar?" Tebak David, masih sedikit canggung untuk menjadi akrab dengan Arianne. Kemudian ia membawa nampan nya ke arah ruang tengah yang sudah ada 3 bandit yang melahap sesuatu.

"Dia datang," ucap Elvis sambil melirik David yang menunduk dan memegang erat-erat nampannya. Bianca menoleh pada David dengan senyum meriahnya. "Sayang sekali kalian melewatkan pesta ayam goreng yang mengenyangkan ini," cibir Bianca sembari melahap sisa-sisa daging paha ayam di tangannya. "Tapi aku punya hati, jadi aku menyisakannya khusus untukmu, Dave."

David rasanya ingin segera membanting nampannya begitu Bianca, Elvis dan Chad satu persatu meletakkan tulang ayam sisa mereka pada sebuah piring yang kemudian diletakkan di atas omelet yang David buat. Untung saja saat ini David lebih mementingkan nyawanya dibanding amarah yang kian memuncak.

"Berterimakasihlah, Cinderelly," kata Chad dengan wajah arogan yang menyebalkan. Elvis dan Bianca langsung tertawa tak kalah menyebalkan. "Apa itu Cinderelly? Kau sedang main putri-putrian dan kau adalah pangerannya?" lontar Elvis dengan nada mengejek.

"Usaha bagus, pangeran charming," celetuk Bianca.

"Diamlah, aku sedang mendidik putri-ku," jawab Chad dengan nada datar yang kian disambut dengan tawa.

David meneguk salivanya. Sejujurnya, tawa yang ia dengar tidak membuatnya lega sedikitpun. Sebaliknya, ia malah merasa lebih terancam mengingat ia sempat terkecoh atas sikap baik Bianca dulu. "T-t-terimakasih," balas David tanpa mengalihkan pandangannya dari nampan.

"Disini ada cukup banyak pisau untuk menusuk matamu yang tidak punya sopan santun," desis Chad.

"Apa-apaan?! David-"

David langsung buru-buru mengangkat wajahnya seolah memotong pertengkaran yang akan terjadi antara Arianne yang sudah buka mulut dan 3 bandit yang memandang sinis. "M-maaf. Terimakasih atas tulang-tulangnya!" ucap David lantang sembari menatap Chad. Chad menyeringai. "Bagus, didikanku."

Elvis menahan tawanya. "Sekarang kau membanggakannya?" ledeknya sambil mengekori Chad yang melenggang pergi.

"Habiskan omelet berbau busuk itu ya, jangan sampai tersisa!" seru Bianca yang juga meninggalkan ruangan itu seraya menarik paksa Arianne.

David duduk untuk menghabiskan omelet porsi besar yang memang rasanya membuat mual, tapi perut dan tubuhnya perlu tenaga. Hari ini, kabur menjadi pilihan yang tidak tepat. Ketiga bandit- kecuali Arianne yang akan membantunya menguak informasi-informasi penting kepada David- sedang bersantai di rumah ini. Akan sulit jikalau ia tiba-tiba melarikan diri tanpa pertahanan.

Oleh karena itu, David menyelipkan pisau di saku belakang celananya.

Besok adalah hari dari segala hari. David memang belum mendiskusikan ini dengan Arianne, tapi wanita itu berkata bahwa besok ia dan Elvis juga Chad akan menjalankan misi baru di sebuah perkotaan yang lumayan jauh. Besok, hanya akan ada Bianca di rumah jagal ini. Besok, hanya akan ada mereka berdua dengan senjata-senjata yang sudah David persiapkan. Melawan wanita yang sedang seorang diri bukan hal yang sulit, kan?

Usai membersihkan semuanya, David kembali ke loteng dan meletakkan pisau diantara senjata-senjata lain yang ia buat sekenanya. Ada balok kayu yang salah satu ujungnya telah dibalut kain yang cukup tebal juga wadah berisi cairan merica dan cabai. Tentu saja, perumahan yang isinya para penjahat yang tunduk pada Alpha akan dengan mudah menangkap David apabila ia kabur atas suruhan Bianca saat pertama kali David menginjakkan kaki di rumah ini. Sebab David pernah hampir mati ketika ditangkap oleh sebuah kawanan ketika melarikan diri untuk ketiga kalinya. Oleh karena itu, ia tak lupa mempersiapkan pakaian penyamaran yang sebelumnya telah Arianne curi dari kamar Chad. Dengan ini, melawan satu wanita pasti akan berlangsung cepat.

David ingin cepat-cepat pergi dari sini, menemui Kimberly yang sudah ia rindukan dan pergi ke kota lain dengan surat lamaran kerja yang akan dibuat usai ia mengganti identitasnya agar bisa hidup dengan tenang. Mungkin setelah berhasil melarikan diri pun, ia akan rajin olahraga untuk membentuk tubuhnya serta mendapat potongan rambut yang baru. David juga akan menemui adik perempuan satu-satunya untuk meminta maaf atas hubungan mereka yang kurang baik, kemudian berpamitan dengan memberi traktiran satu ember ayam goreng pada adiknya. Ia merindukan pizza dan kaset video game yang ia mainkan ketika Kimberly tidur. Ia merindukan kamarnya yang berantakan namun mempunyai kasur yang nyaman dan sempuk, air hangat untuk mandi serta kopi di pagi hari. Ia merindukan Kimberly yang akan mengomel saat David mendapat luka atas pertengkaran jalanan, kemudian wanita itu akan mengobati David dengan sesekali menepuk-nepuk bagian yang memar agar David kapok.

David merindukan memori-memori kecilnya yang dulunya ia anggap remeh dan menyebalkan.

*****

"Alpha?!" Jackob mengusap wajahnya frustasi, lantas memandang Kimberly yang sudah terisak-isak ditempatnya.

"Iya, aku sempat heran dengan CCTV lain yang kita temukan ini, hanya mengarah pada pojok gang, sepertinya bandit-bandit itu sudah tau titik buta dari CCTV itu, atau mungkin sudah di retas," jelas Stephany sembari memperlihatkan rekaman CCTV tersebut pada Jackob yang mengerutkan keningnya. "CCTV itu dipasang oleh seorang pemilik klub malam yang baru-baru ini dikabarkan tewas tertembak. Aku rasa pelakunya juga adalah Alpha, mengingat CCTV yang memiliki mic audio dan pengawasan yang ketat itu tiba-tiba kehilangan fungsinya dengan rapi," lanjut Stephany.

Jackob terkejut ketika melihat seorang wanita yang berjalan mendekati David itu mengacungkan senjata apinya, kemudian terlibat percakapan yang diakhiri oleh wanita itu yang tiba-tiba menatap CCTV seraya tersenyum. Tangan wanita itu terangkat untuk melambai, lantas menembak CCTV hingga layar sepenuhnya hitam.

"Aku rasa mereka hanya menghapus salah satu rekaman CCTV untuk menghindari kecurigaan, dan tetap berada di titik buta CCTV yang lain adalah rencana mereka. Tapi kedatangan David yang tidak diprediksi membuat salah satu dari mereka terpaksa melewati titik buta CCTV, " simpul Jackob. "Ini bisa disebut kecacatan dalam beroperasi. Tapi...," Jackob berpangku tangan usai memutar ulang rekaman CCTV tadi. "Kenapa dia terlihat sangat tenang?"

"A-Alpha?" tanya Kimberly tidak tahu-menahu. Jackob menghampiri rak koran, melihat-lihatnya sebentar, lantas mengambil setumpuk koran ditangannya dan menyerahkannya pada Kimberly. Itu adalah koran-koran khusus berita kriminal.

"Semua itu adalah perbuatan Alpha," jelas Jackob singkat.

Kimberly terlonjak kaget begitu melihat berita-berita kriminal yang sangat banyak dan beragam. "Mereka..?"

"Iya, mereka melakukannya sendiri. Tetapi berdasarkan pengakuan oknum-oknum yang sudah tertangkap, Alpha juga sering memimpin aksi kriminal itu dengan memanipulasi para oknum, atau bekerja sama dengan penjahat-penjahat lainnya termasuk dengan mafia."

Isak Kimberly semakin kencang. Melihat wanita cantik yang lemah itu, Jackob tentu saja tidak bisa membiarkannya begitu saja. Ia berlutut didepan Kimberly, menggenggam tangan wanita itu. Ada debaran di dirinya saat melihat mata Kimberly yang sembab namun tak menghilangkan kesan manis wanita yang tak bermake-up itu. "Aku akan menemukan David, Kim," ucap Jackob dengan lembut, mengusap-usap punggung tangan Kimberly untuk menenangkannya. "Biar bagaimanapun, itu adalah tugasku. Dan David adalah temanku."

Kimberly tak menyahut, akan tetapi kepalanya mengangguk mengisyaratkan ia setuju atas ucapan Jackob. Jackob tersenyum, lalu bangkit berdiri untuk mengetik sesuatu di ponselnya dan menempelkannya di telinga.

"Jangan gegabah, Jack. Mereka bukan buronan yang bisa kau tangani dengan mudah," cetus Stephany.

Jackob menyinggung senyum miringnya. "Makanya, diam dan dengarkan percakapanku dengan OSMERS, Steph."