webnovel

We Become Parents

Juliet "Oh,yang benar saja kini aku harus jadi seorang ibu. Aku, jadi IBU? Oh, bahkan dalam mimpi pun aku tidak pernah memimpikannya, dan kenapa juga yang jadi ayahnya adalah si Romeo? Lalu sekarang aku harus menikah sama Romeo si manusia datar itu. Gila gak sih?" Romeo "Demi memenuhi permintaan terakhir sahabat baikku yang sudah tenang di alam sana. Aku rela harus jadi ayah untuk bayi mungil yang mulai kini akan menjadi anakku, walau mungkin aku harus menghabiskan waktu dan tenaga untuk bertengkar setiap hari dengan Julliet". Bercerita tentang sepasang sahabat yang lebih terlihat seperti musuh setiap kali mereka bertemu, akan selalu ada keributan di antara mereka mulai dari saling mengejek satu sama lain hingga aksi anarkis (bila hanya mereka berdua) mendapatkan amanah menjadi orang tua dari bayi sahabat mereka yang telah meninggal dunia. Mereka harus memulai langkah awal menjadi orang tua untuk bayi mungil tersebut dengan sebuah pernikahan yang tidak pernah sekalipun terlintas dalam pikiran mereka meski kedua keluarga mereka telah menjodohkan mereka dari lahir. Mereka harus mulai membiasakan diri menjadi orang tua dan sepasang suami istri meski harus di warnai dengan pertengkaran-pertengkaran kecil di antara mereka dengan bayi kecil mereka yang selalu bisa membuat mereka pada akhirnya selalu berdamai. Juga tentang cinta di antara mereka yang tersamarkan lewat pertengkaran dan gengsi mereka.

BaekSeLuFanChanie · Ciudad
Sin suficientes valoraciones
6 Chs

Part 01: Kematian & Kelahiran (1)

Di sebuah kafe yang ramai dengan orang-orang yang tengah bersantai berkumpul dengan teman-teman atau pun orang terkasih sembari bercengkrama dan menikmati makanan dan minuman yang tersedia di kafe tersebut pada sore hari.

di lantai dua kafe tersebut yang sepi dari aktivitas ramainya orang karena hanya terdapat ruang istirahat karyawan dan kantor dari pemilik kafe tersebut yang saat ini tengah sibuk dengan data-data pendapatan kafe.

namun keheningan yang terjadi di ruang itu terusik dengan dering ponsel pemilik kafe tersebut.

"Hallo?" Kata seseorang wanita mengangkat panggilan masuk dari smartphone keluaran terbarunya.

"...."jawab seseorang di seberang telpon sana.

"Ya, dengan saya sendiri. Maaf ini siapa dan ada urusan apa dengan saya?" Kata wanita tersebut lagi.

"..."

"Apaaa, baiklah saya akan segera ke sana terima kasih sudah membaritahu saya." Kata wanita tersebut tergesa memberaskan barang-barang di atas meja setelah sambungan teleponnya di putus dan berlari keluar dari kafe tanpa peduli teriakan karyawan kafe yang memanggilnya, langsung menaiki taksi yang berhenti di pinggir jalan tengah menurunkan penumpangnya dan pergi ketempat yang di beritahukan oleh sang penelpon tadi.

Di lain tempat yang tidak jauh dari kafe wanita yang pergi dengan panik tersebut atau lebih tepatnya sebuah kantor yang berada tepat di depan kafe terasebut.

saat ini suasana kantor sudah mulai ramai dengan aktivitas lalu lalang karyawan yang hendak pulang setelah seharian berkeja di balik meja dengan komputer yang terus menyala dan laporan-laporan yang harus di selesaikan secepatnya.

di lantai teratas gedung kantor tersebut hanya terdapat dua ruangan, ruang meeting dan satu lagi ruang pemilik sekaligus pemimpin kantor tersebut di depan ruang pemimpin terdapat meja kerja milik sekertaris yang saat ini tengah bersiap untuk pulang sesuai jam pulang kantor.

di dalam ruangan hening itu sang pemimpin kantor tersebut tengah sibuk dengan laptop yang menyala dan berkas-berkas laporan dari para bawahannya tanpa peduli dengan jam kantor yang telah berakhir.

di tengah keheningan tersebut terusik dengan dering ponsel yang menandakan panggilana masuk.

"Hallo." kata seseorang setelah menerima panggilan masuk di handphonenya yang terletak begitu saja di meja.

"..." jawab sang penelpon.

"Saya sendiri, ada keperluan apa?"jawab orang yang merupakan seorang pria tersebut datar.

"...."

"Baiklah saya akan segera ke sana." Kata pria tersebut kaget dan bergegas pergi keluar dari gedung kantor dengan menggunakan mobilnya di bawah tatapan heran para karyawannya.

Di sebuah rumah sakit terlihat seorang wanita tengah berlari dengan panik ke arah repsesionis dan di belakangnya juga terlihat seorang pria berjalan tergesah-gesah ke arah repsesionis.

"Di mana ruangan Renata/Alex berada, sus." Kata mereka berdua serempak kemudian reflek saling menatap satu sama lain.

"Dengan bapak Romeo dan ibu Julliet?" Tanya suster tersebut ramah memutuskan kontak mata yang terjadi di antaran mereka berdua.

"Iya/ya." Kata mereka berdua masih kompak.

"Bapak Alex saat ini berada dalam ruang oprasi sementra istrinya ibu Renata berada di ruang bersalin." Jelas suster tersebut.

"Terimakasih banyak, sus." Kata wanita yang bernama Julliet atau lebih tepatnya Julliet Queen Sharmam yang saat ini mengelola bisnis cafe yang sudah memiliki cabang di beberapa kota besar. sementara pria yang bernama Romeo  atau nama lengkapnya Romeo Alan Savier yang saat ini menjabat sebagai CEO perusahaan keluarganya Savier crop. langsung pergi ketempat tujuannya tanpa sepatah kata pun.

"Eeh, Romeo tunggu." Teriak Julliet.

"Ck, lelet Julling." Kata Romeo datar dan di akhiri dengan penekanan di akhir kalimat setelah memperlambat langkahnya.

"Apa?" Tanya Julliet sambil menyipitkan matanya ke Romeo.

"Ternyata kamu juga budek, ya?" Kata Romeo menundukan kepalanya karena tinggi Julliet hanya sebatas dagunya saja jika memakai high heels dengan tangan bersedekap di dada.

"Eh, Meong aku tidak lelet dan budek, ya." Kata Julliet kesal dan mengikuti gaya Romeo hanya saja Julliet harus mengadakan kepala agar dapat menatap Romeo yang tinggi.

"Terus kalau enggak lelet dan budek kenapa minta aku menunggumu?" jawab Romeo dengan intonasi menantang.

"Hais, ini kalau bukan karena situasi darurat juga ogah aku memanggilmu, Meong." Kata Julliet kesal, ingin sekali Julliet menjambak rambutnya Romeo kalau tidak ingat ini di rumah sakit.

"Lalu? Jika kamu sudah tahu ini darurat kenapa kamu malah mengajakku untuk ribut Julling." balas Romeo ikutan kesal juga, pasalnya situasi saat ini sangat darurat tetap wanita di hadapannya ini masih saja mengajaknya berdebat.

"Itu kar..." kata Julliet terpotong karena teriakan seseorang yang mereka kenal.

"Astagaaa, bisakah kalian tidak ribut setiap kali kalian bertemu? apa lagi ini di rumah sakit dan teman kita dalam keadaan berjuang antara hidup dan mati. Kalian berdua malah ribut di sini." Kata seorang wanita yang berjalan kearah Romeo dan Julliet bernama Anna Angelin Luccas sahabat baik dari Julliet.

"Tidak pernah berubah dari dari dulu. seperti anak kecil kalian ini." Kata seorang pria yang berdiri di samping tersebut yang tidak lain adalah suami dari wanita itu bernama Kris Evan Luccas sahabat baik Romeo.

"Salahkan si Meong yang memulainya." Kata Julliet kesal sambil menunjuk ke wajah Romeo.

"Jangan sembarangan menunjuk orang Julling." Kata Romeo tenang sambil menyingkirkan tangan Julliet dari depan wajahnya.

"Sudahlah kalian berdua jangan ribut lagi. Sekarang bagaimana keadaan Renata dan Alex?"tanya Anna.

"Alex kini berada di ruang oprasi, sedangkan renata di ruang bersalin." Jelas Julliet kepada suami istri tersebut.

"Jadi sekarang kita harus ke tempat siapa dulu?" Tanya Kris meminta pendapat ketiga orang lainnya.

"Itu yang tadi ingin aku tanyakan pada si Meong, tapi dia malah ngajak aku ribut kan aku jadi lupa." sambung Julliet, memang tadi dia menghentikan Romeo untu menanyakan hal itu. namun seperti biasa bila ia berbicara dengan Romeo pasti akan berujung dengan pertengkaran tiada akhir.

"Kenapa kau terus nenyalahkanku Julling?" Tanya Romeo menundukan sedikit tubuhnya hingga kini wajah mereka hanya berjarak beberapa cm saja.

"Sudahlah kalian berdua ini, sebaiknya kita keruang oprasi dulu sepertinya oprasinya sudah selesai." Kata Kris menengahi dan menunjuk kearah ruang oprasi yang lampu di atas pintu menunjukan warna hijau tanda oprasi telah selesai. Hal itu sontak membuat ketiga orang tersebut menoleh ke arah ruang oprasi dan mereka berempat bergegas menuju pintu ruang oprasi yang baru saja di buka oleh seorang dokter.

"Maaf dok, bagaimana keadaan Alex saat ini?"tanya Kris.

"Maaf apa kalian keluarga pasien."

"Bukan dok, kami sahabatnya. Keluarganya tidak akan datang jadi bisakah dokter mengatakan saja pada kami bagaimana keadaan Alex." Kata Romeo tegas dan mengeluarkan aura mengintimidasi yang dapat membuat orang di sekitarnya bergedik ngeri.

"Ekhm...maaf kami sudah berusaha semampu kami tapi tuhan berkehendak lain. pasien tidak dapat bertahan di karena kan mengalami pendarahan hebat." ucap dokter tersebut gugup. setelah itu terjadi keheningan diantara mereka.

TBC.