Edi agaknya cukup tersipu melihat kecantikan Lintang. Terlebih sifat Lintang yang terkesan tidak malu-malu dan selalu apa adanya membuatnya tersenyum juga. Iya, dia memang dikenal buaya di kampung ini. Meski dia tak setampan Aidan, tapi dia cukup mumpuni untuk merayu banyak perempuan. Mulutnya terkenal manis, bukan seperti Aidan yang terkesan enggan untuk dekat dengan perempuan mana pun.
"Mbak Lintang, kok bisa menginap di rumah Aidan? Kan kamu bisa tidur di penginapan? Kalian sangat dekat ya?" tanya Edi setelah dia mendapatkan beberapa pose Lintang. Lintang yang mendekat membuat jantung Edi berdetak cepat. Aroma tubuh Lintang yang wangi, membuat mulut Edi agaknya tercekat.
"Ya karena sebenernya gue nunggu dianter ke penginapan. Karena gue nungguin dia sampai lumutan dan kemaleman jadinya gue tidur di rumahnya. Tapi mungkin abis ini gue bakal ke penginapan sih abis itu balik Jakarta."
"Besok sudah mau balik Jakarta Mbak?" tanya Edi lagi.
Apoya a tus autores y traductores favoritos en webnovel.com