webnovel

1988

Adalah tahun saat di mana orangtua ku baru menikah dan memutuskan untuk merantau ke Bandung tepatnya di daerah Siliwangi. Sedikit cerita tentang orangtua ku, Papah berasal dari keluarga taat beribadah sedangkan keluarga Mamah sebaliknya. Jika dibandingkan mungkin seperti warna yang sangat bertentangan. Jelas hal itu yang membuat pernikahan Papah dan Mamah tak mendapat restu dari kedua belah pihak. Walaupun begitu mereka tetap memperjuangkan cintanya dan memilih untuk merantau ke Bandung jauh dari perdebatan yang ada.

Tapi merantau sepertinya bukan pilihan yang tepat dan beberapa hal yang tak terduga pun mulai terjadi. Mamah baru mengetahui bahwa Papah adalah orang yang berilmu. Papah memiliki kemampuan untuk melihat dan berinteraksi dengan makhluk tak kasat mata. Selain itu Papah juga menekuni ilmu batin yang sudah di pelajari nya dari sejak kecil.

Sebenarnya Papah dan Mamah memiliki rahasia dalam dirinya masing masing. Rahasia ini menyangkut kekuatan turun temurun yang diwariskan para leluhur mereka terdahulu.

Papah memiliki beberapa rahasia yang bahkan aku pun hanya sedikit mengetahuinya. Yang aku tau Papah adalah orang berilmu dan bisa menyembuhkan beberapa orang yang memiliki masalah dengan makhluk tak kasat mata, Mungkin Papah termasuk orang Indigo. Selain itu Papah juga menekuni dan menguasai beberapa ilmu beladiri yang tak pernah diperlihatkan pada kami. Aku sendiri baru mengetahuinya saat usia ku sembilan tahun. Saat itu tak sengaja aku menemukan foto Papah yang sedang bertarung dengan para Bapak-bapak lainnya. Kalo kata Mamah di dalam foto itu papah sedang menujukan jurus tapak lima yang konon katanya tergolong jurus paling sulit di pelajari.

Berbeda dengan Mamah yang berasal dari Keluarga penganut Ilmu hitam atau bisa di bilang Dukun di kampungnya. Mamah mempunyai keluarga yang sangat kasar, jahat, dengan masalalu yang penuh kekelaman. Mamah memiliki sedikit ilmu hitam turunan dari Kakek yang tidak bisa di hapus. Mamah memiliki kodham pelindung sendiri yang akan selalu menjaga di manapun Mamah berada.

Jelas mereka memiliki latar belakang dan kehidupan yang sangat berbeda dan mungkin hanya mereka saja yang mengetahui kebenarannya.

Kembali ke masa-masa awal Papah dan Mamah merantau, mereka memilih untuk tinggal di sebuah kontrakan ukuran sedang yang harganya terbilang sangat murah. Bukan tanpa sebab pemilik memberi harga murah, karena kontrakan tersebut terbilang lumayan angker dan jauh dari rumah penduduk lainnya.

Walaupun terbiasa dengan makhluk tak kasat mata tapi Mamah merupakan orang yang sedikit penakut. Seringkali di saat Papah belum pulang hingga tengah malam, Mamah berdiam menunggu Papah di rumah tetangga yang cukup dekat.

Pernah suatu ketika Papah mengajak Mamah ke acara pemakaman keluarga Bos Papah. Saat itu waktu sudah mulai malam dan Mamah cukup ragu untuk ikut hadir ke acara tersebut. Tapi karena permintaan Papah, Mamah pun memutuskan untuk ikut pergi.

Saat tiba di rumah duka suasana tampak sangat mencekam dengan iringan tangis para keluarga.

Betapa terkejutnya ketika masuk ke dalam terlihat sepasang mata yang melotot tajam ke arah Mamah dengan keadaan mulut yang menganga sangat lebar. Mamah seketika langsung memalingkan muka dan mengucap istighfar berkali kali. Mayat tersebut masih belum bisa ditutup matanya hingga tengah malam. Mamah yang sudah tak tahan meminta Papah untuk pulang sekarang juga. Papah yang tak enak kepada Bos nya meminta Mamah untuk menunggu sebentar di ruangan depan.

Mamah yang masih bergidik ketakutan berusaha menenangkan diri. Tapi gongongan anjing dari luar rumah yang saling bersautan membuat Mamah tak bisa menghilangkan rasa takutnya.

"Minum dulu mba," ucap seorang wanita sambil menyodorkan segelas air kepada Mamah. Wanita itu sepertinya memiliki umur yang tak jauh beda dengan Mamah.

"Terimakasih," Dengan perlahan Mamah menerima gelas tersebut dan langsung meminum nya.

"Mba istri nya Mas Danu ya? Perkenalkan saya Ratna sepupu Mas Sasro."

"Iya mba saya Tati istri nya Mas Danu. Saya turut berduka cita yang sebesar-besarnya ya mba."

"Iya Mba terimakasih sudah berkenan datang, saya mohon do'a nya ya mba semoga eyang bisa tenang di alam sana," ucap Bu Ratna yang terlihat mengelap kembali air matanya.

"Aamiin Mba."

Segala cara telah di lakukan agar jenazah bisa segera di makamkan, mulai dari mengikat kepala agar mulut jenazah bisa tertutup, memanggil dokter khusus, dan lain sebagainya. Sampai tengah malam pun tiba namun jenazah tak kunjung bisa di pejamkan. Keluarga pun memutuskan untuk memakamkan jenazah dalam keadaan mata yang masih terbuka dan mulut yang menganga.

Karena sudah tengah malam Papah pun langsung mengajak Mamah pulang ke rumah dan pamit untuk pulang duluan.