webnovel

VelVin

Pertemuan dua remaja yang hanya sebagai teman sekolah dan mengharuskan mereka untuk berkerjasama dalam organisasi dan menjadi partner untuk saling melengkapi kekurangan masing - masing. Dengan keadaan yang memaksakan mereka harus saling bersama, apakah akan berakhir dengan manisnya masa remaja mereka(?) Ini bukan cerita bad boy bertemu dengan nerd girl atau sebaliknya. Tidak juga bertemunya bad boy dengan bad girl. Jadi penasaran? Baca saja,semoga suka.

Febiola_Purnomo · Adolescente
Sin suficientes valoraciones
9 Chs

9.-VelVin-

"Kenapa lu sweet banget sama gue" ujar Velin dengan polosnya yang malah mendapat delikan Vino "Gak usah baper lu!" Sarkas Vino. Velin hanya mengucutkan bibirnya dia meringis merutuk apa yang telah dia katakan.

"Ya udah kerjain" ujar Velin mencoba mencairkan suasana. "Iya ini gue kerjain" jawab Vino.

"Tapi Vel" ujar Vino fokus dengan Velin "Tapi apa?" Tanya Velin. "Tapi lu lucu juga ternyata" ujar Vino dengan senyumnya. Velin langsung kaku, mati rasa ayolah Velin seperti wanita pada umumnya yang suka halu apalagi yang notabene Velin belum pernah pacaran, plis selametin jantung gue, bantin Velin.

***

"Nih dah selesai" kata Vino seraya menyerahkan kertas jawaban mat yang malah mendapat delikan Velin "Gila cepet banget soal sebegitu banyak cuma 10 menit doang selesai".

"Gampang" jawab Vino enteng. "Otak lu isinya apa? Manusia kalkulator lu?" Heran Velin. "Gaklah,btw ini gak gratis ya"  ujar Vino dengan senyum licik.

"Anjir kalo gak ikhlas bilang dong dari tadi" kesal Velin. "Tanya dulu mau apa? Gitu malah main ngegas aja" Vino yang malah ikut kesal.

"Haiss apaan?" Tanya Velin mengalah. "Kerjain tugas Geografi gue" ujar Vino dengan senyumnya "yah kirain apaan, geografi doang mana?"

"Ya gue gak bawa bukunya, pinjem buku lu" ujar Vino yang mendapat anggukan Velin "Bentar" lalu pergi kedalam rumah.

Tak beberapa lama kemudian Velin kembali dengan buku geografinya dan langsung menyerahkannya kepada Vino. "Nih bukunya" ujar Velin yang langsung diterima Vino. Tanpa pikir panjang Vino segera membuka mencari soal yang dijadikan PR itu, "Nih, kerjain yang bener" ujar Vino seraya memberikan buku geografi ke Velin kembali.

"Ngeremehin gue lu?" Tanya Velin sengit. "Yaa anggap aja ini buat pembuktian seberapa pintenya lu" ujar Vino dengan gaya bicara yang meremehkan Velin. "Lihat aja! Dan mat yang berusan lu kerjain juga sebagai lembuktian!" Sengit Velin. "Oke" ujar Vino seraya melipat tanganya didepan dada.

Tak butuh waktu lama bagi Velin untuk menyelesaikan 30 soal geografi itu. Dengan gaya sombongnya Velin memberikan buku geografinya kepada Vino, dengan senyum Vino menerima kemudian memfotonya. "Thanks" hanya itu yang keluar dari mulut Vino. "Ya" jutek Velin.

"Ya udah gue balik dulu ya," ujar Vino seraya berdiri memasukan handphonenya kesaku celana. Velin menganggukan kepalanya seraya ikut berdiri "Iya hati-hati dijalan," yang mendapat anggukan Vino "Selamat malam Vel" ujar Vino dengan senyumannya. Yang membuat Velin membelalakan matanya, hanya karena seorang Vino. Vino yang diketahui Velin yang orang yang ramah, mudah bergaul tapi senyuman itu jarang diperlihatkan. "Iya" hanya itu yang keluar dari mulut Velin. Setelah itu Vino mulai beranjak dari tempatnya meninggalkan perkarangan rumah Velin.

***

Setelah melihat mobil Vino yang mulai menjauh, Velin masuk kerumah dengan membawa gelas kotor dan buku-bukunya. Saat selesai menaruh didapur Velin ingin kekamarnya tapi berpapasan dengan Valen, "Pacar lu dah balik?" Ujar Valen yang malah membuat Velin mengerutkan dahinya. "Pacar? Gue punya pacar?" Tanya Velin bingung, bahkan dirinya sendiri tidak tau bahwa ia memiliki pacar. "Dasar bodoh! Maksud gue cowok yang didepan tadi, dia kan pacar lu" ujar Valen dengan malas. "Gak ada akhlak udah gue bilang dia temen gue! Dia partner olimpiade gue! Dasar ogeb" dengan kesal Velin melanjutkan jalannya menghiraukan Valen. "Velin!" Ujar Valen mengitrupsi Velin. "Apa?" Jutek Velin tapi tetap berjalan menuju kekamarnya. "Bicara kamu kasar sekali!" Ujar Valen dengan mata tajamnya dan membalikan badan menghadap Velin. Velin menghentikan langkahnya dan membalikan badannya dengan sorot mata yang tajam, tak kalah tajamnya dengan Valen. "Abang duluan yang kasar sama Velin! Abang bilang Velin bodoh! Abang bentak Velin" ujar Velin dengan mata yang mulai berkaca-kaca, Valen segera sadar dengan apa yang dia lakukan, dia hanya ingin mengisengi Velin tapi suasana hatinya yang sedang kurang baik malah membuat masalah. Sorot mata Valen kembali melembut, mantap Velin "Maaf Abang gak maksud bentak Velin, Abang juga gak maksud ngomong kasar sama Velin, maafin Abang" ujar Valen seraya berjalan mendekati Velin, tapi Velin segera berlari menuju kekamarnya dan mengunci pintu. Velin menangis terisak, Velin memang terlihat seperti ketus, cuek, dan galak tapi dibalik itu semua hati Velin sangat lemah.

"Vel buka pintunya, maafin Abang Vel" ujar Valen didepan pintu sambil menggedor pintu kamar Velin tapi nihil Velin tidak meresponnya. Dengan berat Valen pergi ke kamarnya, merutuki perbuatannya.

***

Pagi ini seperti biasa Velin bangun pagi bersiap untuk pergi ke sekolah. Saat Velin akan ke dapur, Valen telah berada di meja makan dengan senyumannya. "Pagi Dek, sarapan dulu yuk. Habis sarapan Abang anterin ke sekolah" ujar Valen dengan senyum yang tak pernah lepas "Ini Abang buatin omelet keju kesuakaan Adek" Velin yang mendengar kata keju seketika berbinar dan langsung duduk menyantap sarapannya dengan sneyuman. Valen yang melihat respon Velin, hatinya menjadi lebih tenang.

"Dek" panggil Valen yang mendapat gumaman dari Velin karena sibuk menyantap sarapannya. "Maafin Abang ya, Abang gak bermaksud gitu sama Adek" Velin yang mendengar penuturan abangnya segera mendongak dan menampilkan senyumnya "Iya Adek ngerti kok, maafin Adek juga semalem ikut marah soalnya Adek lagi banyak pikiran juga, maafin Adek ya Bang" ujar Velin dengan senyum manisnya, dengan pasti Valen menganggukkan kepalanya tapi setelah itu "Kamu banyak pikiran kenapa?" Tanya Valen penuh selidik, "Ee...itu...Adek...banyak tugas! Iya Adek banyak tugas" jawab Velin dengan tergagap. "Adek jangan bohong sama Abang!" Ujar Valen penuh peringatan. "Iya-iya Adek jujur deh, semalem Vino sweet gitu ke Adek, Adek jadi...ya gitu deh" alibi Velin seraya memakan sarapannya lagi. "Gitu gimana? Lu suka dia?" Tanya Valen spesifik. "Gak tau oh Abang" rengek Velin. Yang mendapat anggukan Valen.

Setelah perbincangan tadi, Velin dan Valen melanjutkan makannya. Valen segera mengantarkan Velin ke sekolahnya. "Adek masuk dulu ya Bang" ujar Velin seraya menyalimi tangan abangnya, yang mendapat anggukan Valen. Saat Velin hendak keluar dia seakan tersadar sesuatu, "Bang" ujar Velin yang mendapat tanggapan gumaman dari Valen. "Kok kita panggilnya Abang Adek ya?" Tanya Velin heran setelah menyadarinya. "Emang dari dulu kita pakek Abang Adek terus aku kamu tapi kamu sendiri aja yang ubah, kalau mamah gak marahin kamu waktu itu mungkin sekarang kamu pakek lu gue sama Abang" ujar Valen dengan malas. "Lah emang iya?" Heran Velin. "Udah masuk sana, ntar telat" ujar Valen mengusir Velin. "Iya-iya, bye Abang" ujar Velin seraya keluar dari mobil.

***

Jam mata pelajaran pertama dikelas Velin sedang berlangsung. Sekarang kelas Velin sedang mencocokan PR matematika mereka dengan Bu Lydia didepan menuliskan jawaban. Setelah selesai mencocokan kemudian memasukan nilai dan ya Velin mendapatkan nilai sempurna 100, Velin terkejut tak menyangka. Ternyata Vino bener pinter pikir Velin.

"Ini cuma Velina yang mendapat nilai sempurna?! Satu kelas tidak ada yang lulus! Maksudnya gimana?" Gertak Bu Lydia marah dengan mata tajamnya.

Semua murid dikelas menundukkan kepalanya tanpa terkecuali Velin, dia sangat takut. Jantungnya berdetak cepat. "Velina! Bagaimana kamu bisa mendapatkan nilai sempurna? Katakan! Suapaya teman sekelasmu bisa introspeksi!" Bu Lydia menginterupsi yang membuatnya teekejut, Velin bingung.

"Velina! Kamu dengar saya tidak?!" Ujar Bu Lydia dengan intonasi tinggi, yang lagi-lagi membuat Velin terkejut bukan main. "Em...iy-ya Bu" ujar Velin tergagap dengan kepala masih menunduk.

"Jelaskan kepada teman-teman mu, cepat!" Ujar Bu Lydia, Velin bingung. Yang ngerjain Vino bukan gue terus gimana? Mati gue! Velin masih bergelut dengan pikirannya. "Velina!". "Iy-iy-iya Bu, sa-saya dibantu mengerjakannya" ujar Velin takut. "Oh, tapi kamu pahamkan sama materinya?" Tanya Lydia, Velin bingung kalau jujur nanti dia kena lagi. "Iya Bu".

"Oke hari ini kita membahas materi matriks lagi! Saya mau kalian paham betul baru ke materi baru" ujar Bu Lydia seraya menuliskan beberapa soal di papan tulis. " Nomor satu Velina kerjakan, nomor dua Mitha, dan nomor tiga Brian! Cepat maju dan kerjakan! Dan ya Brian dan Mitha kalian biasanya selalu pintar kenapa sekarang tidak?! Cepat maju dan kerjakan!" Ujar Bu Lydia dengan menggedor papan tulis dan duduk di kursi guru.

Velin, Mitha dan Brian segera maju dan mengerjakan. Ah tidak hanya Brian dan Mitha, Velin hanya melihat soal dan tidak menulis apapun. Mitha yang menyadari Velin tidak melakukan pergerakan apapun disebelahnya "Vel, lu gak ngerjain?" Tanya Mitha heran. "Gue gak tau Mitha" jawab Velin dengan wajah bingung. "Hah? Maksud lu?" Bingung Mitha. "Aku gak bisa ngerjain". "Kok bisa? Jelas nilai lu paling sempurna" tanya Mitha bingung. "Itu yang ngerjain bukan gue".  Mitha mengerutkan dahinya "Terus siapa?" Tanya Mitha heran, "Vino" jawab Velin seadanya. "HAH?!" teriak Mitha tak sengaja yang malah menjadi pusat perhatian.

"Kenapa Mitha teriak?" Tanya Bu Lydia seraya mendekat dan langsung berteriak "Velina! Kamu kenapa tidak mengerjakan sama sekali?!" Gertak Bu Lydia. "Em...sa-saya gak ta-tau Bu" ujar Velin dengan kepala menunduk. "Bagaimana bisa?! Kamu bahkan mendapatkan nilai yang sempurna! Dengan tipe soal yang sama!" Marah Bu Lydia. "It-itu...Bu" gugup Velin. "Itu apa?!" Gertak Bu Lydia. "Yang ngerjain PR saya bukan saya" ujar Velin tetap menunduk dan sesekali menutup matanya, takut.

"Siapa yang ngerjain tugas kamu?!" Bu Lydia semakin marah, "Vino Bu" jawab Velin jujur.

-VelVin-