Beberapa hari kemudian, hari pertama yang penting dan bersejarah bagi Allyna dan Jhino pun tiba. Hari pertunangan mereka. Keduanya bertunangan di sebuah hotel mewah yang terletak di kota Depok. Awalnya mereka mempertimbangkan dimana mereka harus melangsungkan acara ini. Apakah di Jakarta atau di Bogor? Tapi karena Allyna ingin mereka tidak terlalu jauh, akhirnya mereka sepakat bertunangan di hotel yang ada di Depok saja.
Jhino sudah tampil rapi dan tampan. Dia sudah memberi tahu Daniel beberapa hari sebelumnya bahwa dia akan bertunangan hari ini. Daniel pun datang. Dia sangat terkejut saat melihat keluarga dan tamu undangan yang datang. Melihat mewahnya acara pertunangan ini, Daniel bisa menebak kalau kedua keluarga ini kaya raya.
"Jhin, gue nggak nyangka akan semewah ini. Ini calon istri lo yang minta?" tanya Daniel penasaran.
"Bukan. Dia malah nggak minta apapun. Dia… dia sebenarnya nggak mau dijodohin sama gue, Dan," jawab Jhino.
Daniel bisa merasakan ada perasaan sedih di dalam diri Jhino. Daniel tahu, Jhino adalah seorang anak yang penurut. Selama ini dia menuruti kemauan orang tuanya untuk mendapatkan ini dan itu. Tapi, setelah beranjak dewasa dan lulus kuliah, Jhino memberanikan diri untuk menyatakan keinginannya untuk bekerja di Divisi Marketing dan berusaha untuk menjadi manajer.
Daniel tahu seberapa besar usaha Jhino. Seharusnya, cowok seperti Jhino ini adalah calon suami yang diidamkan karena dia pekerja keras dan bertanggung jawab. Tapi, jika dilihat dari jawaban Jhino tadi, Daniel bisa menyimpulkan kalau sepertinya wanita yang akan menjadi calon istri Jhino tidak menyukainya.
"Cinta itu datang karena terbiasa, Jhin. Lo nggak perlu khawatir. Mungkin saat ini dia belum mau dijodohin sama lo. Tapi, gue tahu lo itu cowok yang baik dan bertanggung jawab. Gue yakin, lama kelamaan dia akan luluh. Lo yang sabar aja," kata Daniel mendadak bijak. Sebenarnya dia merasa kasihan dengan Jhino.
"Iya, thanks sarannya. Oh ya, enjoy the party ya. Gue harus kesana dulu. Acara udah mau dimulai," kata Jhino berpamitan kepada Daniel.
"Okey," kata Daniel.
Tak lama setelah Jhino bertemu dengan orang tuanya, acara pertunangan Jhino dengan Allyna pun dimulai. Keluarga Allyna berada di sebelah kiri dan keluarga Jhino berada di sebelah kanan. Acara itu dipandu oleh seorang MC yang cukup terkenal.
Acara pertunangan itu dimulai dengan pertunjukkan seni yang memukau. Lalu ada sambutan dari masing-masing keluarga yang mengucapkan terima kasih kepada para tamu undangan yang hadir. Mereka juga memberikan sepatah dua patah kata untuk putri dan putra mereka yang akan bertunangan. Sebelum resmi bertunangan, Allyna dan Jhino diminta untuk memberikan sambutan dan ungkapan isi hati mereka.
Tentu saja Allyna kalau diberikan kesempatan seperti ini, dia bisa saja mengatakan bahwa dia sungguh terpaksa bertunangan dengan Jhino. Dia tidak ingin menjalani perjodohan ini, dan masih banyak lagi. Sayangnya sebelum acara ini dimulai, Allyna yang mau protes kepada Jhino, malah mendapatkan nasehat dari Jhino. Bagi Allyna, nasehat ini adalah ceramah yang membosankan dan semakin membuatnya kesal.
"Kita mulai dulu dari Allyna ya. Silahkan Allyna menyampaikan apa yang Allyna rasakan dari pertunangan ini," kata MC kemudian memberikan micnya kepada Allyna.
Allyna melihat ke arah semua orang dan berusaha untuk tersenyum. Dia tahu dia memang tidak menginginkan pertunangan ini terjadi, tapi bukan berarti dia akan melakukan hal bodoh dengan memberikan senyuman palsu atau memasang wajah yang cemberut.
"Selamat siang semuanya. Saya Allyna. Terima kasih untuk semua yang sudah hadir dalam acara bahagia saya hari ini. Sebelumnya, saya ingin meminta maaf karena saya mungkin masih terlihat childish untuk seseorang yang akan bertunangan dan tidak lama lagi akan menikah. Saya ingin mengungkapkan perasaan bahagia dan rasa syukur bahwa saya dipertemukan dengan seseorang seperti mas Jhino yang sangat baik. Saya berharap ini adalah awal dari kehidupan yang lebih baik. Terima kasih," kata Allyna yang disambut dengan senyuman dan tepuk tangan para tamu undangan.
Allyna pun mengembalikan mic itu kepada MC dan kini saatnya Jhino yang memberikan pesan dan kesannya.
Dari tempat duduknya, Daniel merasa bingung. Jhino tadi mengatakan kalau calon istrinya tidak mau dijodohkan dengannya. Lalu setelah mendengar pidato itu, seperitnya tidak ada masalah. Daniel jadi berpikir, apakah semua itu hanya pura-pura?
Kini Jhino sudah memegang mic yang diberikan oleh MC. Dia sudah bersiap untuk mengatakan sambutannya di acara penting hari ini.
"Selamat siang untuk bapak dan ibu serta para tamu undangan. Saya mengucapkan terima kasih atas kehadiran semuanya pada acara yang bersejarah ini. Sebagai calon suami dari Allyna, saya ingin mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua saya dan juga orang tua Allyna yang sudah memberikan restunya kepada kami. Terlebih untuk orang tua Allyna, terima kasih sudah mengizinkan saya untuk menjadi calon suami dari Allyna. Saya akan berusaha bertanggung jawab atas amanah yang diberikan. Saya juga berharap semoga dengan pertunangan ini dan selanjutnya di tahap pernikahan nanti semuanya lancar. Dan ini bisa menjadi ladang pahala bagi saya dan Allyna. Perasaan yang bahagia tidak bisa saya ungkapkan dengan kata-kata. Saya sungguh bersyukur. Kami berdua mohon do'a restu dari semuanya. Terima kasih," kata Jhino mengakhiri sambutannya.
Semuanya tepuk tangan. Daniel dapat merasakan ketulusan Jhino di dalam sambutan atau pidatonya itu. Dia benar-benar ingin menjaga amanah yang diberikan oleh orang tuanya kepadanya. Daniel sangat kagum kepada sahabatnya itu.
Acara selanjutnya pun segera dilaksanakan. Yaitu pertunangan secara resmi antara Allyna dan Jhino. Keduanya saling memakaikan cincin secara bergantian. Setelah itu mereka berfoto bersama. Para tamu undangan pun mengucapkan selamat kepada mereka berdua. Kini Allyna dan Jhino resmi bertunangan dan siap untuk menikah.
Jhino tampak baik-baik saja, tetapi tidak dengan Allyna. Matanya berkaca-kaca. Orang-orang yang melihat ini mengira bahwa dia sedang terharu dan akan menangis karena bahagia. Tapi Jhino yang mengetahui hal ini, merasa tidak enak dan kasihan. Sebenarnya, dia juga tidak ingin memaksakan diri Allyna. Tapi tetap saja, semuanya sudah terjadi. Tidak ada kesempatan untuk mundur atau membatalkannya.
Setelah acara selesai, Allyna segera berlari ke belakang. Melihat ini, Jhino segera izin untuk ke belakang, dia ingin menyusul Allyna. Dan benar saja, sesuai dugaan Jhino, Allyna menangis di belakang.
"Kamu kenapa?" tanya Jhino dengan hati-hati.
Allyna menoleh dan mendapati Jhino yang sedang berdiri disampingnya. "Kamu… masih bertanya… kenapa? Bukankah sudah jelas?" tanya Allyna kemudian menangis tersedu-sedu.
"Maafkan aku jika ini membuatmu sedih. Tapi keputusan sudah menjadi keputusan dan semua ini sudah terjadi. Tidak ada yang perlu disesali," jawab Jhino.
"Kamu… mungkin… tidak menyesal. Tapi, ini adalah penyesalan terbesarku di dalam hidup," kata Allyna kemudian menangis lagi. Dia tidak menghiraukan Jhino yang masih berdiri disana.
Jhino pun tidak bisa melakukan apapun. Dia hanya bisa berdo'a semoga kehidupan mereka kelak bahagia agar Allyna tidak menangis lagi.