Asiate Resto, Manhattan NYC 2018
Seorang pemuda duduk disalah satu kursi restoran ternama di Kota Manhattan. Berulang kali menghembuskan nafas dan menoleh kearah pintu masuk pertanda menanti seseorang. Raut wajah yang biasanya dingin kini menjadi gugup serta cemas meskipun tidak kentara.
"Apa dia akan datang?" gumamnya sembari menatap kursi kosong didepannya.
"Sial! Kenapa pula aku percaya dengan kata-kata Key" rutuknya kesal
Keyvian Taylor, sahabat dekatnya meminta dirinya untuk melakukan kencan buta. Key beralasan merasa khawatir jikalau dirinya berubah menjadi gay. Untung saja hubungan mereka cukup erat, sehingga dengan teramat terpaksa pria itu menjadi korban atas ide konyol seorang Keyvian.
Key mengatakan kalau dirinya harus tiba lebih awal dengan alibi perempuan tidak suka menunggu. Dan karena itulah, dia duduk disini meninggalkan setumpuk berkas di Perusahaan untuk menunggu kedatangan gadis entah bagaimana rupanya.
Gila?
Ya, mungkin kata yang cocok bagi pria malang satu itu. Sebenarnya ini belum kelewat jam yang telah ditentukan, Key bilang bahwa dia telah menentukan pukul 13:00 pm untuk waktu berkencan. Masih ada 5 menit sebelum kegiatan menunggunya terbuang sia-sia.
"Excuse me, apakah Tuan yang bernama Earth Anderson?" Earth sontak mendongakkan kepala dan pandangannya menangkap sosok wanita cantik dengan mata lugu. Lucu, batinnya.
"Kau Rose?" Earth mengangguk dan bertanya balik dengan wanita dihadapannya.
Wuuussss...💨❄
Angin yang dingin melintas diantara mereka. Rose sedikit terkejut dengan sekelebat hawa dingin yang menerpanya hingga kemudian menggangguk menanggapi Earth.
"Ah maafkan aku Earth. Key bilang kalau kau orang yang sibuk, aku tak menyangka jika kau sudah tiba lebih dulu" ucap Rose mencoba bersikap normal.
"No problem" balas Key seadanya
"Silahkan duduk"
Hening, mereka berdua berada dalam kecanggungan. Tampaknya mereka benar-benar tidak pernah melakukan kencan buta, terlihat sangat tidak berpengalaman. Jikalau Key dan Rebecca ada disana, pasti mereka akan tertawa terpingkal-pingkal melihat betapa kakunya Earth dan Rose.
"Apakah ini pertama kalinya untukmu?" tanya Rose mengawali percakapan dengan menatap kearah Earth. Tapi pandangan Rose menangkap hal aneh dari tubuh Earth, Rose melihat di sekitar Earth terdapat butiran salju yang berterbangan.
Apa karena dia terlalu memukau hingga aku menganggap banyak salju disekelilingnya? gumam Rose tidak percaya
Sedangkan Earth menganggukkan kepalanya mantap. Earth akan membuktikan bahwa dia adalah pria tampan yang tidak suka mempermainkan hati perempuan melalui kegiatan kencan buta. Earth memang belum pernah berkencan tapi dia pernah menempatkan seorang wanita dihatinya.
"Kau...? Kurasa dirimu sama sepertiku" ucap Earth yang membuyarkan lamunan Rose. Rose hanya tersenyum simpul menanggapi perkataan Earth.
"Aku belum memesan makanan, aku tidak tahu seleramu seperti apa" lanjutnya "Aku bukanlah tipe pemilih. Aku bisa makan apa saja yang dihidangkan asalkan itu normal dan wajar, serta bukan daging manusia tentunya" jawab polos Rose seraya tertawa pelan
Bukan daging manusia, batin Earth.
"Aku akan memanggil pelayan" Earth melambaikan tangannya pada salah satu pelayan untuk mendekat. Memesan menu pilihan masing-masing kemudian membiarkan pelayan pergi. Mereka kembali dalam mode canggung yang kentara sekali tidak nyaman. Earth benar-benar mengutuk permintaan konyol Key tentang kencan buta ini.
"Key bilang, kau orang yang dingin dan kaku saat pertemuan pertama?" Lagi-lagi suara Rose memecah keheningan.
Earth mengangguk kecil membenarkan hal itu, dia memang tipekal orang yang kaku dan dingin untuk berbaur dengan orang baru. Berbeda dengan orang-orang yang sudah dekat dengannya, dia tidak sedingin seperti orang lain katakan.
"Kau menyukai salju?" tanya Earth tiba-tiba membuat Rose menatapnya lembut
"Sangat suka. Aku menyukai butiran putih yang indah itu, beberapa hari yang lalu waktu salju turun aku merasa sangat bahagia. Moodku menjadi naik dengan hatiku yang berdebar-debar" jawab Rose dengan senyum lebar
Earth dapat melihat kalau tubuh Rose begitu bersinar. Dia bisa membaca tingkat kesukaan salju pada hati Rose mencapai 95%, terlampau sempurna. Apa memang Rose wanita yang tepat untuk menggantikannya? Batin Earth bertanya-tanya
"Earth, apa kau merasa canggung padaku? Kau terlihat kurang nyaman" ucap Rose dengan senyum kecil. Rose merasa kencan buta kali ini tidaklah berhasil, Rose tidak menemukan kecocokan antara dirinya dengan Earth.
"Aku kurang terbiasa dengan orang baru" balas Earth agak sungkan. Earth juga mengetahui kalau Rose terlihat kurang nyaman dengan keadaan seperti saat ini.
Earth mengakui kalau Rose itu wanita cantik, berhati lembut dengan tutur kata serta tingkah laku yang anggun juga sopan. Bahkan kecintaanya pada salju mencapai angka sempurna 95%, Earth adalah pria normal--sepenuhnya normal. Hanya saja, Earth belum bisa membuka diri seutuhnya pada wanita didepannya itu.
Tidak berselang lama, pesanan mereka datang. Rose memberikan senyum dan mengucapkan terimakasih kepada pelayan yang telah mengantarkan makanan. Setelah waiter's pergi mereka kembali bertatapan.
"Kau tidak makan?" tanya Earth heran. Rose segera memutuskan pandangan dari Earth dan menggeleng samar "Ah ya, aku akan makan"
Earth mengangguk tanpa berkomentar apapun. Selang beberapa detik, Earth dibuat terkejut mendapati Rose menyatukan kedua jemarinya serta memejamkan mata. Rose jelas sedang berdoa, untuk beberapa saat jantung Earth seolah berhenti berdetak. Dirinya hanya bisa terdiam menatap Rose hingga wanita itu selesai berdoa. Rose akhirnya menbuka mata dan menemukan Earth sedang menatapnya tanpa berkedip membuat Rose kebingungan.
"Apa ada yang salah? Hmm apakaj kau atheis?" tanya Rose dengan hati-hati karena takut menyinggung pria didepannya. Earth menggeleng samar "Kau murni" pujinya jujur
"Kau rajin ke Gereja?" lanjut Earth
Rose mengangguk dan tersenyum hangat "Aku hanya manusia biasa yang pastinya memiliki banyak permasalahan dalam hidup, entah di masa lalu atau masa sekarang. Aku sering kehilangan semangat jika dihadapi suatu cobaan, dengan rutin ke Gereja aku bisa membagi keluh kesahku terhadap Tuhan. Beban yang aku pikul terasa lebih ringan dari sebelumnya, boleh percaya boleh tidak itu tergantung masing-masing pihak"
Memori lama Earth berputar seperti rol film yang di-play. Melihat sosok Rose mengingatkan Earth pada hidupnya yang dulu. Sering mengunjungi Gereja untuk membagi keluh kesah, rutin beribadah, menyempatkan diri membaca Al-Kitab, serta kegiatan rohani lainnya. Earth sudah pernah merasakan itu semua meskipun sekarang dia tidak lagi melakukannya.
"Kau wanita baik" ucapnya pelan
"Ya?" tanya Rose tidak pahan maksud dari perkataan Earth
"Tidak, silahkan dimakan" ucap Earth sengaja mengalihkan pembicaraan dan menghindari tatapan Rose.
Keheningan sekali lagi menyelimuti meja mereka, sama-sama tidak mempunyai topik bahasan. Suasana menjadi benar-benar canggung karena tidak ada yang memulai obrolan. Earth berdehem sebelum akhirnya berucap pelan "Aku belum pernah kencan buta, jadi terasa--"
"Asing? Benarkan? Aku juga merasakannya Earth" timpal Rose dengan santai. Rose tidak memaksakan hubungan ini berjalan lebih jika ketidaknyamanan yang mereka dapatkan. Rose berpikir setidaknya dirinya dan Earth telah berusaha.
'Sudah saatnya membuka diri dengan orang lain' Perkataan Key mengusik kepala Earth. Ingin sekali Earth membuka diri pada Rose, tetapi ada sebagian jiwa Earth yang belum siap dengan segala kemungkinan terburuk. Earth takut jikalau dirinya ditolak, diabaikan, dilupakan, ditinggalkan bahkan dicaci maki apabila kebenaran tentang hidupnya terungkap.
"Earth, aku rasa pertemuan kita sampai disini. Senang bisa berkenalan denganmu, aku tidak memaksa untuk melangkah lebih jauh karena kau dan aku sama-sama kurang nyaman dengan situasi ini. Aku mengerti dan memakluminya" ucap Rose setelah menghabiskan makanannya.
Masih dengan senyum ramahnya, Rose bangkit dari kursi. Menatap Earth yang sedari tadi duduk termenung tidaklah membuat Rose memandang aneh. Rose berpikir bahwa setiap orang itu berbeda dalam merespon hal baru. Dan untuk Earth, Rose dapat mengerti situasi pria itu.
"Terimakasih sudah meluangkan waktumu. Aku pergi dulu" Rose baru saja selangkah namun harus terhenti ketika sebuah tangan mencekalnya. Rose menoleh dan ternyata itu ulah Earth, Rose memandangnya bingung.
"Mari mencobanya lagi" ucap Earth secara tiba-tiba. "Aku berjanji akan lebih terbuka denganmu" lanjutnya membuat Rose semakin terkejut.
"Kau yakin? Maksudku jika memang tidak merasa nyaman tak apa, aku tidak memaksa. Sungguh"
"Aku yakin, mari mencobanya dari awal. Aku ingin meneruskanya denganmu" jawab Earth yang sudah bangkit dari duduknya dan menatap Rose dengan penuh keyakinan.
Rose diam sejenak menatap balik Earth untuk mencari kebohongan disana. Namun nihil, yang Rose dapatkan memang niat murni pria itu untuk meneruskan kencan ini lebih jauh "Kau benar-benar yakin?" tanyanya sekali lagi untuk memastikan.
Earth mengangguk begitu mantap dengan senyum tipis terukir dibibirnya, sangat tipis mungkin hanya Earth yang mengetahui. Rose yang melihat Earth mengangguk pada akhirnya tersenyum lembut seraya berkata "Baiklah. Ayo mencobanya lagi"
Rose rasa dirinya sudah jatuh dalam pesona Earth sehingga mau memberi kesempatan kedua untuk pemuda itu. Ucapan Key tempo hari memang benar, Earth punya pesona yang begitu kuat dalam hal menarik hati wanita.
🔜 TBC 🔜