webnovel

Percakapan di bawah pohon Persik

Selamat membaca semuanya 

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Ada ratusan pelayan bekerja di kediaman megah keluarga Gu, di atas lembah Lunyu dengan pekerjaan serta tugas yang berbeda-beda, dan satu diantaranya adalah gadis bernama Sang Sang  yang berasal dari sebuah desa nelayan di pesisir pantai.

Sang Sang hanyalah pelayan kelas rendah dari bagian umum di keluarga Gu.

Pekerjaan gadis bertubuh pendek  dan berkulit cokelat itu adalah segala macam pekerjaan kasar juga kotor, dari mulai membersihkan pekarangan atau halaman hingga membersihkan pispot milik para tuan muda serta nona muda di kediaman Gu selalu dilakukannya setiap hari bersama teman baiknya Qiqi.

Tangan mungil Sang Sang menggosok-gosok pispot bagian luar memastikan bersih tidak ada noda atau kotoran dan hal itu dilakukan di pinggiran sungai tak jauh dari gudang penyimpanan barang.

Ditemani Qiqi, sejak pagi dia sudah bekerja.

Sebelum matahari terbit dia dan Qiqi sudah bangun, memulai aktivitasnya sebagai pelayan.

Hanya semangkuk bubur hangat untuk mengganjal perut sebelum bekerja.

Tapi tidak sekalipun Sang Sang terdengar mengeluh sebab sudah terbiasa menahan lapar bahkan pernah tidak makan selama dua hari, hanya minum air.

Baginya rasa lapar bukanlah hal aneh, sudah menjadi teman baiknya selama bertahun-tahun ketika masih tinggal di desa.

"Aku dengar hari ini para calon pengantin datang," ucap Qiqi dengan nada yang terdengar sedih dan kecewa.

Sudah sejak pagi buta kabar ini menyebar luas diantara para pelayan.

Pernikahan di kediaman Gu bukanlah hal aneh atau baru tapi untuk kali ini ada yang berbeda dimana akan di adakan pemilihan calon pengantin oleh Tuan muda Gu sendiri.

Hal ini dilakukan setelah mendapatkan pembelajaran besar dari kejadian perjodohan Gu Fengying dengan Nona dari keluarga Lu, dimana ternyata gadis yang akan dinikahinya merupakan mata-mata dari sekte Yue Luo.

Hanya dalam kurun waktu dua bulan Nona Lu Qian berhasil memberikan informasi lengkap mengenai sistem pertahanan keluarga Gu hingga jalan rahasia untuk bisa memasuki kediaman Gu tanpa sepengetahuan penjaga.

Setengah murid dari sekte Yue Luo datang menyerang saat upacara pernikahan digelar.

Bukan acara meriah di isi penuh canda tawa dan senyuman melainkan jeritan juga tangisan dari para pelayan. Keadaan waktu itu begitu kacau, mayat dan darah dimana-dimana, dalam peristiwa tersebut Pemimpin klan sebelumnya tewas bersama ke dua tetua tidak hanya itu saja, Xiao Wu yang merupakan istri dari Gu Yuxuan mengalami luka parah hingga membuatnya koma akibat terkena jurus tapak beracun dari Lan Ruo, si gadis iblis.

Meski berhasil memukul mundur dan memenangkan pertarungan namun keluarga Gu harus kehilangan banyak anggota keluarganya. Setelah kejadian itu penjagaan di sekitar gernang masuk semakindi perketat, tidak ada boleh sembarang orang keluar masuk kediaman Gu sembarangan termasuk para pelayan yang bekerja.

Setelah mencapai usia dewasa yaitu delapan belas tahun bagi para tuan muda, sedangkan untuk para nona muda yaitu enam belas tahun mereka akan diminta oleh para tetua klan untuk memilih pasangan atau calon pengantin yang dipilih dari berbagai keluarga bangsawan.

Dari semua tuan muda Gu yang ada, tinggal Gu Hongli saja yang belum menikah dan memiliki pasangan.

Para tetua berdiskusi panjang bersama Gu Yuxuan yang menjadi pemimpin klan menggantikan sang ayah dimana menurut urutan seharusnya adalah Gu Hongli karena ibunya merupakan istri sah namun ia menolak, meminta Gu Fengyi yang menggantikan tapi Gu Fengyi juga menolaknya dengan alasan merasa bersalah, dan pada akhirnya yang menjadi pemimpin klan selanjutnya adalah Gu Yuanxu.

Setelah melakukan seleksi ketat dengan melihat bibit, bebet, bobot, terpilih lah lima orang gadis dari keluarga bangsawan satu di antara mereka ada yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan Kaisar saat ini.

"Kali ini siapa yang akan menikah?" tanya Sang Sang yang tidak hapal dengan para tuan muda keluarga Gu sebab tidak pernah bertemu apalagi mengenal mereka.

Hanya tahu nama saja tidak lebih.

Status Sang Sang sebagai pelayan rendahan membuatnya tidak bisa bertemu apalagi sampai berinteraksi dengan para tuan muda di keluarga Gu, bisa dibilang walau tinggal di atap yang sama tapi dirinya tinggal di dunia berbeda dan di level berbeda.

Apalagi Sang Sang memiliki trauma tersendiri terhadap laki-laki dimana membuatnya selalu takut hingga rendah diri jika bertemu dengan lawan jenis apalagi pemuda tampan, reaksinya ketika di dekati lawan jenis seperti sedang melihat hantu menyeramkan dimana seluruh tubuhnya berkeringat dingin hingga gemetar ketakutan maka dari itu saat berbicara dengan lawan jenis wajahnya selalu menunduk dalam tak berani manatap ke arah wajah.

"Tuan muda Gu Hongli," jawab Qiqi dengan nada sedih sebab diam-diam mengagumi sosok Gu Hongli karena pernah sekali bertemu dengannnya saat pergi mengambil sesuatu di balai pengobatan.

Gu Hongli dikenal sebagai sosok jenius dalam hal bidang obat-obatan termasuk mahir dalam membuat racun maupun penawarnya.

Julukannya adalah si Tabib Jenius.

"Oh," Sang Sang hanya menanggapinya cuek, tangannya sibuk membersihkan pispot selanjutnya.

Bagi Sang Sang tidak peduli siapa yang akan menikah dan nona dari keluarga mana yang dipilih sebab tidak ada hubungannya dengannya lagipula tidak akan ada yang berubah sama sekali dari kehidupannya.

Namun Sang Sang lupa kalau roda kehidupan terus berputar.

Sang Sang tidak sadar kalau Dewa sudah menuliskan sebuah takdir jodoh yang tak terduga untuknya, dan sebentar lagi Sang Sang akan merasakan ledakan hebat di hidupnya sampai menjungkir balikkan kehidupannya.

Semua pispot akhirnya selesai dibersihkan dan keringkan oleh Sang Sang maupun Qiqi.

Pekerjaannya untuk saat ini sudah selesai, tinggal menunggu perintah lain yaitu membersihkan aula pesta penyambutan para calon pengantin tapi itu nanti setelah acara selesai, dan semua tamu maupun para tuan muda pergi barulah mereka datang untuk membersihkan.

"Kenapa wajahmu itu? Seperti orang sedang patah hati saja," ujar Sang Sang yang baru sadar Qiqi terlihat lesu tidak bersemangat sama sekali tidak seperti hari-hari biasanya.

"Memang,"

Sang Sang berpikir sejenak dan teringat akan sesuatu, "Kalau begitu ikut aku," tangannya menarik lengan Qiqi untuk pergi.

"Kemana?"

"Sudah ikut saja, dijamin kau pasti akan suka,"

"Ck~baiklah,"

Sang Sang menarik tubuh Qiqi ke arah lembah belakang tak jauh dari paviliun awan yang sudah lama terbengkalai, bukan untuk melihat hantu yang banyak di rumorkan oleh orang-orang di kediaman Gu melainkan ingin memetik buah persik yang tanpa sengaja ditemukan olehnya.

Wajah Qiqi sumringah senang melihat pohon persik di hadapannya.

Sudah lama Qiqi ingin merasakan makan buah persik karena bagi orang-orang sepertinya buah persik termasuk makanan mahal karena harganya terbilang cukup mahal untuk ukuran satu buahnya.

"Tapi pohonnya tinggi sekali!" Qiqi mendongak ke atas menatap penuh damba buah persik yang begitu menggiurkan.

"Tenang saja aku yang akan naik dan mengambilnya, kau tunggu saja dibawah," ucap Sang Sang santai.

Tanpa adanya rasa takut Sang Sang mulai memanjat pohon persik dengan Qiqi yang menatapnya cemas di bawah takut jika nantinya jatuh.

"Ini makanlah," Sang Sang memberikan buah persik yang dipetiknya tadi.

"Hanya satu," Qiqi nampak kecewa.

"Satu juga cukup," Sang Sang mulai menggigit buah persik setelah menggosokkanya di baju agar bersih.

"Aku kira kau akan memetik banyak agar bisa dibawa pulang,"

"Jangan terlalu serakah, lagipula buah persik ini sangat besar cukup membuat perut kenyang sampai jam makan siang,"

Qiqi mulai menggigit buah persik, padahal sudah lama ingin memakannya tapi tetap saja suasana hatinya masih sedih. Menyadari sikap murung Qiqi, Sang Sang pun berusaha menghiburnya.

"Ayolah jangan terus memasang wajah sedih, aku sudah memetikkan buah persik untukmu,"

"Hatiku tetap saja masih sedih, padahal persik ini rasanya sangat manis,"

"Mendengar tuan muda Gu Hongli memilih calon pengantin saja kau sedih apalagi saat hari pernikahannya," ucap Sang Sang menggodanya karena tahu temannya itu begitu menyukai Gu Hongli yang entah wajahnya setampan dewa.

"Aku ingin mati saja!" Seru Qiqi sedih.

"LIU QIQI!" bentak Sang Sang yang tidak suka mendengar perkataan ngawur darinya.

Mata Qiqi berkaca-kaca menatap Sang Sang karena di bentak.

"Andai saja aku terlahir sebagai nona bangsawan bukan sebagai pelayan kelas rendah, kenapa Dewa begitu jahat padaku," lirihnya sedih dengan air mata berderai membasahi pipi meratapi keadaan.

Selera makan Sang Sang jadi hilang mendengar Qiqi menangis, tangannya yang tak memegang buah persik mengusap pipi Qiqi yang basah, "Jangan menyalahkan takdir apalagi menghujat Dewa kerena tidak terlahir sebagai nona bangsawan. Percayalah kalau diluar sana pasti ada pria baik yang akan mencintaimu dengan tulus,"

"Tapi dia bukan Tuan muda Gu Hongli,"

"Aku tahu, tapi di dunia ini hanya ada satu tuan muda Gu Hongli. Lalu sekarang aku tanya memangnya kau berani bersaing dengan para nona bangsawan itu?" Sang Sang begitu kesal karena Qiqi tidak juga mengerti dan masih saja menangisi Gu Hongli.

Qiqi menggelengkan kepala dengan wajah sedih.

"Sebagai teman aku hanya ingin mengingatkan, tidak ingin kau terluka lebih dalam gara-gara perasaanmu. Dirimu boleh saja menyukai Tuan muda Gu Hongli tidak ada yang melarang namun baik dirimu juga aku tidak boleh melupakan posisi kita di kediaman ini sebagai apa,"

"Pelayan kelas rendah," jawab Qiqi sedih sadar akan posisinya.

"Baguslah kalau kau mengerti," 

Qiqi menundukkan wajah dalam menatap buah persik yang sudah digigitnya dengan tatapan sedih.

Sang Sang bukannya kejam dan tidak berperasaan karena tidak mau menghibur Qiqi namun dirinya memiliki pengalaman sendiri, dimana pernah menyukai seseorang dari keluarga terpandang tapi di tolak, selain patah hati dirinya pun harus mendapatkan penghinaan luar biasa yang tak akan dilupakan seumur hidupnya. Sang Sang tidak mau Qiqi mengalami hal yang pernah dialaminya, terlebih orang yang disukainya adalah majikan mereka sendiri bukan hanya mendapatkan hinaan, bisa saja mendapatkan hukuman karena dianggap lancang.

"Qiqi dengarkan aku," Sang Sang menatap penuh arti temannya itu, "Dunia tuan muda Gu Hongli sangat jauh berbeda dengan kita. Ibaratnya Para tuan muda Gu tinggal di istana langit nan megah sedangkan kita di bawah langit disebuah gubuk tua. Mereka adalah para naga yang gagah perkasa di atas langit sedangkan kita adalah cacing yang tinggal di dalam tanah dimana saat terinjak langsung mati. Begitulah kenyataan yang ada, keberadaan kita sama sekali bukan apa-apa, bahkan nyawa kita juga dianggap tidak berharga sama sekali,"

"Aku tahu itu tapi memangnya aku tidak boleh bersedih,"

"Boleh saja tapi jangan lama-lama, aku beri waktu sampai sore dan setelahnya kau harus ceria lagi,"

Qiqi tertawa kecil mendengarnya, "Dasar," ucapnya sambil menepuk pundak Sang Sang.

Mereka pun memakan kembali buah persik ditangan yang masih tersisa setengah hingga habis hanya menyisakan bijinya saja.

"Besok kita datang keisini setelah selesai membersihkan pispot," ajak Qiqi yang jadi ketagihan memakan persik yang dipetik Sang Sang.

"Tidak bisa," tolak Sang Sang tegas.

"Kenapa?"

"Pohon persik ini pasti ada pemiliknya juga dirawat mana mungkin tumbuh sendiri hingga sebesar ini dan memiliki buah lebat. Cukup sekali kita kesini dan memakannya kedepannya jangan lagi, jika kau mau nanti aku akan membelikannya di pasar,"

"Harga satu buah pesik begitu mahal, harus berapa lama aku menunggunya untuk bisa memakannya,"

"Mungkin selama satu bulan,"

"Lama sekali," dengusnya.

Sang Sang hanya terkekeh menatap gemas wajah Qiqi yang sedang kesal.

"Kalau saja kita terlahir dari keluarga kaya, tidak perlu bersusah payah menabung hanya demi membeli sesuatu," desahnya sedih meratapi keadaan sekaligus nasib yang dinilai begitu tidak adil.

"Bersyukur saja, di luar sana banyak orang yang setiap hari harus menahan lapar tidak seperti kita yang bisa makan sehari tiga kali,"

Mata Qiqi melirik tajam, "Menyebalkan sekali dirimu itu, Sang Sang!!"

"Menyebalkan bagaimana? Aku salah apa memangnya?" Sang Sang merasa bingung dan tak mengerti dengan kemarahan Qiqi.

"Sebagai seorang manusia kau itu tidak punya ambisi atau keinginan sama sekali. Membosankan," cibir Qiqi.

Sang Sang terkekeh pelan, "Seseorang pernah berkata padaku jika ingin hidup tenang dan panjang umur jangan terlalu banyak ke inginan apalagi ambisi karena itu bisa membawamu dalam kehancuran. Jalani dan syukuri saja kehidupan yang kita miliki dan jangan pernah sekalipun membandingkan diri kita dengan orang lain karena itu hanya akan membuat kita terus merasa kurang,"

"Bijak sekali orang itu," puji Qiqi.

"Dia juga berkata setiap orang itu memiliki kemampuan dan bakatnya masing-masing tidak akan ada yang sama, contohnya saja jika aku membandingkan diriku denganmu pasti banyak hal yang kurang dariku,"

Mata Qiqi bergulir menatap penampilan Sang Sang dari atas sampai bawah lalu tersadar dan terdiam tidak berbicara lagi, mengerti sekaligus paham dari perkataannya.

Tanpa disadari oleh Sang Sang maupun Qiqi kalau sejak tadi dari kejauhan seseorang diam-diam mengamati dan mendengarkan percakan mereka berdua yang dinilainya sangat menarik terlebih Sang Sang karena memiliki pemikiran luas dan dalam.

"Apa benar gadis seperti itu berasal dari keluarga miskin," gumamnya penuh tanya.

Bersambung